Kamis, 13 Oktober 2011

Iman Percaya Abraham

Kamis, 13 Oktober 2011

Bacaan Alkitab: Kejadian 15:1-6

“Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kej 15:6)


Iman Percaya Abraham

Sejak kecil, saya diajarkan bahwa Abraham adalah Bapa dari segala orang beriman. Abraham merupakan salah satu nabi yang diakui tiga agama sekaligus, Yahudi, Kristen, dan Islam. Dan hebatnya lagi, dalam ketiga agama tersebut pun, Abraham tetap dianggap sebagai Bapa orang beriman. Tentunya ada sesuatu yang hebat dalam kehidupan Abraham, terutama tentang iman Abraham, yang salah satunya akan kita renungkan hari ini.

Iman Abraham pertama kali terlihat ketika Tuhan memanggil Abraham (dulu masih bernama Abram) dari tanah kelahirannya untuk pergi ke tanah yang akan ditunjukkan Tuhan (Kej 12:1). Padahal dalam ayat tersebut, Tuhan masih belum menyebutkan dengan spesifik tujuan Abraham, tanah itu baru akan ditunjukkan Tuhan ketika Abraham mau untuk pergi. Selain itu Tuhan juga menjanjikan Abraham akan menjadi bangsa yang besar (Kej 12:2), padahal saat itu Abraham dan isterinya masih belum memiliki anak walaupun usia Abraham saat itu sudah mencapai 75 tahun (Kej. 12:4).

Dalam perjalanannya mengiring Tuhan, ternyata Tuhan tidak langsung memberikan tanah tersebut kepada Abraham. Abraham pernah mengungsi ke Mesir karena kelaparan yang melanda tanah itu. Jika saya membayangkan diri saya ada dalam posisi Abraham, mungkin saat itu juga saya menyerah untuk berharap. Tapi tidak dengan Abraham, ia terus mempercayai Tuhan, walaupun mungkin keadaan masih belum seperti apa yang Tuhan janjikan kepadanya.

Saya rasa, dalam bacaan kita hari ini, Abraham digambarkan sedikit goyah, walaupun secara iman, ia masih tetap percaya akan janji-janji Allah. Kalau dikira-kira berdasarkan umur Abraham ketika Ismael lahir yaitu 86 tahun (Kej 16:16), mungkin saat itu sudah sepuluh tahun berlalu sejak ia meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi mengikut Tuhan. Selama sepuluh tahun itu pula Abraham masih belum menerima tanah yang dijanjikan Tuhan. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, Abraham juga masih belum memiliki anak. Mungkin saat itu Abraham pun berpikir, “Okelah kalau tanah mungkin Tuhan bisa kasih, tetapi kalau nggak ada anak, ya buat apa tanah seluas beribu-ribu hektar…” Saat itu, Abraham seakan-akan sudah memiliki “rencana B” yaitu membiarkan Eliezer, hambanya menjadi ahli warisnya, jika ternyata “rencana A” milik Tuhan tidak terlaksana.

Namun di saat Abraham mulai terlihat sedikit goyah, Firman Allah datang kepada Abraham. Allah selalu datang tepat waktu di saat Abraham membutuhkan sedikit suntikan semangat dari Tuhan. Tuhan kembali menegaskan bahwa walaupun Abraham mengusulkan “rencana B”, tetapi dalam pandangan Tuhan, “rencana A” adalah rencana yang terbaik bagi Abraham. Sehingga, dalam ayat 1 kita dapat melihat bahwa ada tiga hal penting yang Tuhan katakan kepada Abraham:

Pertama, jangan takut. Ketika kita mulai merasa takut, itu berarti kita mulai tidak percaya kepada Tuhan. Tuhan berfirman “janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yer 41:10)

Kedua, Allah adalah perisai kita. Perisai berguna untuk melindungi kita dari segala macam hal yang tidak baik, termasuk dari si Jahat (Mzm 3:4, Ef 6:16). Ketika Allah menjadi perisai kita, itu berarti semua kehidupan kita ada dalam perlindungan dan penyertaan Allah senantiasa.

Ketiga, Allah memberikan upah yang besar. Upah yang besar ini tentunya diberikan kepada mereka yang percaya, sama seperti Tuhan menjanjikan upah kepada Abraham. Alkitab mengatakan agar kita juga jangan sampai melepaskan iman percaya kita, karena ada upah besar yang menanti kita di Surga (Ibr 10:35).

Dalam ayat selanjutnya (ay. 4), Tuhan kembali menegaskan bahwa anak kandung Abraham yang akan menjadi pewaris Abraham, bukan Eliezer, hamba Abraham. Bahkan Tuhan pun menjanjikan bahwa keturunannya akan banyak jumlahnya seperti bintang-bintang (ay. 5). Padahal waktu itu apa yang dijanjikan Tuhan sebelumnya (tanah dan anak) belum terlaksana, tetapi Abraham tetap percaya terhadap janji Tuhan yang baru ini (keturunan yang banyak). Luar biasa, mungkin jika saya berada di posisi Abraham, saya akan berkata kepada Tuhan, “Ah Tuhan, janji yang kemarin saja belum terjadi, masa sudah janji yang lain lagi sih…” Tetapi Abraham berbeda, ia percaya sepenuhnya akan janji Allah, dan Allah pun memperhitungkan sebagai kebenaran. Bahkan, sebagai dampak dari iman percayanya, nama Abraham pun disebutkan dalam daftar saksi-saksi iman (Ibr 11:8-12).

Semuanya itu berangkat dari iman percaya Abraham yang total kepada Allah. Dalam konteks hari ini, bagaimana cara kita dapat memiliki iman seperti itu? Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika kita memiliki iman sebesar biji sesawi saja, kita dapat memindahkan gunung (Mat 17:20). Tetapi tentunya kita tidak boleh hanya memiliki iman yang sebesar biji sesawi saja, iman kita harus kita tumbuhkan sehingga biji sesawi itu pun dapat tumbuh menjadi pohon iman yang besar (Mat 13:32). Bagaimana caranya? Rasul Paulus mengatakan bahwa iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Rm 10:17). Jadi marilah kita belajar untuk semakin percaya sepenuhnya kepada Allah, sama seperti Abraham yang percaya kepada Allah, kita pun juga harus semakin bertumbuh dalam iman percaya kita.

Bacaan Alkitab: Kejadian 15:1-6

15:1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

15:2 Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."

15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku."

15:4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu."

15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.