Minggu, 10 Desember 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (40): Nabi-nabi Palsu = Anjing



Senin, 11 Desember 2017
Bacaan Alkitab: Yehezkiel 13:1-8
Seperti anjing hutan di tengah-tengah reruntuhan, begitulah nabi-nabimu, hai Israel! (Yeh 13:4)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (40): Nabi-nabi Palsu = Anjing


Jika sebelumnya saya sempat menulis renungan dengan judul yang provokatif, yaitu “gembala yang fasik = anjing”, maka di renungan kita hari ini kita akan membahas ayat yang hampir sejajar yaitu bahwa “nabi-nabi palsu = anjing”. Menarik juga karena ayat ini adalah ayat terakhir di Perjanjian Lama yang memuat kata anjing atau babi. Tentu kita harus mempersoalkan siapakah yang dimaksud dengan nabi-nabi palsu dalam firman Tuhan di sini. Jadi sebenarnya Tuhan juga tidak gampangan menyebut seseorang sebagai anjing. Justru karena para nabi palsu ini sudah jelas-jelas melakukan kejahatan yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merusak umat Tuhan, maka mereka disebut sebagai anjing-anjing hutan (ay. 4).

Saya tidak tahu apakah kita lebih suka dipanggil sebagai  “anjing” atau dipanggil sebagai “anjing hutan”. Kata “anjing hutan” pada ayat 4 tersebut dalam bahasa aslinya menggunakan kata כְּשֻׁעָלִ֖ים (kə·šu·‘ā·lîm) yang berasal dari kata dasar שׁוּעָל (shual) yang dapat diartikan sebagai fox atau jackal (rubah atau serigala). Semua jenis anjing adalah binatang yang haram dan najis bagi bangsa Israel. Namun jika anjing dipandang sebagai binatang yang najis antara lain karena makanannya juga najis, maka serigala adalah binatang yang najis tetapi juga berbahaya karena dapat menyerang dan menggigit.

Jadi menurut pendapat saya, kata anjing hutan (yang juga dapat disebut sebagai rubah atau serigala), masih merupakan satu keluarga dengan anjing. Sebenarnya Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) juga sudah menggunakan kata rubah dan serigala dalam penyusunan Alkitab Terjemahan Baru Bahasa Indonesia terbitan tahun 1974. Kita dapat melihat kata rubah digunakan di kitab Kidung Agung (Kid 2:15) dan kata serigala di ayat-ayat lainnya (Mzm 44:19, Yes 11:6, Yer 10:22, Yeh 22:27, dsb). Oleh karena itu saya tetap menggunakan kata “anjing” di judul saya sesuai dengan konteks serial renungan kita yang sedang membahas mengenai anjing (termasuk anjing hutan) dan babi dalam Alkitab.

Penyebutan nabi-nabi palsu sebagai anjing adalah murni merupakan firman Tuhan yang datang kepada nabi Yehezkiel (ay. 1). Tuhan menyuruh Yehezkiel untuk bernubuat melawan nabi-nabi Israel (ay. 2a). Perhatikan bahwa Tuhan tidak menyuruh Yehezkiel bernubuat melawan nabi-nabi palsu bangsa Babel atau bangsa Asyur. Padahal jelas-jelas nabi-nabi di bangsa tersebut menyembah berhala. Tentu Tuhan ingin menekankan bahwa nabi-nabi di Israel haruslah memiliki standar kenabian yang benar, karena Israel (dan juga Yehuda) adalah umat pilihan Tuhan di Perjanjian Lama. Tuhan sedang tidak berurusan dengan nabi-nabi di bangsa-bangsa lainnya, tetapi Tuhan ingin berperkara dengan orang-orang yang mengaku sebagai nabi di Israel, tetapi ternyata adalah seorang penipu yang menyesatkan umat Tuhan. Apa saja ciri-ciri dari nabi-nabi palsu yang disebut Tuhan sebagai anjing tersebut?

Pertama, nabi-nabi palsu adalah mereka yang bernubuat sesuka hatinya saja (ay. 2b). Seorang nabi harus diuji apakah ia menyuarakan suara Tuhan atau hanya menyuarakan apa yang menjadi kesukaan hatinya saja. Firman Tuhan berkata apabila seorang nabi terlalu berani untuk mengucapkan demi nama Tuhan perkataan yang tidak diperintahkan untuk dikatakan, maka nabi itu harus mati (Ul 18:20). Oleh karena itu tidak sembarang orang memiliki karunia nabi dan bisa menjadi nabi. Namun demikian, kerohanian Israel dan Yehura telah merosot sampai ke titik terendah pada masa nabi-nabi besar seperti Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel, sehingga mereka selaku nabi-nabi Tuhan yang benar harus berhadapan dengan nabi-nabi palsu yang bernubuat sesuka hatinya saja.

