Minggu, 2 Oktober 2011
Bacaan Alkitab: Keluaran 18:13-27
“Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya.” (Kel 18:24)
Mendengarkan Nasihat Orang Lain
Ketika saya mulai menulis renungan ini, awalnya saya tak berencana untuk membuat renungan setiap hari. Tidak mudah menulis renungan setiap hari, karena dibutuhkan hikmat dalam menulis. Ketika saya menulis, kadang-kadang dalam satu hari saya dapat menulis beberapa judul renungan, tetapi bisa jadi saya hanya dapat menulis satu judul renungan dalam empat atau lima hari. Saya salut kepada hamba-hamba Tuhan yang mampu menulis renungan harian hingga satu bulan penuh dengan isi renungan yang sangat berbobot, terlebih bagi hamba-hamba Tuhan yang selain menulis juga mampu berkhotbah di mana-mana. Ketika saya melihat mereka, jujur saya menjadi termotivasi, walau mungkin renungan yang saya tulis ini tidaklah dapat dibandingkan dengan renungan yang dibuat oleh hamba-hamba Tuhan lainnya.
Selama ini, banyak saran dan masukan yang saya terima mengenai renungan ini. Saya mungkin tidak dapat mengirimkan setiap hari karena kesibukan saya di kantor, sehingga ada masukan dari beberapa teman untuk memuat tulisan ini di sebuah website agar orang lain dapat membacanya. Ada juga yang memberikan masukan tentang salah ketik dan lain sebagainya. Ada juga yang mengkritik. Ya, saya berterima kasih atas masukan-masukan tersebut, karena itu berarti ada yang membaca dan ada yang memperhatikan. Saya sendiri tidak berharap membuat renungan yang luar biasa bagus setiap hari, namun saya berharap ada bagian dari tulisan saya yang dapat menjadi berkat bagi para pembacanya.
Memang kadang kala mendengarkan nasihat orang lain itu berat, terlebih jika kita memiliki ego yang tinggi. Dulu ketika saya menjabat pernah sebagai kepala seksi, saya cukup kesal jika ada audit ISO 9001 maupun 14001, baik audit internal maupun audit eksternal. Rasa-rasanya ada saja yang salah dengan pekerjaan saya. Tetapi ketika saya pindah kerja menjadi auditor, ternyata tugas auditor adalah menemukan ketidakcocokan dengan prosedur sehingga dapat menjadi perbaikan bagi pihak-pihak yang diaudit.
Demikian juga dengan Musa. Siapa yang tidak mengenal Musa? Seorang anak angkat Putri Firaun (Kej 2:10), seorang yang mampu membuat mujizat dan tulah dengan tongkatnya di hadapan Firaun, seorang yang membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke Tanah Perjanjian, seorang yang mampu membelah Laut Merah (Kel 14:21-22), seorang pemimpin besar pada masanya. Tapi Musa tetap mau mendengarkan nasihat orang lain. Oke, kalau nasihat itu diberikan oleh seorang raja atau misal orang tuanya mungkin itu adalah hal yang biasa. Namun nasihat ini diberikan oleh mertuanya. Sangat jarang seorang pemimpin mau mendengarkan orang lain, terlebih mendengarkan mertuanya. Dan Musa pun tidak hanya mendengarkan nasihat orang lain, tetapi juga mau melakukannya (ay. 24).
Dalam prinsip manajemen modern, apa yang dilakukan Musa dapat dikatakan sebagai pendelegasian kewenangan Musa kepada orang lain secara berjenjang. Akhirnya, keadaan pun menjadi lebih baik bagi Musa dan juga bagi bangsa Israel. Pekerjaan Musa pun menjadi lebih ringan, dan Musa akhirnya memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal lain. Bangsa Israel pun tidak perlu mengantri lama untuk meminta nasihat dari Musa, karena mereka sudah memiliki pemimpin-pemimpin untuk 1000 orang, 100 orang, 50 orang, dan 10 orang (ay. 25). Merekalah yang akhirnya mengadili perkara-perkara kecil yang mereka mampu tangani. Untuk perkara-perkara yang besar memang masih tetap diserahkan kepada Musa. Dengan metode ini pula, dari bangsa Israel pun akan lahir orang-orang yang mampu menjadi pemimpin, yang nantinya akan menjadi penerus Musa. Mungkin dari sinilah muncul Yosua, yang nantinya menjadi penerus Musa untuk memimpin bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian.
Mendengarkan nasihat tidaklah salah. Kita memiliki dua telinga dan satu mulut, yang artinya kita harus mendengar lebih banyak daripada berbicara. Adalah baik menampung sebanyak-banyaknya nasihat dari orang lain, walaupun memang nantinya kita harus memilah apakah memang nasihat tersebut memang bermanfaat bagi kita atau tidak. Kita juga harus berhati-hati agar tidak mendengarkan nasihat dari orang yang salah, dengan cara tidak duduk dan bergaul dengan kumpulan orang-orang fasik yang tidak takut akan Tuhan (Mzm 1:1). Orang yang mendengarkan nasihat sesungguhnya adalah orang yang bijaksana, dan justru semakin bijaksana seseorang, maka ia akan semakin mendengarkan nasihat-nasihat dari orang lain (Ams 9:9, 19:20).
Selain mendengarkan nasihat, kita juga perlu menasihati orang lain, terlebih saudara-saudara seiman kita jika mereka berbuat salah atau menyimpang dari ajaran Firman Tuhan (Mzm 18:15). Kita harus memberikan nasihat yang tulus kepada saudara-saudara kita, bukan untuk kepentingan kita, tetapi untuk kepentingan bersama, dan juga agar saudara kita menjadi lebih baik lagi (1 Tes 5:11). Jadi, marilah kita saling menasihati di dalam Kristus, dengan penuh kasih, agar kita semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Milikilah sikap seperti Musa yang mau mendengarkan nasihat orang lain, dan juga seperti Yitro yang juga memberikan nasihat dengan tulus, agar semua menjadi lebih baik lagi.
Bacaan Alkitab: Keluaran 18:13-27
18:13 Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang.
18:14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?"
18:15 Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah.
18:16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah."
18:17 Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu.
18:18 Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.
18:19 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
18:20 Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan.
18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
18:22 Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya.
18:23 Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."
18:24 Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya.
18:25 Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
18:26 Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri.
18:27 Kemudian Musa membiarkan mertuanya itu pergi dan ia pulang ke negerinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.