Rabu, 26 Oktober 2011

Menjadi Pemimpin seperti Nehemia

Sabtu, 29 Oktober 2011

Bacaan Alkitab: Nehemia 5:14-19

“Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati.” (Neh 5:14)


Menjadi Pemimpin seperti Nehemia


Nehemia adalah salah satu tokoh dalam Alkitab yang memiliki peran penting dalam pembangunan kembali Yerusalem serta Bait Allah setelah pembuangan bangsa Yahudi ke Babel. Nehemia adalah tokoh utama dalam pembangunan kembali Yerusalem. Ia adalah juru minuman raja Persia, Artahsasta yang bertugas untuk menyediakan anggur dan menyampaikannya kepada raja (Neh 1:11b, 2:1). Sebagai seorang buangan Yahudi, kedudukan Nehemia sudah cukup tinggi karena ia memiliki akses langsung ke raja. Namun Nehemia lebih memilih untuk pergi ke Yerusalem untuk membangun kembali Yerusalem, daripada menikmati kedudukannya yang nyaman di istana raja (Neh 2:5).

Nehemia pun akhirnya diangkat sebagai bupati di Yehuda selama 12 tahun dari tahun ke-20 sampai dengan tahun ke-32 pemerintahan raja Artahsasta. Satu hal yang membuat kita kagum adalah pernyataannya bahwa selama 12 tahun itu Nehemia dan juga saudara-saudaranya tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati (ay. 14). Padahal sebagai bupati, tentunya Nehemia mendapatkan sejumlah fasilitas dan hak-hak istimewa yang memang berhak untuk diterima atau dinikmati. Tetapi Nehemia tidak mau mengambil hak-haknya karena ia melihat kondisi rakyat pada saat pemerintahan bupati sebelumnya.

Dalam ayat 15 disebutkan bahwa bupati sebelum Nehemia sangat memberatkan rakyat. Mereka mengambil 40 syikal perak sehari hanya untuk makanan dan minuman bupati, belum lagi untuk anak buah bupati. Jika dikonversi ke perhitungan saat ini, 40 syikal perak setara dengan setengah kilogram perak. Bayangkan, jika harga perak saat ini sekitar seratus ribu rupiah per gramnya, maka untuk makanan dan minuman bupati sehari mencapai lima puluh juta rupiah. Belum lagi kebutuhan lain dari bupati beserta segenap anak buahnya. Itulah mengapa Nehemia memutuskan untuk meringankan beban rakyat dengan cara tidak mengambil apa yang menjadi haknya. Nehemia lebih memilih untuk menggunakan haknya tersebut untuk dana pembangunan kembali Yerusalem.

Nehemia hanya memilih makanan yang secukupnya yaitu seekor lembu, enam ekor kambing, dan beberapa ekor unggas sehari, serta anggur setiap 10 hari sekali (ay, 18). Apakah itu kelihatan berlebihan? Tentu tidak, karena Nehemia juga memiliki tanggungan di mejanya minimal sebanyak 150 orang Yahudi dan para penguasa lainnya, yang tentunya harus diberi makan setiap hari (ay. 17). Selain itu saya rasa harga seekor lembu dan enam ekor kambing dan beberapa unggas tersebut tidak akan melebihi harga 40 syikal perak. Bandingkan saja, pada zaman bupati sebelumnya, 40 syikal perak sehari hanya untuk makanan dan minuman bupati, sementara di zaman Nehemia, dengan biaya kurang dari 40 syikal perak sudah cukup untuk memberi makan 150 orang.

Nehemia tidak mau mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Bahkan jika kita baca di keseluruhan kitab, Nehemia selalu mengutamakan kepentingan rakyat banyak. Yang terpenting adalah bagaimana tembok Yerusalem dapat dibangun dengan baik. Nehemia melakukan hal tersebut karena ia adalah seorang yang takut akan Allah (ay. 15b). Pemimpin seperti Nehemia sangat langka kita temukan di masa-masa saat ini. Kebanyakan pemimpin ketika sudah menjabat sebagai pemimpin justru lupa dengan rakyat yang harusnya dipimpin dengan bijaksana. Mari kita belajar sebagai pemimpin yang mengutamakan kepentingan orang lain seperti Nehemia. Sama seperti apa yang dikatakan Yesus “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Mat 23:11-12).


Bacaan Alkitab: Nehemia 5:14-19

5:14 Pula sejak aku diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda, yakni dari tahun kedua puluh sampai tahun ketiga puluh dua pemerintahan Artahsasta jadi dua belas tahun lamanya, aku dan saudara-saudaraku tidak pernah mengambil pembagian yang menjadi hak bupati.

5:15 Tetapi para bupati yang sebelumnya, yang mendahului aku, sangat memberatkan beban rakyat. Bupati-bupati itu mengambil dari mereka empat puluh syikal perak sehari untuk bahan makanan dan anggur. Bahkan anak buah mereka merajalela atas rakyat. Tetapi aku tidak berbuat demikian karena takut akan Allah.

5:16 Aku pun memulai pekerjaan tembok itu, walaupun aku tidak memperoleh ladang. Dan semua anak buahku dikumpulkan di sana khusus untuk pekerjaan itu.

5:17 Duduk pada mejaku orang-orang Yahudi dan para penguasa, seratus lima puluh orang, selain mereka yang datang kepada kami dari bangsa-bangsa sekeliling kami.

5:18 Yang disediakan sehari atas tanggunganku ialah: seekor lembu, enam ekor kambing domba yang terpilih dan beberapa ekor unggas, dan bermacam-macam anggur dengan berlimpah-limpah setiap sepuluh hari. Namun, dengan semuanya itu, aku tidak menuntut pembagian yang menjadi hak bupati, karena pekerjaan itu sangat menekan rakyat.

5:19 Ya Allahku, demi kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.