Selasa, 04 Oktober 2011

Rendah Hati di Hadapan Tuhan

Selasa, 4 Oktober 2011

Bacaan Alkitab: Mazmur 131:1-3

“TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.” (Mzm 131:1)

Rendah Hati di Hadapan Tuhan

Pasal ini adalah salah satu pasal terpendek di kitab Mazmur. Dalam pasal ini, Daud menulis mazmur yang menunjukkan kerendahan hatinya di hadapan Tuhan. Padahal Daud adalah salah satu orang yang diberkati oleh Tuhan secara luar biasa. Tuhan telah mengurapi Daud sejak muda, menolong Daud melawan Goliat, mendudukkan Daud sebagai raja atas bangsa Israel, menolong Daud ketika terjadi pemberontakan, hingga akhir hayatnya. Tuhan telah menjanjikan bahwa Mesias akan datang dari keturunan Daud, hingga Yesus pun disebut sebagai anak Daud.

Selain itu Daud menulis begitu banyak mazmur yang salah satunya kita baca saat ini. Tapi dalam mazmur ini, Daud justru tidak ingin memegahkan diri atas segala sesuatu yang pernah dicapainya. Daud menyadari bahwa semua yang ia dapat raih dan ia dapat lakukan adalah karena pertolongan Tuhan semata. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari mazmur Daud ini, terkait bagaimana kita tetap memiliki sikap rendah hati di hadapan Tuhan.

Pertama, kita tidak boleh timggi hati memandang orang lain dengan sombong (ay. 1a). Setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Adakah kita melihat orang lain yang lebih buruk keadaannya dari kita? Itu berarti Tuhan masih memberkati kita dengan luar biasa. Ketika kita melihat orang miskin, orang sakit, orang yang kedudukannya lebih dari kita, itu berarti Tuhan sedang mengajar kita untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Jangan karena Tuhan pakai kita dalam pelayanan dengan luar biasa, kemudian kita tidak memandang orang lain. Barangkali seseorang yang kita lihat adalah jemaat biasa justru adalah orang yang lebih tinggi kedudukannya di hadapan Tuhan, karena ia selalu mendoakan pelayanan kita, sementara kita tidak pernah mendoakan orang tersebut.

Kedua, kita tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau terlalu ajaib (ay. 1b). Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh memilki cita-cita atau iman yang besar, tetapi ada bagian-bagian tertentu yang merupakan bagian kita, ada bagian-bagian tertentu yang merupakan bagian orang lain, dan ada bagian-bagian tertentu yang merupakan bagian Tuhan. Kita tak dapat mengerti rencana-rencana Tuhan, karena rencana Tuhan terlalu ajaib. Namun di situlah kita boleh berserah kepada Tuhan. Ketika kita berkata, “jadilah kehendakMu Tuhan”, di situlah Tuhan hadir dan mewujudkan rencananya bahkan ketika kita masih belum paham apa sebenarnya yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita

Ketiga, kita harus belajar tenang dan diam, sama seperti seorang anak yang tenang di dekat ibunya (ay. 2). Dalam kondisi apapun, ada ketenangan yang luar biasa ketika kita dekat dengan Tuhan, sama seperti seorang anak yang tenang ketika ia dekat dengan ibunya. Mungkin badai kehidupan sedang bergelora, sama seperti apa yang dialami murid-murid Yesus ketika naik perahu dan Yesus sedang tidur di perahu tersebut. Murid-murid Yesus panik dan berusaha berbuat apa saja, tetapi badai tetap ada. Namun ketika Yesus akhirnya bangun, Ia mampu mengubah cuaca buruk menjadi baik, Ia mampu mengubah badai menjadi angin sepoi-sepoi (Mrk 4:35-41). Ketika kita panik, kita cenderung mengandalkan kemampuan kita sendiri, dan akibatnya keadaan justru tidak menjadi lebih baik. Namun ketika kita berserah kepada Tuhan, kita hanya diam tenang, dan membiarkan Tuhan yang bekerja.

Keempat, kita harus selalu berharap hanya kepada Tuhan (ay. 3). Percuma kita berharap kepada apa yang kita miliki atau kepada orang lain. Firman Tuhan berkata “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yer 17:5). Berharap kepada Tuhan bukan hanya pada saat kondisi kita sedang baik, tetapi dalam kondisi apapun kita harus selalu berharap kepada Tuhan. Justru di saat kita sedang mengalami masalah, di situ kita harus lebih berharap kepada Tuhan.

Saya mengatakan hal ini bukan karena saya lebih pandai dari anda, tetapi karena saya juga sedang belajar untuk tidak tinggi hati. Semakin tinggi posisi seseorang, semakin sulit seseorang untuk bersikap rendah hati. Karena apa? Karena di kantor orang tersebut terbiasa memiliki anak buah, dan terbiasa menyuruh orang. Semakin kaya seseorang, biasanya juga akan semakin sulit bagi orang tersebut untuk bersikap rendah hati. Itulah sebabnya Yesus mengatakan bahwa sangat sulit bagi orang kaya untuk masuk surga (Mat 19:24). Namun ingatlah bahwa Tuhan pun akan memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan (Mzm 149:4), tetapi orang yang tinggi hati adlah kekejian bagi Tuhan, dan mereka tidak akan luput dari hukuman (Ams 16:5).

Bacaan Alkitab: Mazmur 131:1-3

131:1 Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.

131:2 Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.

131:3 Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.