Sabtu, 09 Desember 2017

Anjing dan Babi dalam Alkitab (39): Anjing Hutan yang Berkeliaran di Bukit Sion

Minggu, 10 Desember 2017
Bacaan Alkitab: Ratapan 5:16-22
Karena bukit Sion yang tandus, di mana anjing-anjing hutan berkeliaran. (Rat 5:18)


Anjing dan Babi dalam Alkitab (39): Anjing Hutan yang Berkeliaran di Bukit Sion


Setelah nubuatan terhadap bangsa Yehuda yang disampaikan oleh nabi-nabi Tuhan seperti Yesaya dan Yeremia, maka akhirnya kerajaan Yehuda pun takluk kepada kerajaan Babel. Raja Yehuda dan pembesar-pembesarnya ditangkap sementara rakyatnya yang masih hidup ditawan. Tembok kota Yerusalem dirobohkan, bahkan Bait Allah dihancurkan, dijarah, dan dibakar. Padahal bagi bangsa Yehuda, kota Yerusalem dan juga Bait Allah adalah lambang kehadiran Tuhan Allah (Elohim Yahweh) di tengah-tengah mereka. Bagi mereka, kota Yerusalem dan Bait Allah adalah mahkota kemuliaan dan kebanggaan mereka di antara bangsa-bangsa lain.

Oleh sebab itu ketika kota Yerusalem akhirnya takluk kepada Babel dan Bait Allah dihancurkan, maka bangsa Yehuda berseru bahwa mahkota mereka telah jatuh dari kepala mereka (ay. 16a). Tentu pada waktu itu mereka baru sadar bahwa itu semua disebabkan karena dosa-dosa mereka, khususnya terkait dengan ketidaksetiaan mereka dalam ibadah kepada Tuhan atau Elohim Yahweh (ay. 16b). Mereka baru sadar ketika bencana sudah menimpa mereka, karena sebelumnya mereka masih sombong dan angkuh dan merasa paling benar.

Hati mereka menjadi sakit, bahkan mata mereka penuh dengan air mata sehingga pandangannya berkaca-kaca dan menjadi kabur (ay. 17). Semua itu disebabkan karena Sion (yaitu gambaran Yerusalem) sudah lenyap kemegahannya. Ibukota Yehuda dengan Bait Allah yang begitu megah akhirnya hancur dan ditinggalkan oleh penduduknya. Sion menjadi tandus, bahkan anjing-anjing hutan berkeliaran di sana (ay. 18). Ingat bahwa anjing (termasuk anjing hutan) adalah gambaran binatang yang najis, sehingga apabila ada anjing hutan yang berkeliaran di wilayah Sion atau wilayah kota Yerusalem berarti itu menunjukkan bagaimana kota atau daerah yang dipandang sebagai kota kudus, kini dihuni oleh binatang-binatang yang najis yang berkeliaran di sana.

Oleh karena itu, dalam ayat selanjutnya, bangsa Yehuda meratap mengapa Tuhan membiarkan tahtanya dinajiskan dan menjadi sunyi. Mereka berpikir bahwa Tuhan seharusnya bertahta selama-lamanya dari masa ke masa (ay. 19). Mereka berseru mengapa Tuhan meninggalkan mereka dan mengizinkan mereka terbuang ke wilayah bangsa-bangsa lain (ay. 20)? Oleh karena itu, dalam kitab Ratapan ini bangsa Yehuda menuangkan keluh kesahnya tentang harapan mereka dapat kembali ke Yerusalem dan beribadah di sana (ay. 21). Bahkan kalimat terakhir dalam kitab Ratapan ini menunjukkan kata-kata yang nyaris putus asa dari mulut mereka: “Apakah Tuhan sudah membuang kami sama sekali? Apakah Tuhan sudah sangat  murka kepada kami?” (ay. 22). 

Pemikiran bangsa Yehuda sebagai umat pilihan Tuhan di Perjanjian Lama adalah bahwa Yerusalem dan Bait Allah adalah tempat tahta Tuhan di dunia ini. Itulah sebabnya sampai kapanpun mereka sangat ingin menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota negara mereka, termasuk dengan membangun kembali Bait Allah. Mereka masih belum sadar bahwa Tuhan tidak bertahta di bumi tetapi bertahta di surga. Tentu karena mereka adalah umat pilihan Tuhan di Perjanjian Lama, hal tersebut dapat dimaklumi. Tetapi akan menjadi suatu ironi jika orang Kristen sebagai umat pilihan Tuhan di masa Perjanjian Baru juga ikut-ikutan menjadi seperti keyahudi-yahudian. Orang Kristen harus mendatangkan kerajaan surga dalam kehidupannya sehari-hari melalui teladan dalam perkataan dan perbuatannya, bukan dengan ikut-ikutan meratap apalagi berjuang supaya bangsa Yahudi dapat kembali menjadikan Yerusalem sebagai ibu kotanya dan kembali membangun Bait Allah.

Selama ini kehancuran kota Yerusalem dan Bait Allah adalah hukuman Tuhan atas dosa-dosa bangsa Israel dan Yehuda. Pada sekitar tahun 586 SM, Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan oleh kerajaan Babel ketika raja-raja dan imam-imam tidak hidup benar sehingga umat Tuhan juga menyimpang dari hukum Taurat. Pada masa itu penduduk Yehuda ditawan dan dibuang, meskipun dapat kembali lagi di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia. Sangat untung bahwa kota Yerusalem tidak seperti kota-kota lain yang ditinggalkan penduduknya secara permanen, karena mereka masih diizinkan untuk kembali ke sana (bandingkan dengan nubuatan terhadap kota-kota Babel yang menjadi sunyi hingga saat ini). Hal tersebut terulang lagi pada tahun 70 Masehi dimana Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan oleh bangsa Romawi dan orang Yahudi terserak ke seluruh dunia sebagai dampak dari penolakan mereka terhadap Tuhan Yesus. Barulah pada tahun 1948 mereka kembali dan mendirikan negara Israel di daerah Palestina. Jadi jelas bahwa bangsa Yehuda/Yahudi harus dibuang dan terserak karena dosa-dosa mereka, dan selama itu pula orientasi bangsa Yahudi senantiasa tertuju pada Yerusalem secara fisik. Sementara itu, kita umat percaya yang adalah umat pilihan Tuhan di masa Perjanjian Baru, sebenarnya memiliki pengharapan yang lebih mulia lagi, yaitu Yerusalem Baru, yaitu tempat dimana kita akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus dalam kekekalan (Why 21:9-10).

 


Bacaan Alkitab: Ratapan 5:16-22
5:16 Mahkota telah jatuh dari kepala kami. Wahai kami, karena kami telah berbuat dosa!
5:17 Karena inilah hati kami sakit, karena inilah mata kami jadi kabur:
5:18 karena bukit Sion yang tandus, di mana anjing-anjing hutan berkeliaran.
5:19 Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa!
5:20 Mengapa Engkau melupakan kami selama-lamanya, meninggalkan kami demikian lama?
5:21 Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!
5:22 Atau, apa Engkau sudah membuang kami sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.