Jumat, 10 Februari 2017
Bacaan
Alkitab: Yesaya 1:10-20
Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah
kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan
pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh
kejahatan. (Yes 1:13)
Ketika Ibadah Hanyalah Sandiwara Belaka
Sebagai seseorang yang sudah Kristen sejak
kecil (bahkan sejak lahir), saya mengenal betul bagaimana aktivitas keagamaan
di gereja, dalam hal ini ibadah atau kebaktian yang dilakanakan di gereja atau
bahkan di tempat lain (seperti di rumah, di gedung, dan lain sebagainya). Keluarga
saya sendiri besar di lingkungan gereja aliran pentakosta/pantekosta. Saya
sendiri sempat bersekolah di SD Kristen yang terafiliasi dengan salah satu
gereja aliran protestan (non pentakosta/karismatik). Saya juga bersekolah di
SMP dan SMA Katolik. Ketika saya mahasiswa, saya ikut dalam pelayanan mahasiswa
interdenominasi, yang cenderung beraliran reformed dan injili. Istri saya awalnya
berasal dari gereja protestan kesukuan, dan saya sempat beribadah di gerejanya,
walaupun saat ini saya dan keluarga beribadah di salah satu gereja beraliran
karismatik. Dalam hal ini saya sudah mengenal dan minimal pernah beribadah di
gereja dengan berbagai macam aliran.
Dari pengalaman saya beribadah di
berbagai macam gereja, saya melihat bahwa tiap-tiap gereja memiliki ciri khas
masing-masing yang memang tidak bisa saling dibandingkan satu sama lain. Saya
sendiri tidak akan mengatakan bahwa gereja ini adalah gereja dengan ibadah yang
paling benar atau bagaimana, karena sesungguhnya ibadah itu adalah bagaimana
kita menghadap hadirat Tuhan untuk bertemu dengan-Nya.
Namun perlu ada satu penekanan yang saya
rasa perlu didengar oleh setiap jemaat, gereja, maupun pendeta, yaitu supaya
ibadah yang kita lakukan (khususnya di gereja) bukan hanya sandiwara belaka.
Apa maksudnya? Dalam hal ini kita akan belajar dari kesalahan bangsa Israel
yang melakukan kesalahan yang fatal terkait ibadah mereka.
Firman Tuhan melalui nabi Yesaya
ditujukan kepada para pemimpin-pemimpin dalam hal ini pemimpin umat (ay. 10).
Pada waktu itu, ada pemimpin rakyat (dalam hal ini raja) dan juga pemimpin umat
(dalam hal ini para imam). Raja dan imam sebenarnya juga tidak dapat dilepaskan
satu dengan yang lain. Mereka bekerja sama untuk memimpin bangsa Israel karena
mereka menganut sistem Theokrasi (pemerintahan dipimpin oleh Tuhan). Jika
kualitas rohani bangsa Israel baik, maka biasanya kondisi bangsa Israel secara
politik dan ekonomi juga baik. Hal ini ditandai dengan adanya raja yang takut
kepada Tuhan. Tetapi jika rajanya tidak takut kepada Tuhan, maka kondisi rohani
bangsa Israel pasti berantakan. Mereka menyembah dewa-dewa Kanaan dan akhirnya Tuhan
akan menghukum bangsa Israel dengan mengirim musuh dari bangsa-bangsa tetangga
untuk menindas mereka.
Yesaya hidup di zaman di mana kondisi
rohani bangsa Israel sedang merosot. Tidak heran bahwa pemimpin-pemimpin umat
disebut sebagai orang-orang Sodom dan manusia Gomora (ay. 10). Kota Sodom dan
Gomora adalah kota-kota yang kelakuannya sangat bejat, sehingga Tuhan
menghancurkan kota tersebut. Jika sampai Tuhan berbicara bahwa pemimpin bangsa
Israel (dalam hal ini raja dan imam) sudah seperti manusia Sodom dan Gomora,
maka begitu bejatnya dan begitu jahatnya apa yang mereka lakukan di hadapan
Tuhan.
Dalam ayat-ayat berikutnya, kita akan
melihat kejahatan raja dan imam sebagai pemimpin yang justru merasa aman
berbuat jahat, asalkan mereka tetap melakukan ibadah seperti biasa. Tentu
ibadah yang dimaksud adalah ibadah pada masa Perjanjian Lama yaitu
mempersembahkan korban setiap hari seperti yang diatur oleh Hukum Taurat. Namun
karena ibadah itu hanya merupakan formalitas belaka sementara kelakuan hidup
mereka begitu bejat dan jahat, maka Tuhan berkata, “Untuk apa korbanmu yang
banyak-banyak? Aku sudah jemu dengan korban bakaran, karena walaupun kamu
menghadap-Ku dengan membawa korban bakaran, kamu sebenarnya menginjak-injak
Bait Suci-Ku” (ay. 11-12).
Bahkan dalam ayat selanjutnya,
dikatakan bahwa Tuhan jijik dengan persembahan (korban bakaran) yang sebenarnya
hanyalah “topeng” untuk menutupi kejahatan dan kesalahan yang dilakukan (ay.
