Rabu, 20 Desember 2017
Bacaan
Alkitab: Wahyu 22:14-15
Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal,
orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang
mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar. (Why 22:15)
Anjing dan Babi dalam Alkitab (48): Hukuman Terakhir bagi
Anjing-anjing
Pada hari ini kita akan mengakhiri
serial pembahasan renungan kita mengenai anjing dan babi di dalam Alkitab. Ayat
terakhir yang mengandung kata anjing atau babi adalah di pasal terakhir dalam
Alkitab, yaitu di kitab Wahyu pasal 22. Pasal tersebut memuat janji Tuhan
tentang akhir dari segalanya, termasuk orang benar dan juga orang jahat.
Janji terhadap orang yang benar adalah
memiliki hak untuk makan dari pohon kehidupan dan masuk ke dalam kota Yerusalem
Baru (ay. 14b). Pohon kehidupan melambangkan hidup kekal. Hidup kekal bukan
sekedar hidup selama-lamanya, tetapi juga menggambarkan kualitas hidup yang
tinggi. Hidup yang berkualitas adalah ketika kita dapat hidup seiring dengan
Tuhan dalam segala hal. Artinya baik apa yang kita lakukan, kita ucapkan,
bahkan kita pikirkan dapat selaras dengan pikiran dan isi hati Tuhan.
Yerusalem Baru sendiri berbeda dengan
langit yang baru dan bumi yang baru. Yerusalem Baru adalah pusat pemerintahan
Kerajaan Allah di langit yang baru dan bumi yang baru. Di Yerusalem Baru Tuhan
Yesus Kristus akan bertahta dan memerintah sebagai Raja yang kekal. Tidak sembarang
orang yang dapat memasuki Yerusalem Baru. Alkitab mengatakan bahwa hanya mereka
yang ditemukan namanya di dalam Kitab Kehidupan akan diperkenankan masuk ke
dalam langit yang baru dan bumi yang baru (Why 20:12). Sementara itu mereka
yang tidak ditemukan namanya dalam Kitab Kehidupan akan dilemparkan ke dalam
lautan api (Why 20:15).
Sementara itu syarat untuk dapat masuk
ke dalam Yerusalem Baru lebih ketat lagi. Hanya orang-orang yang namanya
tertulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba yang akan dapat masuk ke dalamnya
(Why 21:27). Ada perbedaan antara Kitab Kehidupan dengan Kitab Kehidupan Anak
Domba. Kitab Kehidupan berbicara tentang manusia yang dihakimi menurut
perbuatannya (Why 20:12). Dalam ayat tersebut juga termuat kitab-kitab, yang
berarti standar masing-masing orang apakah diperkenankan masuk ke langit yang
baru dan bumi yang baru mungkin berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Hal ini tentu karena pemahaman orang
berbeda-beda. Orang yang hidup di pedalaman Papua misalnya, bagi mereka tidak
memakai baju itu tidak ada unsur porno. Mereka hidup dengan telanjang tetapi
bisa tetap berpikir jernih dan tidak ada nafsu untuk melakukan hubungan seksual
dengan orang lain. Tetapi standar orang yang tinggal di kota besar, walaupun
memakai baju tertutup dan rapat tetapi bisa saja pikirannya kotor sehingga
penuh dengan nafsu mesum. Oleh karena itu, standar penghakiman antara orang
Papua dengan orang Jakarta tentu berbeda. Penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus pada hari penghakiman tersebut lebih didasarkan pada apa yang ada di
dalam hati. Yang jelas, mereka yang diperkenankan masuk ke dalam langit baru
dan bumi baru adalah mereka yang tidak membahayakan sesamanya, yang selama ini
berbuat baik kepada orang lain, serta yang tidak memusuhi Tuhan Yesus.
Nyatanya, ada kemungkinan mereka yang
belum mengenal Injil tetap dapat masuk ke dalam langit yang baru dan bumi yang
baru ketika mereka hidup menurut Injil yang ada di dalam hati mereka. Mereka
mungkin memang belum pernah mendengar Injil. Tetapi jika mereka mengasihi orang
lain, tidak mau merugikan orang lain, hidup jujur, dan lain sebagainya, mereka
sudah melakukan apa yang menjadi standar kebenaran yaitu kasih, meskipun mereka
belum mendengar hukum Taurat (apalagi mendengar Injil) dan bukan orang Kristen
(Rm 2:12-16).
