Rabu, 27 Desember 2017

Mazmur 73 (Ayat 6): Berkalungkan Kecongkakan



Jumat, 29 Desember 2017
Bacaan Alkitab: Mazmur 73:6
Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. (Mzm 73:6)


Mazmur 73 (Ayat 6): Berkalungkan Kecongkakan


Menyambung dengan renungan kita kemarin yang membahas ayat sebelumnya, telah dikatakan bahwa orang fasik ternyata bisa tidak mengalami kesusahan dan tulah. Hidup mereka senantiasa enak dan selalu enak. Oleh karena itu, kondisi “pembiaran” yang dilakukan Tuhan terhadap mereka ternyata bisa membuat mereka semakin jauh dari jalan kebenaran. Bahkan dalam ayat yang kita baca hari ini, orang-orang fasik tersebut berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan (ay. 6).

Kata kecongkakan dalam bahasa aslinya adalah גַאֲוָ֑ה (ga·’ă·wāh) yang berasal dari kata dasar גַּאֲוָה (gaavah) yang secara singkat dapat diterjemahkan sebagai pride (kebanggaan), majesty (keagungan, kemewahan, kebesaran), haughtiness (keangkuhan, kesombongan), arrogance (kecongkakan). Orang fasik seperti ini biasanya memiliki kecenderungan untuk membanggakan sesuatu yang mereka miliki dalam diri mereka. Hal tersebut bisa saja berupa uang, harta, kekayaan, jabatan, posisi, koneksi, gelar, keluarga, dan lain sebagainya. Sebenarnya sikap bangga yang proporsional tidaklah salah. Namun akan menjadi salah jika sikap bangga tersebut mulai bertambah naik sehingga menjadi suatu sikap congkak, sombong, dan angkuh.

Persoalannya di sini adalah orang fasik tersebut bangga akan apa yang dimilikinya, meskipun cara mendapatkannya sebenarnya tidaklah melalui jalur yang benar. Mereka seakan-akan bangga akan prestasi mereka, padahal prestasi mereka itu tidak diperoleh dengan cara yang seharusnya. Hal ini dapat terlihat dari kebanggaan mereka yang berupa harta kekayaan, namun ternyata diperoleh dengan cara yang tidak benar, misalkan melalui korupsi, atau melalui perampasan harta orang lain. Bisa juga kebanggan mereka adalah gelar akademis yang banyak, tetapi skripsi, tesis, maupun disertasi mereka tidak mereka kerjakan sendiri tetapi menyuruh orang lain (bisa anak buahnya atau pihak ketiga lainnya), atau bahkan merupakan plagiat dari karya ilmiah yang sudah ada. Jika kebanggaan mereka adalah istri yang cantik, suami yang tampan, atau anak yang lucu, biasanya pasti diawali dengan perzinahan dan hamil sebelum pernikahan sehingga orang tua mereka menjadi malu dan segera mengadakan pernikahan.

Bagi orang-orang yang masih memiliki pikiran sehat, sebenarnya apa yang menjadi kebanggaan orang-orang fasik ini adalah suatu hal yang memalukan. Namun bagi orang fasik tersebut, justru itulah kebanggaan yang sering mereka ceritakan dan agung-agungkan. Tidak heran pada akhirnya hal-hal tersebut menjadi semacam kalung bagi mereka. Kata kalung di sini dalam bahasa aslinya adalah עֲנָקַ֣תְמוֹ (‘ă·nā·qaṯ·mōw), yang berasal dari kata dasar עָנַק (anaq) yang dapat berarti to choke (mencekik, menyesakkan), to collar (menangkap, memegang leher), to serve as a necklace (menjadikan seperti kalung atau rantai leher). Jadi, bagi orang fasik, hal-hal semacam tersebut dapat menjadi kebanggaan bahkan menjadi hal-hal yang membuat mereka congkak dan angkuh. Bagi orang fasik, hal-hal tersebut ibarat kalung emas yang mereka pakai, padahal itu sebenarnya adalah rantai yang mencekik dan menyesakkan.

Kata kekerasan dalam bahasa aslinya adalah חָמָ֥ס (ḥā·mās) dari kata dasar חָמָס (chamas) yang dapat diterjemahkan sebagai cruelty (kekejaman, kebengisan), damage (kerusakan, kerugian), false (penipuan, kecurangan), injustice (ketidakadilan), oppressor (penindasan), unrighteous (kejahatan, ketidakbenaran), violence (kekerasan, kejahatan). Ciri-ciri orang fasik pada umumnya melakukan hal-hal seperti disebutkan di atas. Bahkan ayat  tersebut menyatakan bahwa kekerasan (chamas) itu adalah pakaian mereka. Kata pakaian di sini dalam bahasa aslinya adalah עָטַף (ataph) yang dapat diterjemahkan sebagai cover over (menutupi, menyelubungi), fail (gagal), faint (redup), feebler (lemah), hide self (menyembunyikan, menyamarkan, menyelimuti), be overwhelmed (kewalahan), swoon (pingsan) dan שִׁית (shith) yang dapat berarti dress (pakaian), garment (penutup badan). Dalam konteks ayat ini, para ahli dan penerjemah Alkitab lebih cenderung menggunakan kata menutupi dan menyelimuti, seakan-akan chamas itu adalah pakaian mereka.

Pakaian menggambarkan sesuatu yang paling dapat dilihat oleh orang lain. Pakaian juga mengesankan sesuatu yang menutupi diri seseorang. Jadi kejahatan (chamas) di atas tentunya ibarat pakaian yang sebenarnya dapat dengan mudah dilihat oleh orang lain. Hati mereka sendiri juga sudah tertutup oleh pakaian-pakaian yang jahat tersebut. Nyaris sudah tidak ada lagi hal-hal baik dalam diri orang fasik tersebut selain dari senantiasa memikirkan apa yang jahat yang harus dilakukan. Mereka tentu tidak dapat bersaing secara jujur dan fair dengan orang lain, sehingga satu-satunya cara agar mereka dapat menang adalah melalui kekerasan atau kecurangan.

Nyatanya, sikap orang fasik ini justru banyak ditiru oleh orang lain yang masih duniawi. Mereka berpikir, “Oh, ternyata untuk mendapatkan sesuatu, pakai cara yang salah seperti itu pun bisa dapat”. Orang-orang fasik ini tidak menjadi agen-agen kebenaran yang menunjukkan contoh hidup yang benar. Orang-orang fasik ini sesungguhnya sedang menjadi agen-agen iblis yang menawarkan jalan hidup yang salah, yang memikat orang-orang lemah untuk mengikut jejaknya. Tidak heran jika orang fasik ini justru semakin angkuh dan congkak, karena mereka justru semakin bangga ketika orang lain mengagumi dan membenarkan cara hidup mereka yang salah.



Bacaan Alkitab: Mazmur 73:6
73:6 Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.