Kamis, 09 Februari 2017

Ketika Ibadah Hanyalah Sandiwara Belaka


Jumat, 10 Februari 2017
Bacaan Alkitab: Yesaya 1:10-20
Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. (Yes 1:13)


Ketika Ibadah Hanyalah Sandiwara Belaka


Sebagai seseorang yang sudah Kristen sejak kecil (bahkan sejak lahir), saya mengenal betul bagaimana aktivitas keagamaan di gereja, dalam hal ini ibadah atau kebaktian yang dilakanakan di gereja atau bahkan di tempat lain (seperti di rumah, di gedung, dan lain sebagainya). Keluarga saya sendiri besar di lingkungan gereja aliran pentakosta/pantekosta. Saya sendiri sempat bersekolah di SD Kristen yang terafiliasi dengan salah satu gereja aliran protestan (non pentakosta/karismatik). Saya juga bersekolah di SMP dan SMA Katolik. Ketika saya mahasiswa, saya ikut dalam pelayanan mahasiswa interdenominasi, yang cenderung beraliran reformed dan injili. Istri saya awalnya berasal dari gereja protestan kesukuan, dan saya sempat beribadah di gerejanya, walaupun saat ini saya dan keluarga beribadah di salah satu gereja beraliran karismatik. Dalam hal ini saya sudah mengenal dan minimal pernah beribadah di gereja dengan berbagai macam aliran.

Dari pengalaman saya beribadah di berbagai macam gereja, saya melihat bahwa tiap-tiap gereja memiliki ciri khas masing-masing yang memang tidak bisa saling dibandingkan satu sama lain. Saya sendiri tidak akan mengatakan bahwa gereja ini adalah gereja dengan ibadah yang paling benar atau bagaimana, karena sesungguhnya ibadah itu adalah bagaimana kita menghadap hadirat Tuhan untuk bertemu dengan-Nya.

Namun perlu ada satu penekanan yang saya rasa perlu didengar oleh setiap jemaat, gereja, maupun pendeta, yaitu supaya ibadah yang kita lakukan (khususnya di gereja) bukan hanya sandiwara belaka. Apa maksudnya? Dalam hal ini kita akan belajar dari kesalahan bangsa Israel yang melakukan kesalahan yang fatal terkait ibadah mereka.

Firman Tuhan melalui nabi Yesaya ditujukan kepada para pemimpin-pemimpin dalam hal ini pemimpin umat (ay. 10). Pada waktu itu, ada pemimpin rakyat (dalam hal ini raja) dan juga pemimpin umat (dalam hal ini para imam). Raja dan imam sebenarnya juga tidak dapat dilepaskan satu dengan yang lain. Mereka bekerja sama untuk memimpin bangsa Israel karena mereka menganut sistem Theokrasi (pemerintahan dipimpin oleh Tuhan). Jika kualitas rohani bangsa Israel baik, maka biasanya kondisi bangsa Israel secara politik dan ekonomi juga baik. Hal ini ditandai dengan adanya raja yang takut kepada Tuhan. Tetapi jika rajanya tidak takut kepada Tuhan, maka kondisi rohani bangsa Israel pasti berantakan. Mereka menyembah dewa-dewa Kanaan dan akhirnya Tuhan akan menghukum bangsa Israel dengan mengirim musuh dari bangsa-bangsa tetangga untuk menindas mereka.

Yesaya hidup di zaman di mana kondisi rohani bangsa Israel sedang merosot. Tidak heran bahwa pemimpin-pemimpin umat disebut sebagai orang-orang Sodom dan manusia Gomora (ay. 10). Kota Sodom dan Gomora adalah kota-kota yang kelakuannya sangat bejat, sehingga Tuhan menghancurkan kota tersebut. Jika sampai Tuhan berbicara bahwa pemimpin bangsa Israel (dalam hal ini raja dan imam) sudah seperti manusia Sodom dan Gomora, maka begitu bejatnya dan begitu jahatnya apa yang mereka lakukan di hadapan Tuhan.

Dalam ayat-ayat berikutnya, kita akan melihat kejahatan raja dan imam sebagai pemimpin yang justru merasa aman berbuat jahat, asalkan mereka tetap melakukan ibadah seperti biasa. Tentu ibadah yang dimaksud adalah ibadah pada masa Perjanjian Lama yaitu mempersembahkan korban setiap hari seperti yang diatur oleh Hukum Taurat. Namun karena ibadah itu hanya merupakan formalitas belaka sementara kelakuan hidup mereka begitu bejat dan jahat, maka Tuhan berkata, “Untuk apa korbanmu yang banyak-banyak? Aku sudah jemu dengan korban bakaran, karena walaupun kamu menghadap-Ku dengan membawa korban bakaran, kamu sebenarnya menginjak-injak Bait Suci-Ku” (ay. 11-12).