Di sisi lain, orang-orang yang tidak
melawan Tuhan Yesus bukanlah musuh kita (Mrk 9:40, Luk 9:50). Bisa jadi mereka
justru ada di pihak kita. Ini dapat berbicara mengenai orang-orang non Kristen
yang bersikap baik kepada orang Kristen, bahkan ada orang non Kristen yang rela
mati bagi orang Kristen. Kita tentu pernah mendengar ada orang non Kristen yang
menemukan bom yang akan diledakkan di sebuah gereja. Orang tersebut kemudian
lari keluar membawa bom supaya tidak meledak di gereja, namun ternyata bom itu
meledak hingga ia tewas. Apakah orang ini kemudian masuk neraka, sementara
tindakannya sudah menunjukkan kasih seperti Tuhan Yesus yang rela mati bagi
keselamatan orang lain?
Orang Kristen yang berpikiran pendek
ketika membaca tulisan saya di atas mungkin menganggap saya memiliki pandangan
bahwa ada keselamatan di luar Kristus. Nyatanya, saya percaya bahwa keselamatan
hanya ada di dalam Kristus. Masalahnya, apakah arti keselamatan? Keselamatan
tidak boleh diartikan hanya sebagai “mati masuk surga”. Justru harus
dipersoalkan, apa yang dimaksud dengan surga juga. Bagi saya, keselamatan
adalah usaha Allah untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula.
Jadi keselamatan berbicara tentang hidup kekal, yang tidak hanya berkutat pada
panjangnya (durasi) hidup, tetapi juga pada kualitas hidup itu sendiri.
Rancangan Tuhan bagi manusia adalah
supaya manusia menjadi sempurna. Sayangnya Adam dan Hawa (serta keturunannya)
gagal mencapai standar ini karena dosa. Oleh karena itu Tuhan perlu turun dalam
bentuk manusia untuk mencapai standar kesempurnaan sebagai manusia hingga taat
mati di atas kayu salib. Oleh karena itu, Tuhan Yesus dapat menjadi contoh atau
pokok keselamatan melalui teladan hidupnya selama di bumi ini. Jejak hidupnya
itulah yang harus kita contoh dan kita miliki dalam hidup kita sehari-hari.
Jika hidup kita sudah sejalan dan selaras dengan irama hidup Tuhan Yesus selama
Ia menjadi manusia di bumi ini, barulah kita berhak mengklaim diri sudah
menjadi orang Kristen, karena sebutan Kristen sebenarnya adalah sebutan untuk
orang-orang yang hidupnya seperti Kristus. Orang-orang yang telah memiliki
hidup seperti Kristus inilah yang sebenarnya dicatat namanya dalam Kitab
Kehidupan Anak Domba, yaitu yang memiliki standar kehidupan seperti standar
kehidupan Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus.
Jadi hak untuk menikmati hidup kekal
dan masuk ke dalam Yerusalem Baru tidaklah mudah. Seseorang harus bersedia
membasuh jubahnya (ay. 14a). Jubah atau pakaian di sini berbicara tentang
banyak hal, bisa berbicara tentang kehidupan yang kudus dan tidak tercemar (Why
3:4), hidup yang tidak najis dan tidak memalukan (Why 3:18, 16:15), penderitaan
yang dialami oleh orang kudus (Why 6:10-11, 7:13-14), dan perbuatan benar dari
orang-orang kudus (Why 19:8). Intinya pakaian di sini menggambarkan tentang
kehidupan orang benar yang memang menjaga kekudusan dalam segala hal, termasuk
rela menderita bagi nama Tuhan.
Oleh karena itu tepat sekali jika
Alkitab menulis bahwa berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya atau
pakaiannya. Kata jubah di ayat ini sama dengan kata jubah dalam Why 6:11 dan
Why 7:13-14. Jubah juga dapat berarti suatu pakaian khusus yang dikenakan oleh
para bangsawan (bukan masyarakat biasa). Jadi jubah di sini adalah lambang dari
orang-orang yang memang berjuang supaya dapat diperkenankan diri menjadi
bangsawan-bangsawan surgawi. Inilah mereka yang hidup menurut jejak Anak Domba
Allah yaitu Yesus Kristus. Mereka inilah yang namanya tercatat dalam Kitab
Kehidupan Anak Domba dan berhak memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus
Kristus dalam kekekalan di Yerusalem Baru. Siapa yang diperintah? Tentu adalah
orang-orang yang diperkenankan masuk di langit yang baru dan bumi yang baru,
yaitu mereka yang selama di bumi ini tidak melukai sesamanya sehingga telah
mempraktikkan kasih Tuhan dalam hidup mereka.
