Selasa, 26 Desember 2017
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:3
Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran
orang-orang fasik. (Mzm 73:3)
Mazmur 73 (Ayat 3): Cemburu kepada Pembual
Sebelumnya kita telah belajar bagaimana
Asaf menyadari posisinya yang nyaris terpeleset dan tergelincir. Namun
demikian, sebenarnya apa sikap Asaf yang membuatnya nyaris tergelincir itu?
Dalam ayat 3 ini kita melihat bahwa inilah sikap Asaf yang kurang tepat
(meleset), sehingga ia berkata bahwa ia nyaris tergelincir.
Asaf adalah orang Lewi yang sejak kecil
diajarkan mengenai hukum Taurat dan pentingnya kekudusan hidup. Tentu kekudusan
hidup dalam umat Perjanjian Lama berbeda dengan standar umat Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama, kekudusan hidup seseorang diukur dari ketaatannya
terhadap hukum Taurat. Oleh karena itu, ketika ada orang muda yang datang
kepada Tuhan Yesus dan bertanya apa yang harus ia lakukan untuk memperoleh
hidup yang kekal, maka Tuhan Yesus menjawab supaya ia melakukan hukum Taurat
seperti jangan berzinah, jangan membunuh, menghormati ayah dan ibu, dan lain
sebagainya (Mrk 10:19, Luk 18:20). Ini adalah standar hukum Taurat dan tentu
Tuhan Yesus menganggap hal itu wajar bagi umat Perjanjian Lama, meskipun dalam
standar Perjanjian Baru, harus ada lagi tindakan yang lebih ekstrem untuk
mencapai standar kesucian yang benar sesuai kesucian Bapa.
Jadi bagi Asaf dan tokoh-tokoh Alkitab
Perjanjian Lama, tidak membunuh, tidak berzinah, tidak mengucapkan saksi dusta,
dan lain sebagainya sudah cukup untuk dipandang benar. Oleh karena itu Asaf
sangat cemburu kepada para pembual-pembual (ay. 3a). Kata cemburu dalam bahasa
aslinya adalah קָנָאu (qanah) yang selain dapat diterjemahkan
cemburu juga dapat diterjemahkan sebagai sikap iri hati dan dengki. Tentu pada
awalnya Asaf menganggap bahwa sikap cemburunya ini wajar, karena ia memang
hanya cemburu kepada para pembual, yaitu mereka yang dalam beberapa terjemahan juga
diterjemahkan orang yang bodoh (foolish)
atau orang yang sombong, congkak, dan angkuh (arrogant).
Para pembual itu adalah orang-orang
yang bodoh dan arogan, karena mereka berpikir bahwa dirinya adalah orang yang
paling benar, padahal hidupnya sama sekali jauh dari hukum-hukum Tuhan (karena
ini konteks dalam Perjanjian Lama). Asaf tentu melihat bagaimana ada
orang-orang Israel yang tidak melakukan hukum Taurat seperti tidak menghormati
hari Sabat, tidak menghormati orang tua, berani berbohong, berzinah, bahkan
membunuh, tidak mempersembahkan korban, dan lain sebagainya. Bagi Asaf yang
sejak kecil sudah bergaul erat dengan hukum Taurat, tentu ia menjadi marah dan dengki
kepada orang-orang semacam ini.
Sebenarnya sikap Asaf itu tidaklah
terlalu salah di pandangan manusia secara umum. Jangankan Asaf, umat beragama
lain pun juga pasti punya pandangan yang hampir mirip. Bahkan kita saja yang
hidup di zaman Perjanjian Baru juga sering kali memiliki pemahaman seperti itu:
Jika kita hidup benar, pasti hidup kita diberkati, jika kita berdosa, pasti
kita dikutuk. Oleh karena itu prinsip yang kita miliki tersebut bisa jadi berantakan
ketika kita melihat ada orang-orang fasik yang justru hidupnya aman-aman saja,
atau adanya orang-orang congkak dan angkuh yang memiliki prinsip hidup itu pasti
enak-enak terus. Lebih parah lagi, jika orang-orang fasik dan orang-orang
congkak itu ternyata ada di dalam gereja dan jemaat.