Bahkan dalam ayat selanjutnya, dikatakan bahwa Tuhan jijik dengan persembahan (korban bakaran) yang sebenarnya hanyalah “topeng” untuk menutupi kejahatan dan kesalahan yang dilakukan (ay. 13). Mereka berpikir bahwa jika mereka berbuat dosa, toh bisa dihapus dengan darah binatang. Sehingga darah binatang (korban bakaran) justru dijadikan alat untuk melegitimasi perbuatan dosa yang mereka lakukan. Setiap ibadah dan perayaan yang dilakukan di Rumah Tuhan sebenarnya bukanlah ibadah dan perayaan bagi Tuhan, melainkan hanya bagi kepentingan manusia (dalam hal ini para pemimpin yaitu raja dan imam). Oleh karena itu Tuhan benci dan muak melihat ibadah-ibadah yang dilakukan oleh bangsa Israel.

Sebenarnya apa yang mereka lakukan itu adalah sudah sesuai dengan Hukum Taurat. Namun mereka melakukan Hukum Taurat hanya sebagai formalitas belaka, padahal hati mereka tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan. Ketika mereka berdoa pun, mereka tidak berdoa untuk mencari Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Mereka berdoa hanya untuk meminta bagi kepentingan mereka sendiri, bahkan mungkin doa yang diucapkan hanya di bibir saja dan supaya mereka terlihat religius ketika dilihat orang. Itulah sebabnya Tuhan tidak mau mendengarkan apalagi menjawab doa mereka (ay. 15).

Tuhan sudah mengingatkan mereka bahwa mereka harus membersihkan diri mereka dari perbuatan-perbuatan yang jahat, yaitu supaya mereka berhenti berbuat jahat dan belajar berbuat apa yang baik. Tuhan ingin mereka melakukan keadilan, menghukum orang yang bersalah, bahkan membela hak orang-orang yang tertindas (ay. 16-17). Dalam hal ini Tuhan menghendaki pertobatan yang sungguh-sungguh dari cara beribadah bangsa Israel yang sebenarnya hanyalah sandiwara belaka.

Ayat selanjutnya berbicara tentang Tuhan yang mau mengampuni dosa bangsa Israel. Walaupun dosa mereka merah seperti kirmizi atau kain kesumba, maka akan diputihkan seperti salju ataupun bulu domba (ay. 18). Dalam hal ini kita harus ingat bahwa ayat ini harus dipandang sesuai konteks, yaitu ketika Tuhan menginginkan pertobatan bangsa Israel dari ibadah mereka yang sia-sia. Banyak pembicara di atas mimbar mengutip ayat 18 ini tapi melepaskannya sesuai konteks, sehingga jemaat tidak dibawa ke arah pertobatan, tetapi yang penting adalah bahwa dosa-dosa separah apapun bisa dibersihkan Tuhan sehingga menjadi putih kembali. Akibatnya, jemaat tidak bertobat dan justru semakin menjauh dari Tuhan. Ibadah-ibadah yang dilakukan di gereja-gereja pun hanya seperti sandiwara belaka, dengan narator yang mengatakan bahwa dosa-dosa sudah diputihkan, sehingga jemaat besok boleh berbuat dosa lagi. Jemaat yang merasa sudah “putih” pun diharapkan memberi persembahan kepada gereja yang sudah “memutihkan” dosa, dan mendorong jemaat untuk datang kembali minggu esoknya untuk melakukan sandiwara kembali. Ini adalah suatu penyesatan yang luar biasa, jika ibadah yang dilakukan hanya bersifat lahiriah tanpa mendorong adanya pertobatan dan perjuangan untuk hidup benar sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.

Dampak dari kebebalan para pemimpin bangsa Israel (yaitu raja dan imam) yang membuat bangsa Israel menjadi jauh dari Tuhan, mereka akhirnya menerima hukuman Tuhan yaitu dibuang ke Babel selama 70 tahun. Bahkan, pada masa itu, banyak pemimpin (raja dan imam, termasuk keluarganya) yang mati terbunuh. Tuhan sendiri sudah mengingatkan bahwa jika mereka menurut dan mau mendengar, maka mereka akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika mereka melawan dan memberontak, mereka akan dimakan oleh pedang (ay. 19-20). Ini juga adalah peringatan keras bagi kita semua yang hidup di masa sekarang ini. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai. Kalaupun kita tidak menuai di dunia ini, kita akan menuainya di hari penghakiman terakhir. Oleh karena itu, jika hari ini kita diingatkan Tuhan mengenai kesalahan bangsa Israel di masa lalu, marilah kita juga berjuang untuk beribadah sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Jangan kita jadikan ibadah kita hanya sandiwara belaka. Ini tidak hanya berlaku bagi jemaat awam, tetapi justru juga merupakan peringatan keras kepada para pelayan Tuhan, para pembicara, para pendeta, dan para gembala sidang, bahwa gereja bukanlah tempat main-main. Ibadah bukanlah tempat sandiwara dimana semuanya mengenakan topeng dan penuh dengan kepalsuan semata.




Bacaan Alkitab: Yesaya 1:10-20
1:10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
1:11 "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
1:12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
1:13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
1:14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18 Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
1:19 Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.
1:20 Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.