Senin, 25 Desember 2017

Mazmur 73 (Ayat 3): Cemburu kepada Pembual

Selasa, 26 Desember 2017
Bacaan Alkitab: Mazmur 73:3
Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. (Mzm 73:3)


Mazmur 73 (Ayat 3): Cemburu kepada Pembual


Sebelumnya kita telah belajar bagaimana Asaf menyadari posisinya yang nyaris terpeleset dan tergelincir. Namun demikian, sebenarnya apa sikap Asaf yang membuatnya nyaris tergelincir itu? Dalam ayat 3 ini kita melihat bahwa inilah sikap Asaf yang kurang tepat (meleset), sehingga ia berkata bahwa ia nyaris tergelincir.

Asaf adalah orang Lewi yang sejak kecil diajarkan mengenai hukum Taurat dan pentingnya kekudusan hidup. Tentu kekudusan hidup dalam umat Perjanjian Lama berbeda dengan standar umat Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, kekudusan hidup seseorang diukur dari ketaatannya terhadap hukum Taurat. Oleh karena itu, ketika ada orang muda yang datang kepada Tuhan Yesus dan bertanya apa yang harus ia lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal, maka Tuhan Yesus menjawab supaya ia melakukan hukum Taurat seperti jangan berzinah, jangan membunuh, menghormati ayah dan ibu, dan lain sebagainya (Mrk 10:19, Luk 18:20). Ini adalah standar hukum Taurat dan tentu Tuhan Yesus menganggap hal itu wajar bagi umat Perjanjian Lama, meskipun dalam standar Perjanjian Baru, harus ada lagi tindakan yang lebih ekstrem untuk mencapai standar kesucian yang benar sesuai kesucian Bapa.

Jadi bagi Asaf dan tokoh-tokoh Alkitab Perjanjian Lama, tidak membunuh, tidak berzinah, tidak mengucapkan saksi dusta, dan lain sebagainya sudah cukup untuk dipandang benar. Oleh karena itu Asaf sangat cemburu kepada para pembual-pembual (ay. 3a). Kata cemburu dalam bahasa aslinya adalah קָנָאu (qanah) yang selain dapat diterjemahkan cemburu juga dapat diterjemahkan sebagai sikap iri hati dan dengki. Tentu pada awalnya Asaf menganggap bahwa sikap cemburunya ini wajar, karena ia memang hanya cemburu kepada para pembual, yaitu mereka yang dalam beberapa terjemahan juga diterjemahkan orang yang bodoh (foolish) atau orang yang sombong, congkak, dan angkuh (arrogant).

Para pembual itu adalah orang-orang yang bodoh dan arogan, karena mereka berpikir bahwa dirinya adalah orang yang paling benar, padahal hidupnya sama sekali jauh dari hukum-hukum Tuhan (karena ini konteks dalam Perjanjian Lama). Asaf tentu melihat bagaimana ada orang-orang Israel yang tidak melakukan hukum Taurat seperti tidak menghormati hari Sabat, tidak menghormati orang tua, berani berbohong, berzinah, bahkan membunuh, tidak mempersembahkan korban, dan lain sebagainya. Bagi Asaf yang sejak kecil sudah bergaul erat dengan hukum Taurat, tentu ia menjadi marah dan dengki kepada orang-orang semacam ini.

Sebenarnya sikap Asaf itu tidaklah terlalu salah di pandangan manusia secara umum. Jangankan Asaf, umat beragama lain pun juga pasti punya pandangan yang hampir mirip. Bahkan kita saja yang hidup di zaman Perjanjian Baru juga sering kali memiliki pemahaman seperti itu: Jika kita hidup benar, pasti hidup kita diberkati, jika kita berdosa, pasti kita dikutuk. Oleh karena itu prinsip yang kita miliki tersebut bisa jadi berantakan ketika kita melihat ada orang-orang fasik yang justru hidupnya aman-aman saja, atau adanya orang-orang congkak dan angkuh yang memiliki prinsip hidup itu pasti enak-enak terus. Lebih parah lagi, jika orang-orang fasik dan orang-orang congkak itu ternyata ada di dalam gereja dan jemaat.

Bahkan dikatakan dalam kelanjutan ayat ini kalau Asaf sendiri melihat bagaimana orang-orang fasik justru memperoleh kemujuran. Kata orang-orang fasik sendiri dalam bahasa Ibrani menggunakan kata dasar רָשָׁע (rasha), yang dapat diartikan sebagai condemned, guilty, ungodly, wicked man, that did wrong (orang yang terkutuk, bersalah/berdosa, tak beriman/tak bertuhan/tak bermoral, jahat/keji/durjana, yang melakukan suatu hal yang salah/keliru). Kata fasik sendiri cukup sering digunakan di Alkitab khususnya di Perjanjian Lama untuk menggambarkan suatu kondisi yang bertentangan dengan hukum Taurat. Mereka pada umumnya digambarkan sebagai orang yang tidak peduli dengan hukum Taurat dan hidup suka-sukanya sendiri.

Nyatanya, sejak zaman Perjanjian Lama saja memang sudah ada orang-orang fasik yang justru hidup dalam kemujuran. Kata kemujuran dalam ayat ini adalah שְׁל֖וֹם (šə·lō·wm) yang berasal dari kata dasar שָׁלוֹם (shalom). Kata shalom sendiri juga dapat bermakna completeness, soundness, welfare, peace (kepenuhan/kelengkapan, kesehatan/kesegaran, kesejahteraan, dan damai/ketenangan). Jadi ada suatu kondisi dimana orang-orang fasik tetapi justru hidupnya enak dan nyaman. Bukankah ini bertentangan dengan Firman Tuhan, misalnya saja tentang janji berkat dan kutuk (Ul 28)? Tetapi nyatanya memang ada orang-orang yang demikian, yaitu orang-orang yang fasik tetapi sepertinya hidupnya mujur dan nyaman selalu. Jadi shalom di sini tidak selalu hanya dimiliki oleh orang-orang Kristen (seperti yang diajarkan beberapa gereja atau pendeta), bahkan orang fasik pun bisa memiliki shalom, jika shalom itu hanya dilihat dari sisi jasmani senantiasa.

Sikap Asaf yang cemburu kepada orang fasik inilah yang dikatakan sebagai suatu kondisi dimana ia nyaris terpeleset dan tergelincir. Asaf sudah didoktrin atau sudah memiliki premis awal bahwa orang benar pasti hidup enak dan orang jahat pasti dihukum. Nyatanya tidak selalu demikian. Jika ada orang fasik yang mengalami masalah, itu sebenarnya tanda bahwa Tuhan masih sayang akan orang itu dan masalah yang ada seharusnya dijadikan sarana supaya ia bertobat. Tetapi jika ada orang fasik yang hidupnya nyaman, mujur, bahkan seakan-akan tidak tersentuh Tuhan, justru di situ kita harus kasihan, karena bagi orang tersebut nyaris tidak ada kesempatan untuk bertobat. Tanpa kesadaran dari dalam dirinya sendiri, orang fasik tersebut sebenarnya sedang meluncur ke dalam neraka. Jadi tidak perlu cemburu akan hal ini, yang terpenting kita harus menjadi cerdas dan peka terhadap rencana Allah dalam hidup kita. Masalah yang dialami seseorang tidak dapat menjadi ukuran kesalehan hidup. Bahkan jika kita mengalami masalah, mungkin saja itu tanda bahwa Tuhan masih sayang dengan kita sehingga mengingatkan kita untuk bertobat ke jalan yang benar.



Bacaan Alkitab: Mazmur 73:3
73:3 Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.