Namun demikian, ada suatu peringatan
yang keras juga bagi kita, yaitu akan ada orang-orang yang tinggal di luar dan
tidak diperkenankan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kalimat yang digunakan dalam
Alkitab dalam Bahasa Indonesia cenderung mengesankan bahwa akan ada orang-orang
yang tinggal di luar kota tersebut, di antaranya adalah anjing-anjing,
tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah
berhala, dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya. Orang
yang tidak teliti membaca dapat mengira bahwa orang-orang ini masih mungkin
masuk ke langit yang baru dan bumi yang baru, meskipun tidak dapat masuk ke
dalam Yerusalem Baru.
Kata “tinggal di luar” dalam bahasa
aslinya sangat sederhana karena hanya menggunakan satu kata yaitu ἔξω (exō).
Kata exō ini memang dapat berarti outside yang dapat diartikan berada di
luar. Namun kata exō juga dapat berarti without yang dapat diartikan tanpa (kehadiran). Alkitab terjemahan
Bahasa Inggris sebagian besar menggunakan kata outside namun untuk terjemahan King James Version (yang cenderung
menafsirkan kata per kata secara harafiah) menggunakan kata without. Lagipula kriteria mereka yang
tinggal di luar dalam ayat 15 ini sejajar dengan kriteria mereka yang tidak
masuk ke dalam langit yang baru dan bumi yang baru (Why 21:8) dan mereka yang
tidak masuk ke dalam Yerusalem Baru (Why 21:27). Tukang-tukang sihir,
orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah berhala, semua pendusta
sebagaimana yang tercatat di ayat 15 sama persis dengan apa yang tertulis di
Why 21:8.
Oleh karena itu saya cenderung menangkap
bahwa ayat 15 ini berbicara tentang mereka yang tidak diperkenankan masuk ke
dalam langit yang baru dan bumi yang baru (yang juga pasti tidak diperkenankan
masuk ke dalam Yerusalem Baru). Jadi kata exō di ayat 15 tidak
hanya merujuk lokasi di luar kota Yerusalem Baru, tetapi juga di luar langit
yang baru dan bumi yang baru. Lalu jika mereka ada di luar langit yang baru dan
bumi yang baru, di manakah mereka ditempatkan? Alkitab dengan jelas menyatakan
bahwa mereka yang tidak ada namanya di dalam kitab kehidupan (sebagai syarat
masuk ke dalam langit yang baru dan bumi yang baru) akan dilemparkan ke dalam
lautan api. Di sanalah mereka akan terpisah dengan Allah selama-lamanya (Why
21:8).
Kata anjing-anjing di sini sejajar
dengan dosa-dosa lain yang menyebabkan mereka tidak dicatat namanya di dalam
kitab kehidupan, sehingga tidak diperkenankan masuk ke dalam langit yang baru
dan bumi yang baru. Kita tahu bahwa kata anjing merujuk kepada mereka yang
masih hidup dalam kenajisan dan tidak mau bertobat, bahkan cenderung menyerang
kebenaran. Oleh karena itu, pastilah mereka yang termasuk dalam kelompok anjing
ini tidak mungkin dapat masuk ke dalam Yerusalem Baru, karena tidak bisa ada
kenajisan di dalam Yerusalem Baru (Why 21:27).
Anjing-anjing di sini disamakan dengan
dosa-dosa lainnya. Ada tukang sihir (φάρμακος
atau pharmakos), yaitu bukan saja
mereka yang mempraktikkan ilmu sihir, tetapi juga adalah mereka yang membuat
ilusi seakan-akan mereka memiliki kuasa untuk memanipulasi Tuhan dan diberi
kekuasaan tertentu. Praktik ini juga sangat mungkin terjadi di gereja ketika
ada orang-orang yang seakan-akan memiliki hubungan khusus dengan Tuhan.