13). Mereka berpikir bahwa jika mereka berbuat dosa, toh bisa dihapus dengan
darah binatang. Sehingga darah binatang (korban bakaran) justru dijadikan alat
untuk melegitimasi perbuatan dosa yang mereka lakukan. Setiap ibadah dan perayaan
yang dilakukan di Rumah Tuhan sebenarnya bukanlah ibadah dan perayaan bagi
Tuhan, melainkan hanya bagi kepentingan manusia (dalam hal ini para pemimpin
yaitu raja dan imam). Oleh karena itu Tuhan benci dan muak melihat
ibadah-ibadah yang dilakukan oleh bangsa Israel.
Sebenarnya apa yang mereka lakukan itu
adalah sudah sesuai dengan Hukum Taurat. Namun mereka melakukan Hukum Taurat
hanya sebagai formalitas belaka, padahal hati mereka tidak sungguh-sungguh
mencari Tuhan. Ketika mereka berdoa pun, mereka tidak berdoa untuk mencari
Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Mereka berdoa hanya untuk meminta bagi
kepentingan mereka sendiri, bahkan mungkin doa yang diucapkan hanya di bibir
saja dan supaya mereka terlihat religius ketika dilihat orang. Itulah sebabnya
Tuhan tidak mau mendengarkan apalagi menjawab doa mereka (ay. 15).
Tuhan sudah mengingatkan mereka bahwa
mereka harus membersihkan diri mereka dari perbuatan-perbuatan yang jahat, yaitu
supaya mereka berhenti berbuat jahat dan belajar berbuat apa yang baik. Tuhan
ingin mereka melakukan keadilan, menghukum orang yang bersalah, bahkan membela
hak orang-orang yang tertindas (ay. 16-17). Dalam hal ini Tuhan menghendaki
pertobatan yang sungguh-sungguh dari cara beribadah bangsa Israel yang
sebenarnya hanyalah sandiwara belaka.
Ayat selanjutnya berbicara tentang
Tuhan yang mau mengampuni dosa bangsa Israel. Walaupun dosa mereka merah
seperti kirmizi atau kain kesumba, maka akan diputihkan seperti salju ataupun
bulu domba (ay. 18). Dalam hal ini kita harus ingat bahwa ayat ini harus
dipandang sesuai konteks, yaitu ketika Tuhan menginginkan pertobatan bangsa
Israel dari ibadah mereka yang sia-sia. Banyak pembicara di atas mimbar mengutip
ayat 18 ini tapi melepaskannya sesuai konteks, sehingga jemaat tidak dibawa ke
arah pertobatan, tetapi yang penting adalah bahwa dosa-dosa separah apapun bisa
dibersihkan Tuhan sehingga menjadi putih kembali. Akibatnya, jemaat tidak
bertobat dan justru semakin menjauh dari Tuhan. Ibadah-ibadah yang dilakukan di
gereja-gereja pun hanya seperti sandiwara belaka, dengan narator yang
mengatakan bahwa dosa-dosa sudah diputihkan, sehingga jemaat besok boleh
berbuat dosa lagi. Jemaat yang merasa sudah “putih” pun diharapkan memberi
persembahan kepada gereja yang sudah “memutihkan” dosa, dan mendorong jemaat
untuk datang kembali minggu esoknya untuk melakukan sandiwara kembali. Ini
adalah suatu penyesatan yang luar biasa, jika ibadah yang dilakukan hanya
bersifat lahiriah tanpa mendorong adanya pertobatan dan perjuangan untuk hidup benar
sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.
Dampak dari kebebalan para pemimpin
bangsa Israel (yaitu raja dan imam) yang membuat bangsa Israel menjadi jauh
dari Tuhan, mereka akhirnya menerima hukuman Tuhan yaitu dibuang ke Babel selama
70 tahun. Bahkan, pada masa itu, banyak pemimpin (raja dan imam, termasuk
keluarganya) yang mati terbunuh. Tuhan sendiri sudah mengingatkan bahwa jika mereka
menurut dan mau mendengar, maka mereka akan memakan hasil baik dari negeri itu.
Tetapi jika mereka melawan dan memberontak, mereka akan dimakan oleh pedang
(ay. 19-20). Ini juga adalah peringatan keras bagi kita semua yang hidup di
masa sekarang ini. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai. Kalaupun
kita tidak menuai di dunia ini, kita akan menuainya di hari penghakiman
terakhir. Oleh karena itu, jika hari ini kita diingatkan Tuhan mengenai
kesalahan bangsa Israel di masa lalu, marilah kita juga berjuang untuk beribadah
sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Jangan kita jadikan ibadah kita hanya
sandiwara belaka. Ini tidak hanya berlaku bagi jemaat awam, tetapi justru juga
merupakan peringatan keras kepada para pelayan Tuhan, para pembicara, para
pendeta, dan para gembala sidang, bahwa gereja bukanlah tempat main-main.
Ibadah bukanlah tempat sandiwara dimana semuanya mengenakan topeng dan penuh
dengan kepalsuan semata.
Bacaan
Alkitab: Yesaya 1:10-20
1:10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom!
Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
1:11 "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN;
"Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan
lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing
jantan tidak Kusukai.
1:12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang
menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
1:13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya
adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau
mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan.
1:14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap,
Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah
menanggungnya.
1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan
muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan
mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang
jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18 Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
1:19 Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.
1:20 Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.
1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18 Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
1:19 Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.
1:20 Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.