Rabu, 12 Oktober 2011
Bacaan Alkitab: Imamat 19:35-37
“Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan.” (Im 19:35)
Standar yang Benar
Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul pada pasal 19 dari Kitab Ulangan ini dengan kalimat “Kudusnya umat Tuhan”. Kalau kita membaca seluruh ayat dalam pasal 19 ini, dapat kita simpulkan bahwa Tuhan ingin bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan, berani tampil beda dengan bangsa-bangsa di sekitarnya. Tuhan ingin agar umat pilihanNya tidak mengikuti cara-cara dunia, tetapi umat pilihanNya harus mampu mempengaruhi dunia dengan cara-caranya Tuhan.
Di zaman sekarang ini, banyak hal yang telah diputarbalikkan. Banyak orang yang curang, dan sedihnya lagi, kecurangan biasanya dimulai saat di sekolah. Murid terbiasa mencontek, bahkan beberapa waktu yang lalu, ada keluarga yang melaporkan praktek mencontek massal di sekolah justru dimusuhi oleh warga lainnya. Mencontek dan berbuat curang sepertinya sudah menjadi hal yang biasa di masyarakat saat ini.
Tapi dalam ayat kita kali ini, Tuhan melarang umatNya untuk berbuat curang. Tuhan ingin agar kita sebagai umatNya juga berani tampil beda. Walaupun sekitar kita curang, tetapi kita harus belajar untuk hidup jujur. Alkitab mengatakan kita tidak boleh berbuat curang dalam beberapa hal, yaitu:
Pertama, tidak berbuat curang dalam hal peradilan. Seharusnya yang peradilan adalah menghukum yang salah dan membela yang benar, tetapi kenyataannya sering kali justru yang dibela adalah orang-orang yang kaya, yang memiliki harta. Orang miskin ditindas walau benar. Alkitab mengatakan agar kita tidak memutarbalikkan keadilan (Ul 16:19).
Kedua, tidak berbuat curang dalam hal ukuran, neraca, dan sukatan. Hal ini biasanya berbicara dalam konteks berdagang atau dalam konteks kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita yang berdagang menggunakan timbangan yang tidak benar. Kita mengatakan bahwa kita menjual gula 1 kilogram, tetapi kenyataannya hanya berisi 900 gram. Kita mengatakan bahwa biaya yang kita keluarkan adalah Rp1 juta, tetapi kenyataannya hanya Rp500 ribu, sisanya masuk kantong pribadi kita. Atau ketika bos kita bertanya kepada kita tentang pekerjaan apa saja yang sudah kita kerjakan, tetapi kita malah melebih-lebihkan, atau mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaan kita. Hal itu pun juga termasuk dalam konteks curang bukan?
Tuhan ingin agar kita menggunakan standar yang benar, yaitu sesuai dengan standar Allah. Allah tidak pernah curang, ia menghukum orang yang salah dan membela orang yang benar. Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa ukuran yang kita pakai untuk mengukur akan diukurkan juga kepada kita (Luk 6:38b). Kalau kita sendiri sudah tidak jujur dan berbuat curang dalam hal-hal kecil di kehidupan kita, jangan salahkan Tuhan jika kita sendiri mengalami perlakuan curang dari orang lain. Apa yang kita tabur, itulah juga yang akan kita tuai (Gal 6:7).
Tuhan kita adalah Tuhan yang mulia, Tuhan yang perkasa, Tuhan yang telah membawa bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (ay. 26b), dan Tuhan yang sama adalah Tuhan yang kita sembah saat ini. Jadi kalau Tuhan kita adalah Tuhan yang adil, bagaimana kita bisa menyebut diri kita adalah anak-anak Tuhan jika kita bersikap tidak adil dan tidak jujur bahkan dalam hal-hal sederhana? Mungkin bagi kita yang berbisnis, ada kekhawatiran bahwa jika kita bersikap jujur, maka kita tidak akan mungkin mendapat keuntungan yang sama dengan orang lain yang berbuat curang. Tetapi saya yakin bahwa Tuhan akan memberikan pertolongan kepada orang yang jujur (Ams 2:7). Bagian kita adalah berlaku dengan jujur dan tidak curang, sehingga dengan demikian, kita dapat memuliakan nama Tuhan.
Bacaan Alkitab: Imamat 19:35-37
19:35 Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan.
19:36 Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir.
19:37 Demikianlah kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta melakukan semuanya itu; Akulah TUHAN."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.