Dikesankan bahwa hanya orang-orang ini yang bisa berkomunikasi dengan Tuhan
sehingga jemaat jika didoakan oleh oknum ini, katanya pasti didengar oleh
Tuhan. Padahal Tuhan adalah Tuhan yang hidup yang dapat dijangkau oleh siapa
saja selama mereka takut akan Tuhan dan hidup dalam kekudusan. Jadi praktik
sihir tidak hanya berbicara tentang ilmu hitam dan hal-hal yang mistis, tetapi
juga praktik dimana ada orang-orang tertentu yang menjual nama Tuhan dengan
tanda-tanda heran yang sebenarnya dimanipulasi sedemikian rupa untuk
meninggikan nama orang tersebut.
Ada pula orang-orang sundal (πόρνος atau pornos) yaitu mereka yang melacurkan diri mereka sendiri. Kata pornos di sini dapat berbicara mengenai pelacuran secara
fisik atau jasmani, dimana mereka hidup dalam dosa percabulan dan perzinahan
dengan orang lain. Tentu orang seperti ini jika tidak bertobat akan berbahaya
jika masuk ke dalam kekekalan karena akan merusak tatanan masyarakat di langit
yang baru dan bumi yang baru. Di sisi lain kata pornos disini juga dapat
berbicara mengenai orang-orang yang melacurkan diri secara rohani, dalam artian
mereka menyembah Tuhan tetapi juga tertarik dengan hal-hal lain seperti
kenikmatan dunia. Ini adalah orang-orang yang sedang hidup dalam dualisme, yang
sedang melakukan poligami dengan hal-hal lain. Seharusnya orang Kristen hanya
melakukan monogami, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal
budi kita, tanpa sedikitpun mencintai hal-hal lain termasuk mencintai dunia dan
segala isinya.
Ada pula orang-orang pembunuh (φονεύς atau phoneus). Kata phoneus sendiri dapat
diartikan sebagai “a murderer,
committing unjustified, intentional homicide” (seorang pembunuh, yang melakukan pembunuhan yang tidak adil/tidak benar
dan dengan disengaja). Jadi ini tentu bukan orang yang tanpa sengaja membunuh
orang lain, misal karena membela diri atau dengan cara lain. Ini berbicara
mengenai orang-orang yang memang niat untuk membunuh dan menghilangkan nyawa
orang lain dengan sengaja dan dengan niat yang jahat. Menariknya, dalam Mat
5:21-22, kata dasar yang sama juga digunakan dalam ucapan Tuhan Yesus, dimana
jika ada orang yang mengucapkan kata-kata yang kasar kepada sesamanya, maka itu
sejajar dengan pembunuhan. Tentu harus dimengerti bahwa persoalannya bukan pada
kata-kata kasar yang diucapkan, tetapi apakah kata-kata tersebut kita ucapkan
dengan niat yang tidak baik dan memang disengaja untuk menjatuhkan orang lain,
merusak citra orang di mata orang lain, dan niat jahat lainnya? Jadi membunuh
tidak hanya dengan menghilangkan nyawa, tetapi kata-kata kita yang diucapkan
dengan niat jahat dan tidak benar saja sudah dapat dikategorikan sebagai sebuah
pembunuhan, yaitu “pembunuhan” karakter orang lain.
Ada pula penyembah-penyembah berhala (εἰδωλολάτρης
atau eidólolatrés). Sepintas
penyembah berhala ini sudah tidak ada lagi di dalam kalangan orang Kristen.
Tentu karena orang Kristen memang tidak diajarkan untuk menyembah patung dewa atau
gambar dewa lainnya (berbeda dengan situasi pada masa Perjanjian Lama atau
Perjanjian Baru dimana bangsa-bangsa di sekitar Israel memang menyembah
dewa-dewa dan patung-patung, seperti bangsa Filistin, Asyur, Babel di
Perjanjian Lama serta bangsa Yunani dan Romawi di Perjanjian Baru). Sayangnya
banyak orang-orang Kristen yang terlalu cepat menghakimi ketika seseorang
memasang patung atau gambar Yesus sebagai suatu penyembahan berhala.
