Kamis, 27 Oktober 2011
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 18:1-4
“Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.” (1 Sam 18:1)
Sahabat Sejati
Saat saya masih bekerja di perusahaan produsen sepeda motor, saya memiliki banyak teman dan juga sahabat, tetapi dari sekian banyak sahabat saya, ada satu orang sahabat wanita yang paling berkesan dalam kehidupan saya. Pertama kali saya mengenal dirinya ketika saya dan dia sama-sama menumpang mobil teman saya yang lain karena ia masih kos di daerah dekat rumah saya, jadi kami pun pulangnya searah. Waktu itu ia sedang menempuh pendidikan S2 di salah satu universitas di daerah dekat rumah saya. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai sukses dalam pekerjaan dan kehidupannya. Ia mulai dipindahkan ke bagian yang lebih baik, dan juga akhirnya memiliki kendaraan sendiri dan tempat tinggal sendiri, bahkan ia telah beberapa kali bepergian ke luar negeri termasuk pergi ke Israel. Ia pun melayani Tuhan secara luar biasa dengan talenta menyanyi yang dimilikinya. Ia sering mengirimkan saya sms-sms atau email yang berisi pengalaman pribadinya yang menguatkan saya, bahkan saya suka membaca blog-blognya yang berisi kisah hidupnya yang menjadi berkat bagi saya. Tapi di balik semua keberhasilan itu, yang paling membuat saya berkesan adalah sikapnya yang rendah hati. Walau telah memiliki mobil sendiri, tak terhitung berapa kali ia memberikan tumpangan kepada saya. Dalam hal pekerjaan, ketika saya mengalami banyak masalah terkait produksi, ia juga selalu siap membantu saya dan memberikan saya jalan keluar, karena kebetulan memang bagian produksi saya sangat terkait dengan material yang menjadi tanggung jawabnya.
Saat saya mengalami masa-masa sulit ketika saya dan pacar saya pun bergumul untuk mendapatkan izin menikah dari orang tua saya, sahabat saya tersebut selalu menguatkan saya. Ia bahkan rela meluangkan waktu weekendnya untuk bertemu dengan saya dan memberikan beberapa nasihat yang sampai saat ini masih saya ingat. Hingga akhirnya saya akhirnya memperoleh izin untuk menikah, ia adalah salah satu dari beberapa orang yang saya beritahu pada kesempatan pertama. Dan yang membuat saya salut adalah menjelang saya menikah, ia seperti sedikit menjauh dari saya. Awalnya saya berpikir apa saya pernah berbuat salah dengan dirinya, tapi ternyata ia menjauh karena ia ingin memberikan kesempatan kepada saya untuk fokus dengan pernikahan yang akan saya lalui.
Tidak mudah bagi saya memiliki seorang sahabat, apalagi seorang wanita yang benar-benar tulus menjadi sahabat bagi saya. Sama seperti Yonatan dengan Daud, walau sebetulnya Yonatan pun baru saja mengenal Daud, tetapi saat itu Yonatan menyadari ada suatu chemistry antara dirinya dengan Daud (ay. 1). Yonatan pun akhirnya mengikat perjanjian dengan Daud, dan memberikan jubah serta perlengkapan perangnya kepada Daud (ay. 2 & 4). Apakah ciri-ciri sahabat yang sejati itu? Alkitab menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, sahabat sejati mengasihi sahabatnya seperti dirinya sendiri (ay. 1 & 3). Yonatan mengasihi Daud walaupun ia tahu ayahnya, Raja Saul, membenci Daud karena Daud telah memperoleh kepopuleran lebih daripada Saul. Di satu sisi Yonatan memang anak dari Saul, tapi karena Daud adalah sahabatnya, Yonatan lebih memilih untuk memihak Daud, karena ia tahu bahwa apa yang diperbuat ayahnya adalah salah.
Kedua, sahabat sejati bersikap ramah kepada sahabatnya. Dalam 2 Samuel 1:26, ketika Daud meratapi Yonatan yang tewas ketika berperang dengan orang Filistin, ia mengatakan bahwa “engkau (Yonatan) sangat ramah kepadaku”. Sikap ramah ini tentunya tidak dapat datang begitu saja. Kita pasti sulit dapat bersikap ramah kepada orang yang tidak kita sukai. Tetapi ketika kita menjalin persahabatan, perlu ada kasih yang ramah antara kita dengan sahabat kita tersebut.
Ketiga, sahabat sejati rela berkorban bagi sahabatnya. Dalam 1 Samuel 20:1-43, Yonatan pun membela Daud di hadapan Saul, ayahnya. Dalam peristiwa itu bahkan Yonatan nyaris dibunuh oleh Saul karena membela Daud (1 Sam 20:33). Yesus sendiri mengatakan bahwa “tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13).
Dunia ini membutuhkan orang-orang yang tulus menjadi sahabat. Bukan sahabat yang pura-pura dan penuh kelicikan dengan maksud tertentu. Terlebih dalam persekutuan atau Gereja, kita memerlukan sahabat-sahabat yang mau mendukung kita ketika kita mengalami masalah, yang mau mendoakan kita ketika kita mengalami pergumulan, yang mau membantu kita ketika kita mengalami kesulitan. Dengan demikian, Gereja akan menjadi tempat yang indah dimana kasih Tuhan dapat dinyatakan. Bukankah jika kita memiliki banyak sahabat maka akan ada kerukunan yang indah? Dan ketika ada kerukunan di antara umat Tuhan, maka Tuhan akan memberikan berkatNya dengan melimpah (Mzm 133:1-3).
Bacaan Alkitab: 1 Samuel 18:1-4
18:1 Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
18:2 Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya.
18:3 Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.
18:4 Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.