Jika kita mau belajar mengenai isi kitab nabi-nabi Tuhan, kita akan menemukan bahwa Tuhan mengizinkan bangsa Israel dan Yehuda dikalahkan oleh musuh mereka karena mereka berdosa di hadapan Tuhan. Diharapkan dengan mengalami kondisi sulit dan dipermalukan oleh musuh, mereka suatu saat dapat menyadari kesalahannya dan bertobat. Namun demikian, nabi-nabi palsu ini justru menyuarakan keamanan, kesejahteraan, bahkan kemenangan atas musuh tanpa menekankan pertobatan secara proporsional. Nabi-nabi palsu ini menyuarakan bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan sehingga pasti menang bahkan lebih dari pemenang tanpa mempersoalkan bagaimana menjadi umat pilihan Tuhan yang benar di hadapan-Nya dengan standar kesucian hidup yang berkenan di hadapan Tuhan.

Ini yang disebut sebagai nubuat yang sesuka hati. Dan jika mau jujur, pada masa itu siapakah rakyat Yehuda yang mau mendengarkan suara Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel? Bukankah rakyat pasti akan lebih suka mendengarkan berita yang disampaikan oleh nabi-nabi palsu tersebut? Di situlah tantangan bagi nabi-nabi Tuhan diuji. Apakah mereka tetap berani menyampaikan kebenaran firman Tuhan secara konsisten sekalipun mayoritas rakyat tidak mau mendengar lagi suara Tuhan? Apakah mereka tetap sabar memberitakan kebenaran sekalipun berkali-kali ditolak, atau bahkan dikatakan sebagai nabi yang sesat (padahal yang sesat justru adalah nabi-nabi palsu tersebut).

Kedua, nabi-nabi palsu adalah mereka yang mengikuti bisikan hatinya sendiri meskipun tidak melihat suatu penglihatan dari Tuhan (ay. 3). Nabi yang benar tidak akan berani menyampaikan apa yang bukan berasal dari Tuhan. Yehezkiel sendiri beberapa kali mendapatkan penglihatan dari Tuhan (misalnya di Yeh 1 dan Yeh 10). Dan itulah yang disampaikan Yehezkiel dalam kitab yang ditulisnya, selain tentu juga ada hal-hal lain yang diperintahkan Tuhan untuk disampaikan kepada umat Yehuda.

Namun demikian, nabi-nabi palsu sebenarnya tidak pernah mendapatkan atau melihat suatu penglihatan dari Tuhan. Tetapi karena begitu bebalnya mereka dan demi untuk mendapatkan untung, mereka berani mengakui bahwa mereka telah mendapatkan penglihatan dari Tuhan. Padahal itu sebenarnya hanyalah bisikan hatinya sendiri dan bukanlah penglihatan dari Tuhan. Mereka tidak segan-segan berbohong dan menipu umat karena hanya dengan cara demikian, umat-umat Tuhan yang polos (atau yang memang sudah jahat) bisa percaya kepada mereka. Penglihatan dan hal-hal adikodrati lainnya dicatut untuk membuat nama nabi-nabi palsu tersebut semakin tersohor. Padahal jika umat cerdas, mereka dapat menemukan bahwa penglihatan yang satu dan yang lain bisa tidak sinkron.

Ketiga, nabi-nabi palsu tidak melindungi umat Tuhan (ay. 5). Tugas seorang nabi adalah menyuarakan kebenaran firman Tuhan kepada umat supaya suara Tuhan tersebut membuat umat Tuhan semakin hidup benar di pandangan-Nya. Di situ seorang nabi diibaratkan sebagai orang-orang yang membangun tembok di sekeliling umat Tuhan supaya mereka tidak kalah oleh musuh. Suara Tuhan itu mungkin tidak enak didengar dan berat dilakukan, tetapi jika umat mau melakukan, maka nabi tersebut akan menyelamatkan umat Tuhan yang bertobat.

Sayangnya, nabi-nabi palsu di Yehuda tidak ada yang berpikir seperti itu. Mereka semua sedang mencari kepentingan diri mereka sendiri, supaya bisa dipandang terhormat, memperoleh keuntungan finansial, hingga menjadi orang-orang yang dibela oleh raja dan para pemuka agama. Oleh karena itu mereka tidak merasa perlu menjadi penjaga bagi umat Tuhan. Pikiran mereka hanya semata-mata bagaimana mereka dapat memperoleh keuntungan dari umat yang memandang diri mereka sebagai nabi Tuhan, padahal mereka sebenarnya adalah nabi-nabi palsu.