Padahal arti kata eidólolatrés ini
merupakan gabungan dari 2 kata yaitu eidólon
(image of a false god atau gambaran tuhan yang palsu/salah) dan latris (a hired servant atau hamba/budak yang dibayar). Jadi kata eidólolatrés dapat diartikan sebagai
orang-orang yang menghambakan diri kepada tuhan yang palsu atau yang salah,
tidak hanya mereka yang menyembah patung atau gambar-gambar tertentu. Dalam hal
ini, persoalannya hanya terletak pada satu hal: apakah Tuhan menjadi
satu-satunya tuan dan majikan dalam hidup kita. Apakah Tuhan menjadi
satu-satunya objek penyembahan kita. Kata penyembahan di sini juga harus
dimengerti sebagai “memberi nilai tinggi”. Jadi selama kita memiliki hal-hal
yang kita anggap bernilai tinggi selain Tuhan, itu adalah berhala kita.
Tidak heran jika Tuhan berkata bahwa seorang hamba tidak dapat mengabdi
kepada 2 tuan, sehingga kita tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan kepada mamon
(Luk 16:13). Mamon juga dapat berarti harta dan kekayaan duniawi sebagai suatu oknum
yang jahat. Jadi jika kita masih mencintai dunia, atau bahkan mencintai Tuhan
dan dunia sekaligus, maka kita sesungguhnya sedang menjadi penyembah-penyembah
berhala. Hanya satu yang harus kita sembah, yaitu Tuhan, tidak ada yang lain.
Terakhir, ada pula orang-orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya.
Kata dusta di sini adalah ψεῦδος atau
pseudos. Kata pseudos ini juga dapat diterjemahkan sebagai a falsehood, untruth, lie (kepalsuan, ketidakbenaran, kebohongan,
dusta). Jadi kata pseudos di sini
tidak hanya dapat dimaknai secara dangkal sebagai dusta saja, yaitu mereka yang
suka berbohong. Kata pseudos juga
harus dimaknai sebagai orang-orang yang menyukai kepalsuan, misalnya dengan
membuat image yang baik di mata orang
padahal hatinya masih penuh dengan kejahatan. Ini juga menggambarkan
orang-orang yang menyukai injil yang palsu, injil yang tidak benar, kebenaran
yang palsu atau tidak murni. Mereka bisa saja seakan-akan mengutip Alkitab, memasang
gambar atau status-status yang terlihat rohani di media sosial, tetapi apa yang
disampaikan itu tidak lebih dari kepalsuan semata.
Orang-orang seperti ini sangat mencintai kepalsuan, dusta, dan
ketidakbenaran. Jika perlu, kebenaran diputarbalikkan sedemikian rupa sehingga
banyak mengecoh orang-orang Kristen yang polos dan tulus hatinya. Hanya
orang-orang yang tertanam dalam kebenaran Firman Tuhan yang akan dapat membedakan
mana kebenaran yang murni dan orisinil dan mana kebenaran yang palsu atau semu.
Cara paling mudah adalah melihat dari kelakuannya, apakah ia melakukan apa yang
ia katakan. Kelakuan seseorang akan dapat menunjukkan kualitas kebenaran yang
dimilikinya, apakah kebenaran yang murni atau yang palsu.
Gambaran di atas menunjukkan betapa malangnya orang-orang yang masih hidup
dalam dosa. Mereka tidak sadar akan adanya realitas kekekalan yang dashyat.
Mereka berpikir bahwa mereka harus menikmati dunia ini selama mereka hidup,
karena mereka tidak tahu bahwa akan ada dunia yang akan datang yang Tuhan sudah
siapkan bagi orang-orang yang merindukannya. Hal ini sekaligus juga menjadi
peringatan bagi kita supaya kita tidak jatuh dalam dosa-dosa atau kesalahan
yang dapat membuat kita tertolak dari hadirat Tuhan. Ini juga menjadi semacam
cambuk bagi kita untuk terus menyuarakan kebenaran kepada orang lain, supaya
mereka juga dapat hidup semakin kudus dan tak bercacat menjelang kedatangan
hari Tuhan yang semakin dekat. Ingat bahwa bukan orang-orang di luar gereja
saja yang dapat tertolak pada hari penghakiman, tetapi mereka yang ada di dalam
gereja pun dapat ditolak oleh Tuhan Yesus sendiri (Mat 7:21-23). Bertobatlah
selagi masih ada kesempatan!
Bacaan
Alkitab: Wahyu 22:14-15
22:14 Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh
hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam
kota itu.
22:15 Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal,
orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang
mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.