Rabu, 15 Februari 2017

Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (2): Mengajarkan tetapi Tidak Melakukan



Jumat, 17 Februari 2017
Bacaan Alkitab: Matius 23:3
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (Mat 23:3)


Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (2): Mengajarkan tetapi Tidak Melakukan


Jika ada di antara para pembaca renungan ini sejak awal, maka pembaca tersebut akan mengerti bahwa saya sangat jarang bahkan mungkin hampir tidak pernah menggunakan 1 ayat sebagai dasar renungan. Minimal saya menggunakan 2 ayat sebagai dasar renungan setiap harinya supaya para pembaca dapat melihat konteks ayat-ayat tersebut secara lengkap. Akan tetapi, dalam renungan yang berseri seperti ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi yang membahas dari ayat-ayat di dalam 1 perikop secara berurutan, maka izinkan saya menggunakan hanya 1 ayat sebagai dasar renungan hari ini dengan harapan bahwa para pembaca sudah membaca renungan sebelum ini yang membahas ayat-ayat sebelumnya dan renungan setelah ini yang akan memahas ayat-ayat selanjutnya supaya mendapatkan satu kesatuan yang utuh.

Ciri selanjutnya dari para ahli Taurat dan orang Farisi adalah mereka sangat banyak memberi pengajaran. Mereka memang pandai mengajar karena telah menguasai Hukum Taurat, bahkan mungkin sudah hafal di luar kepala. Terkait dengan pengajaran para ahli Taurat dan orang Farisi, Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa umat Yahudi hrus menuruti dan melakukan segala sesuatu yang diajarkan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi (ay. 3a). Mengapa demikian? Ya karena memang apa yang diajarkan adalah Firman Tuhan (yaitu Hukum Taurat bagi orang Yahudi).

Namun demikian, ada satu penekanan lagi yang diucapkan oleh Tuhan Yesus Kristus yaitu bahwa bangsa Yahudi tidak boleh menuruti apa yang mereka perbuat, karena para ahli Taurat dan orang Farisi hanya mengajarkan (atau pintar mengajarkan) tetapi tidak mau melakukannya (ay. 3b). Ini menunjukkan bahwa memang menjadi pengajar itu gampang, tetapi untuk hidup sesuai dengan apa yang diajarkan itu jauh lebih sulit. Kita sendiri melihat bagaimana mudahnya seorang guru mengajar muridnya untuk memiliki moral dan kelakuan yang baik, tetapi mungkin ada juga oknum guru atau pengajar yang memiliki moral yang bejat seperti hamil di luar nikah, berselingkuh dan lain sebagainya. Saya tidak melecehkan profesi guru, tetapi hanya menunjukkan bahwa menjadi seorang pengajar tidaklah semudah hanya mengajar saja. Dalam profesi guru atau pengajar, ada suatu tanggung jawab besar juga untuk hidup benar, antara lain melakukan apa yang diajarkan (dalam hal ini terkait moral umum dan kelakuan yang baik).



Dalam konteks umat Perjanjian Baru, dimana saat ini kita telah memiliki Alkitab yang lengkap yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka konteks pengajaran di ayat ini tentulah terkait dengan pengajaran rohani. Siapakah para pengajar kita? Mereka adalah para pengkhotbah, pembicara gereja, penginjil, guru agama, guru sekolah minggu, bahkan juga pendeta. Tentu saya tidak berani mengatakan bahwa semua pendeta termasuk golongan ahli Taurat ataupun orang Farisi. Tetapi satu hal yang dapat kita lihat, apakah para pembicara di gereja/persekutuan kita sudah mengajar dan melakukan (minimal berjuang melakukan) apa yang ia ajarkan? Ataukah mereka hanya pintar mengajar, pintar berkhotbah, pintar menggunakan kata-kata manis di atas mimbar, tetapi kelakuannya nol besar?

Disinilah jemaat harus diajar supaya menjadi cerdas. Para pengkhotbah atau pendeta yang benar pastilah akan mengajar jemaat untuk menjadi cerdas dan mampu membedakan roh. Sedangkan para pengkhotbah atau pendeta yang tidak benar pasti tidak ingin jemaat menjadi cerdas sehingga jemaat cukup menuruti apa yang diajarkan pendeta tersebut tanpa banyak bertanya. Hamba Tuhan yang benar akan mengajarkan kebenaran sambil berkata “Silahkan selidiki saya, apakah saya mengajar apa yang benar atau tidak. Silahkan selidiki saya, apakah saya sudah melakukan apa yang saya ajarkan atau tidak”. Berbahagialah jemaat yang memiliki pendeta atau gembala sidang seperti itu, karena ia pasti akan berusaha mengajarkan kebenaran yang benar-benar murni dan orisinil, membuat jemaat menjadi cerdas, bahkan berjuang untuk bisa menghidupi apa yang ia ajarkan sehingga hidupnya menjadi teladan. Namun jika jemaat memiliki pemimpin yang seperti ahli Taurat ataupun orang Farisi, yaitu mereka yang hanya mengajarkan tapi tidak melakukan, minimal bagian kita adalah tetap melakukan apa yang mereka ajarkan. Memang mungkin Firman Tuhan yang diajarkan bukanlah Firman Tuhan yang 100% murni, tetapi lakukan saja apa yang diajarkan karena itu pun masih bagian dari Firman Tuhan. Tuhan sendirilah yang akan menjadi hakim atas apa yang kita perbuat, dan juga atas apa yang hamba Tuhan itu ajarkan dan perbuat. Jika kita melakukan bagian kita dengan setia, maka kita dipandang benar di mata Tuhan. Tetapi jika untuk melakukan Firman Tuhan saja pun kita malas atau tidak mau (dengan alasan bahwa pendeta kita hanya mengajarkan tetapi tidak melakukan), itu adalah suatu kejahatan di mata Tuhan. Kita akan dipandang sama dengan para ahli Taurat dan orang Farisi, karena sudah diajar dan diberi tahu tetapi memilih untuk tidak melakukannya.



Bacaan Alkitab: Matius 23:3
23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.