Keempat, nabi-nabi palsu suka menipu, berbohong, dan mengucapkan kata-kata dusta (ay. 6-8a). Sebenarnya kata menipu, berbohong, dan berdusta itu relatif sama. Nabi-nabi palsu ini sudah biasa menipu umat Tuhan dengan penglihatan-penglihatan yang bohong, atau dengan ayat-ayat firman Tuhan yang diselewengkan di luar konteksnya. Sangat mungkin bahwa nabi-nabi palsu di masa Yehezkiel hidup tersebut mengangkat ayat yang menyatakan bahwa Tuhan akan membiarkan musuh-musuh Yehuda terpukul kalah oleh bangsa Yehuda (Ul 28:7), namun ayat tersebut hanya disampaikan tanpa melihat konteks kitab Ulangan pasal 28, dimana di ayat 1 jelas disyaratkan bahwa bangsa Yehuda harus sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan dan melakukan firman Tuhan dengan setia. Bahkan di ayat-ayat selanjutnya, jelas dimuat mengenai kutuk serta peperangan dan pembuangan yang dialami oleh bangsa Israel jika mereka tidak hidup menurut jalan Tuhan.

Jadi penipuan yang dilakukan oleh nabi-nabi palsu bukan hanya  menggunakan penglihatan di luar firman Tuhan, tetapi juga dapat menggunakan ayat-ayat di dalam kitab suci mereka yang diambil di luar konteks. Oleh karena itu betapa berbahayanya jika umat Tuhan tidak cerdas dan tidak rajin membaca firman Tuhan dengan setia. Umat yang tidak cerdas ini akan menjadi sasaran empuk yang mudah dipengaruhi oleh para nabi palsu tersebut sehingga bisa diperalat dengan mengatasnamakan agama. Kita tahu bahwa nabi-nabi palsu di zaman Yehezkiel tentu sudah mempengaruhi para pemuka agama dan bahkan juga raja Yehuda sehingga mereka tidak melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan, tetapi justru semakin tersesat dalam dosa dan kejahatan yang lebih parah.

Oleh karena itu, tepatlah jika Tuhan menyebut nabi-nabi palsu ini sebagai anjing atau anjing-anjing hutan yang tinggal di reruntuhan. Mereka adalah orang-orang najis yang memangsa dan mengorbankan sesamanya sendiri. Oleh karena mereka telah menyesatkan umat Tuhan, maka Tuhan sendiri berkata bahwa Tuhan akan menjadi lawan mereka (ay. 8b). Jika kita meneruskan pembacaan Alkitab kita ke ayat 9 dan seterusnya, kita akan dapat melihat bagaimana Tuhan akan menghukum nabi-nabi palsu tersebut karena penyesatan yang mereka lakukan.

Ini menjadi peringatan keras supaya kita tidak menjadi nabi-nabi palsu di hadapan Tuhan. Khususnya bagi kita yang saat ini sudah mulai menyampaikan firman Tuhan (baik itu di ibadah-ibadah keluarga, ibadah sekolah minggu, ibadah pemuda remaja, maupun penulis blog/renungan seperti saya), kita harus lebih hati-hati lagi dalam menyampaikan firman Tuhan. Suatu saat kita akan dituntut apakah firman yang kita sampaikan benar-benar sesuai dengan isi hati Tuhan, ataukah kita hanya mengutarakan rekaan hati kita dengan memanfaatkan ayat-ayat yang ada demi kepentingan kita sendiri. Mereka yang sudah menjadi seorang pengkhotbah, pendeta, dan gembala jemaat tentu juga harus berhati-hati akan ucapannya. Tuhan akan menuntut kita sesuai dengan apa yang kita ucapkan dan ajarkan. Tidak hanya apakah ucapan dan ajaran kita sesuai dengan firman Tuhan, tetapi apakah kita sudah melakukannya dan memberikan teladan bagi jemaat atau umat Tuhan. Jangan jadikan diri kita sebagai nabi-nabi palsu, melainkan berjuanglah untuk menjadi nabi-nabi Tuhan yang menyuarakan kebenaran firman Tuhan dengan konsisten dalam kondisi apapun, bahkan meskipun hanya sedikit orang yang mau mendengar kebenaran tersebut.



Bacaan Alkitab: Yehezkiel 13:1-8
13:1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku:
13:2 "Hai anak manusia, bernubuatlah melawan nabi-nabi Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka yang bernubuat sesuka hatinya saja: Dengarlah firman TUHAN!
13:3 Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah nabi-nabi yang bebal yang mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat sesuatu penglihatan.
13:4 Seperti anjing hutan di tengah-tengah reruntuhan, begitulah nabi-nabimu, hai Israel!
13:5 Kamu tidak mempertahankan lobang-lobang pada tembokmu dan tidak mendirikan tembok sekeliling rumah Israel, supaya mereka dapat tetap berdiri di dalam peperangan pada hari TUHAN.
13:6 Penglihatan mereka menipu dan tenungan mereka adalah bohong; mereka berkata: Demikianlah firman TUHAN, padahal TUHAN tidak mengutus mereka, dan mereka menanti firman itu digenapi-Nya.
13:7 Bukankah penglihatan tipuan yang kamu lihat dan tenungan bohong yang kamu katakan, kalau kamu berkata: Demikianlah firman TUHAN, padahal Aku tidak berbicara?
13:8 Sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH, oleh karena kamu mengatakan kata-kata dusta dan melihat perkara-perkara bohong, maka Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.