Bahkan dikatakan dalam kelanjutan ayat
ini kalau Asaf sendiri melihat bagaimana orang-orang fasik justru memperoleh
kemujuran. Kata orang-orang fasik sendiri dalam bahasa Ibrani menggunakan kata
dasar רָשָׁע (rasha), yang
dapat diartikan sebagai condemned, guilty, ungodly, wicked man, that did wrong
(orang yang terkutuk, bersalah/berdosa, tak beriman/tak bertuhan/tak bermoral,
jahat/keji/durjana, yang melakukan suatu hal yang salah/keliru). Kata fasik
sendiri cukup sering digunakan di Alkitab khususnya di Perjanjian Lama untuk
menggambarkan suatu kondisi yang bertentangan dengan hukum Taurat. Mereka pada
umumnya digambarkan sebagai orang yang tidak peduli dengan hukum Taurat dan
hidup suka-sukanya sendiri.
Nyatanya, sejak zaman Perjanjian Lama
saja memang sudah ada orang-orang fasik yang justru hidup dalam kemujuran. Kata
kemujuran dalam ayat ini adalah שְׁל֖וֹם (šə·lō·wm) yang
berasal dari kata dasar שָׁלוֹם (shalom). Kata shalom sendiri juga dapat bermakna completeness, soundness, welfare, peace (kepenuhan/kelengkapan,
kesehatan/kesegaran, kesejahteraan, dan damai/ketenangan). Jadi ada suatu
kondisi dimana orang-orang fasik tetapi justru hidupnya enak dan nyaman.
Bukankah ini bertentangan dengan Firman Tuhan, misalnya saja tentang janji
berkat dan kutuk (Ul 28)? Tetapi nyatanya memang ada orang-orang yang demikian,
yaitu orang-orang yang fasik tetapi sepertinya hidupnya mujur dan nyaman
selalu. Jadi shalom di sini tidak
selalu hanya dimiliki oleh orang-orang Kristen (seperti yang diajarkan beberapa
gereja atau pendeta), bahkan orang fasik pun bisa memiliki shalom, jika shalom itu
hanya dilihat dari sisi jasmani senantiasa.
Sikap Asaf yang cemburu kepada orang
fasik inilah yang dikatakan sebagai suatu kondisi dimana ia nyaris terpeleset
dan tergelincir. Asaf sudah didoktrin atau sudah memiliki premis awal bahwa
orang benar pasti hidup enak dan orang jahat pasti dihukum. Nyatanya tidak
selalu demikian. Jika ada orang fasik yang mengalami masalah, itu sebenarnya
tanda bahwa Tuhan masih sayang akan orang itu dan masalah yang ada seharusnya
dijadikan sarana supaya ia bertobat. Tetapi jika ada orang fasik yang hidupnya
nyaman, mujur, bahkan seakan-akan tidak tersentuh Tuhan, justru di situ kita
harus kasihan, karena bagi orang tersebut nyaris tidak ada kesempatan untuk
bertobat. Tanpa kesadaran dari dalam dirinya sendiri, orang fasik tersebut
sebenarnya sedang meluncur ke dalam neraka. Jadi tidak perlu cemburu akan hal
ini, yang terpenting kita harus menjadi cerdas dan peka terhadap rencana Allah
dalam hidup kita. Masalah yang dialami seseorang tidak dapat menjadi ukuran kesalehan
hidup. Bahkan jika kita mengalami masalah, mungkin saja itu tanda bahwa Tuhan masih
sayang dengan kita sehingga mengingatkan kita untuk bertobat ke jalan yang
benar.
Bacaan
Alkitab: Mazmur 73:3
73:3 Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran
orang-orang fasik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.