Rabu, 26 Oktober 2011

Menjadi Terang di Tengah Kegelapan

Jumat, 28 Oktober 2011

Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 18:3-8

“Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN.” (1 Raj 18:3)


Menjadi Terang di Tengah Kegelapan


Beberapa waktu yang lalu, saya merenung, mengapa banyak anak-anak Tuhan yang tidak mau menjadi pegawai negeri. Apakah karena gajinya yang kecil dibandingkan dengan bekerja di sektor swasta? Apakah karena godaan yang cukup besar untuk berbuat dosa sehingga banyak anak-anak Tuhan yang benar-benar takut akan Tuhan pun tidak tertarik untuk bekerja di sektor pemerintahan? Apakah karena sulitnya untuk menjaga iman mereka di tengah-tengah tawaran kenaikan pangkat dan lain-lain yang ditawarkan kepada anak-anak Tuhan apabila mereka meninggalkan imannya? Saya tidak tahu pasti alasannya, tetapi terkait dengan hal tersebut, kali ini kita mau belajar dari kisah Obaja dalam bacaan Alkitab kita hari ini.

Obaja adalah kepala istana pada sahat Ahab menjadi raja Israel. Saya rasa kita semua tahu bahwa Ahab adalah salah satu dari raja yang jahat yang diceritakan dalam Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa Ahab melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya (1 Raj 16:30). Bahkan selanjutnya dikatakan bahwa Ahab pun mengambil Izebel yang akhirnya mempengaruhi Ahab dan bahkan orang Israel untuk menyembah dewa Baal (1 Raj 16:31). Karena kejahatan dan dosa-dosa Ahab itulah akhirnya melalui perantaraan nabi Elia, Tuhan menahan hujan selama tiga tahun atas tanah Israel, sehingga terjadi kekeringan yang luar biasa di Israel (1 Raj 17:1).

Jika kita membayangkan kejahatan raja Ahab yang demikian besar di hadapan Tuhan, tentunya kita menyangka bahwa hampir semua orang Israel juga bersikap seperti itu, terlebih pegawai-pegawai Ahab yang pastinya akan mendapat tekanan juga untuk ikut menyembah Baal. Bisakah kita bayangkan posisi Obaja sebagai kepala istana di zaman raja Ahab berkuasa? Sebagai kepala istana tentunya ia harus melayani segala kebutuhan raja Ahab beserta keluarganya, dan mungkin ia pun harus berhadapan dengan penyembahan dewa Baal yang dilakukan oleh Ahab. Sangat mudah bagi Obaja untuk menyerah dan akhirnya ikut menyembah dewa Baal, tetapi Alkitab mengatakan bahwa Obaja tidak mau ikut-ikutan arus. Dalam hal imannya kepada Allah, Obaja tetap tidak kompromi. Disebutkan bahwa Obaja adalah seseorang yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan (ay. 3).

Dalam ayat 4 bahkan disebutkan bahwa Obaja selaku kepala istana justru melindungi nabi-nabi Tuhan ketika Izebel melenyapkan nabi-nabi Tuhan dari tanah Israel. Dengan dananya sendiri, Obaja menyembunyikan seratus nabi-nabi Tuhan dan memberi mereka makanan dan minuman, padahal saat itu adalah saat-saat kekeringan besar dimana mungkin makanan dan minuman menjadi sangat langka. Obaja mau mengambil resiko untuk melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan. Mungkin caranya memang tidak frontal, tetapi ia melakukan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan nabi-nabi Tuhan.

Ketika Ahab menyuruh Obaja untuk mencari rumput untuk ternak, di mana Ahab dan Obaja saling pergi berlawanan arah, Tuhan berkenan kepada Obaja untuk ditemui oleh Elia. Tuhan memakai Obaja untuk menyampaikan kabar bahwa Elia ingin bertemu dengan Ahab (ay. 7-8). Tuhan tahu bahwa Obaja adalah orang yang sungguh-sunguh takut akan Tuhan, dan dengan demikian seakan-akan kinerja Obaja pun menjadi baik di mata Ahab. Jika kita takut akan Tuhan pun, Tuhan dapat membuat hal-hal sederhana menjadi berpihak kepada kita, sehingga atasan kita pun dapat melihat bahwa kita memang dapat dipercaya untuk mengerjakan tugas-tugas kita dengan baik.

Di satu sisi memang kita tidak boleh kompromi terhadap dosa. Tetapi di sisi lain kita juga harus menjadi garam dan terang bagi dunia (Mat 5:13-17). Dunia ini memang sudah penuh dengan dosa dan kejahatan, tetapi untuk itulah kita dipanggil, supaya kita menjadi saksi-saksi Kristus di dunia yang penuh dosa. Biarlah kita menjadi lilin-lilin kecil yang menerangi dunia yang gelap ini. Kita tidak bisa hanya diam di Gereja, memuji dan menyembah Tuhan sementara dunia semakin jauh dari Tuhan. Kita diutus Tuhan seperti seekor domba diutus ke tengah-tengah serigala, sehingga kita pun harus dapat cerdik seperti ular namun tulus seperti merpati (Mat 10:16). Sama seperti Obaja yang mampu menjadi kepala istana yang takut akan Tuhan di tengah-tengah kekuasaan raja Ahab yang jahat, atau seperti Daniel dan kawan-kawannya yang mampu menjadi pejabat tinggi di Babel, di tengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Tuhan, kita pun harus mampu menjadi saksi-saksi Tuhan yang memuliakan namaNya, apapun pekerjaan kita dan dimanapun kita berada.


Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 18:3-8

18:3 Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN.

18:4 Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka.

18:5 Ahab berkata kepada Obaja: "Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekor pun dari hewan itu."

18:6 Lalu mereka membagi-bagi tanah itu untuk menjelajahinya. Ahab pergi seorang diri ke arah yang satu dan Obaja pergi ke arah yang lain.

18:7 Sedang Obaja di tengah jalan, ia bertemu dengan Elia. Setelah mengenali dia, ia sujud serta bertanya: "Engkaukah ini, hai tuanku Elia?"

18:8 Jawab Elia kepadanya: "Benar! Pergilah, katakan kepada tuanmu: Elia ada."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.