Senin, 24 Oktober 2011
Bacaan Alkitab: Zakharia 10:1-2
“Mintalah hujan dari pada TUHAN pada akhir musim semi! TUHANlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras, dan hujan lebat akan diberikanNya kepada mereka dan tumbuh-tumbuhan di padang kepada setiap orang.” (Za 10:1)
Meminta kepada Tuhan, Bukan kepada yang Lain
Beberapa waktu yang lalu, Indonesia dilanda kekeringan yang luar biasa. Biasanya menjelang bulan yang diakhiri dengan suku kata “ber”, kita sudah memasuki musim hujan. Tetapi sampai dengan saat ini, hujan pun rasanya masih menjadi hal yang langka di tempat kita. Saya membaca di surat kabar, beberapa waktu yang lalu di beberapa daerah diadakan semacam upacara atau ritual untuk memanggil hujan. Saya berpikir, kalau kita mengadakan ritual tersebut, sebenarnya kita sedang meminta hujan kepada siapa ya?
Hal tersebut hampir mirip dengan apa yang kita baca dalam Alkitab kita pada hari ini. Kita di Indonesia memang hanya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Akan tetapi di Israel dan di kebanyakan negara beriklim sub tropis, terdapat empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Pada musim semi, tentunya tanaman mulai bersemi dan biasanya banyak hujan di musim semi, sedangkan memasuki musim panas, hujan biasanya akan mulai berkurang, serta suhu pun menjadi lebih panas daripada musim semi. Logikanya, banyak orang akan mengharapkan hujan di akhir musim semi sebagai persiapan untuk memasuki musim panas.
Nah, masalahnya kepada siapa kita meminta hujan tersebut? Firman Tuhan jelas berkata bahwa kita seharusnya meminta hujan kepada Tuhan, dan memang seharusnya hanya kepada Tuhan (ay. 1a). Mengapa demikian? Tentunya karena Tuhan sendirilah yang menciptakan alam semesta beserta isinya (Kej 1:1-31). Jika Tuhan adalah pencipta alam semesta, maka Ia juga berkuasa penuh atas alam semesta, termasuk dengan iklim dan musim. Tuhan bisa menurunkan kemarau berkepanjangan hingga tiga tahun tidak turun hujan (Yak 5:17, 1 Raj 18:1), tetapi Tuhan juga bisa menurunkan hujan deras untuk mengakhiri kemarau tersebut (1 Raj 18:45). Terlebih lagi, Tuhan juga sanggup menurunkan hujan selama 40 hari dan 40 malam sehingga air memenuhi bumi dan membinasakan seluruh makhluk hidup kecuali yang ada di bahtera Nuh (Kej 7:12).
Tuhan menjanjikan hujan lebat kepada setiap orang yang meminta kepadanya (ay. 1b). Bukankah dalam Alkitab, Tuhan Yesus juga pernah berkata, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu” (Mat 7:7). Tuhan ingin kita meminta kepadaNya, apapun permintaan kita. Walau mungkin tidak semua permintaan kita akan dijawab Tuhan dengan jawaban “ya”, tetapi paling tidak ketika kita meminta kepada Tuhan, itu menunjukkan bahwa kita memang mengakui Tuhan sebagai Tuhan yang berkuasa atas kehidupan kita. Sama seperti seorang anak yang meminta sesuatu kepada bapanya, tentunya bapa manapun tidak akan memberikan batu ketika anaknya meminta roti (Mat 7:9-11).
Tuhan melarang kita untuk meminta selain kepada Tuhan. Dalam konteks penulisan kitab Nabi Zakharia ini, orang Israel lebih suka meminta petunjuk atau meminta berkat kepada para terafim, juru tenung, dan para peramal-peramal. Mereka tidak bertanya kepada Tuhan yang adalah Tuhannya orang Israel. Mereka lebih percaya kepada perkataan para juru tenung dan peramal. Padahal apa yang dikatakan oleh mereka adalah hampa dan sia-sia. Tidak ada gunanya meminta sesuatu kepada para juru tenung dan peramal. Justru dengan berbuat demikian, akhirnya bangsa Israel pun semakin jauh dari Tuhan, dan semakin terserak seperti domba yang tidak bergembala. Ya, bagaimana mungkin Tuhan mau menggembalakan orang Israel ketika orang Israel sendiri tidak mau digembalakan oleh Tuhan? Malah mereka lebih suka mencari apa yang menyenangkan hati mereka melalui perkataan juru tenung.
Saya tidak tahu apakah anda pernah meminta sesuatu melalui dukun, peramal, ataupun “orang-orang pintar” lainnya. Tapi seharusnya ketika kita memutuskan untuk percaya kepada Tuhan, itu berarti kita harus percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Dalam kondisi apapun, kita harus berserah dalam tuntunan Tuhan. Sekalipun kita melewati lembah kekelaman, ataupun melewati padang rumput dan air yang tenang, kita harus tetap berserah kepada Tuhan. Jangan pernah sekalipun kita berpaling dari Tuhan dan bertanya atau meminta sesuatu kepada orang lain, juru tenung atau apapun namanya. Kita harus percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang berkuasa, dan Ia pun akan memberikan yang terbaik kepada kita.
Bacaan Alkitab: Zakharia 10:1-2
10:1 Mintalah hujan dari pada TUHAN pada akhir musim semi! TUHANlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras, dan hujan lebat akan diberikanNya kepada mereka dan tumbuh-tumbuhan di padang kepada setiap orang.
10:2 Sebab apa yang dikatakan oleh terafim adalah jahat, dan yang dilihat oleh juru-juru tenung adalah dusta, dan mimpi-mimpi yang disebutkan mereka adalah hampa, serta hiburan yang diberikan mereka adalah kesia-siaan. Oleh sebab itu bangsa itu berkeliaran seperti kawanan domba dan menderita sengsara sebab tidak ada gembala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.