Jumat, 17 Februari 2017
Bacaan
Alkitab: Matius 23:3
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (Mat 23:3)
Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (2): Mengajarkan tetapi
Tidak Melakukan
Jika ada di antara para pembaca
renungan ini sejak awal, maka pembaca tersebut akan mengerti bahwa saya sangat
jarang bahkan mungkin hampir tidak pernah menggunakan 1 ayat sebagai dasar
renungan. Minimal saya menggunakan 2 ayat sebagai dasar renungan setiap harinya
supaya para pembaca dapat melihat konteks ayat-ayat tersebut secara lengkap.
Akan tetapi, dalam renungan yang berseri seperti ciri Ahli Taurat dan Orang
Farisi yang membahas dari ayat-ayat di dalam 1 perikop secara berurutan, maka
izinkan saya menggunakan hanya 1 ayat sebagai dasar renungan hari ini dengan
harapan bahwa para pembaca sudah membaca renungan sebelum ini yang membahas
ayat-ayat sebelumnya dan renungan setelah ini yang akan memahas ayat-ayat
selanjutnya supaya mendapatkan satu kesatuan yang utuh.
Ciri selanjutnya dari para ahli Taurat
dan orang Farisi adalah mereka sangat banyak memberi pengajaran. Mereka memang
pandai mengajar karena telah menguasai Hukum Taurat, bahkan mungkin sudah hafal
di luar kepala. Terkait dengan pengajaran para ahli Taurat dan orang Farisi,
Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa umat Yahudi hrus menuruti dan
melakukan segala sesuatu yang diajarkan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi
(ay. 3a). Mengapa demikian? Ya karena memang apa yang diajarkan adalah Firman
Tuhan (yaitu Hukum Taurat bagi orang Yahudi).
Namun demikian, ada satu penekanan lagi
yang diucapkan oleh Tuhan Yesus Kristus yaitu bahwa bangsa Yahudi tidak boleh
menuruti apa yang mereka perbuat, karena para ahli Taurat dan orang Farisi
hanya mengajarkan (atau pintar mengajarkan) tetapi tidak mau melakukannya (ay.
3b). Ini menunjukkan bahwa memang menjadi pengajar itu gampang, tetapi untuk
hidup sesuai dengan apa yang diajarkan itu jauh lebih sulit. Kita sendiri melihat bagaimana mudahnya
seorang guru mengajar muridnya untuk memiliki moral dan kelakuan yang baik,
tetapi mungkin ada juga oknum guru atau pengajar yang memiliki moral yang bejat
seperti hamil di luar nikah, berselingkuh dan lain sebagainya. Saya tidak
melecehkan profesi guru, tetapi hanya menunjukkan bahwa menjadi seorang
pengajar tidaklah semudah hanya mengajar saja. Dalam profesi guru atau pengajar,
ada suatu tanggung jawab besar juga untuk hidup benar, antara lain melakukan
apa yang diajarkan (dalam hal ini terkait moral umum dan kelakuan yang baik).
Dalam konteks umat Perjanjian Baru,
dimana saat ini kita telah memiliki Alkitab yang lengkap yaitu Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, maka konteks pengajaran di ayat ini tentulah terkait
dengan pengajaran rohani. Siapakah para pengajar kita? Mereka adalah para
pengkhotbah, pembicara gereja, penginjil, guru agama, guru sekolah minggu, bahkan
juga pendeta. Tentu saya tidak berani mengatakan bahwa semua pendeta termasuk
golongan ahli Taurat ataupun orang Farisi. Tetapi satu hal yang dapat kita
lihat, apakah para pembicara di gereja/persekutuan kita sudah mengajar dan
melakukan (minimal berjuang melakukan) apa yang ia ajarkan? Ataukah mereka
hanya pintar mengajar, pintar berkhotbah, pintar menggunakan kata-kata manis di
atas mimbar, tetapi kelakuannya nol besar?
Disinilah jemaat harus diajar supaya
menjadi cerdas. Para pengkhotbah atau pendeta yang benar pastilah akan mengajar
jemaat untuk menjadi cerdas dan mampu membedakan roh. Sedangkan para
pengkhotbah atau pendeta yang tidak benar pasti tidak ingin jemaat menjadi
cerdas sehingga jemaat cukup menuruti apa yang diajarkan pendeta tersebut tanpa
banyak bertanya. Hamba Tuhan yang benar akan mengajarkan kebenaran sambil
berkata “Silahkan selidiki saya, apakah saya mengajar apa yang benar atau
tidak. Silahkan selidiki saya, apakah saya sudah melakukan apa yang saya
ajarkan atau tidak”. Berbahagialah jemaat yang memiliki pendeta atau gembala
sidang seperti itu, karena ia pasti akan berusaha mengajarkan kebenaran yang
benar-benar murni dan orisinil, membuat jemaat menjadi cerdas, bahkan berjuang
untuk bisa menghidupi apa yang ia ajarkan sehingga hidupnya menjadi teladan. Namun
jika jemaat memiliki pemimpin yang seperti ahli Taurat ataupun orang Farisi,
yaitu mereka yang hanya mengajarkan tapi tidak melakukan, minimal bagian kita
adalah tetap melakukan apa yang mereka ajarkan. Memang mungkin Firman Tuhan yang
diajarkan bukanlah Firman Tuhan yang 100% murni, tetapi lakukan saja apa yang
diajarkan karena itu pun masih bagian dari Firman Tuhan. Tuhan sendirilah yang
akan menjadi hakim atas apa yang kita perbuat, dan juga atas apa yang hamba
Tuhan itu ajarkan dan perbuat. Jika kita melakukan bagian kita dengan setia,
maka kita dipandang benar di mata Tuhan. Tetapi jika untuk melakukan Firman
Tuhan saja pun kita malas atau tidak mau (dengan alasan bahwa pendeta kita
hanya mengajarkan tetapi tidak melakukan), itu adalah suatu kejahatan di mata
Tuhan. Kita akan dipandang sama dengan para ahli Taurat dan orang Farisi, karena
sudah diajar dan diberi tahu tetapi memilih untuk tidak melakukannya.
Bacaan
Alkitab: Matius 23:3
23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.