Senin, 20 Februari 2017

Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (8): Mengelabui Mata Orang dengan Doa



Kamis, 23 Februari 2017
Bacaan Alkitab: Matius 23:14
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat. (Mat 23:14)


Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (8): Mengelabui Mata Orang dengan Doa


Suatu ketika, saya diundang ke dalam suatu grup chatting komunitas rohani yang isinya adalah orang-orang Kristen. Saya sih pada awalnya juga tidak minta dimasukkan, tetapi kemudian dimasukkan oleh admin dari grup chatting tersebut. Pada awalnya saya juga tidak terlalu memperhatikan isi grup tersebut, tetapi lama kelamaan, mulai ada orang-orang yang meminta bantuan didoakan di grup tersebut. Dan sejumlah anggota grup mulai membalas dengan ucapan “kami pasti doakan”, “kami dukung dalam doa”, atau sekedar memberi tanda “like” atau tanda “jempol”. Beberapa orang yang dituakan dan dihormati dalam grup tersebut pun mulai membalas dengan kalimat yang lebih panjang, misalnya “kami doakan saudara bla bla bla... kami tolak semua kutuk di dalam nama Yesus, supaya saudara menjadi sukses bla bla bla... kami berdoa dengan iman di dalam nama Tuhan supaya segala doa-doa saudara dijawab bla bla bla... dan seterusnya”. 

Ya, cukup disayangkan bahwa ada orang-orang yang merasa bahwa jika dirinya didoakan orang lain, apalagi orang yang bergelar sarjana teologia atau orang yang sudah menjadi pejabat sinode gereja, maka doanya akan lebih manjur. Memang betul bahwa terkadang kita perlu orang-orang yang mendukung kita dalam doa. Tetapi, satu hal yang kita harus tahu bahwa masing-masing kita adalah anak-anak Allah, kita adalah imamat yang rajani, kita adalah hamba-hamba Allah. Oleh karena itu, sebenarnya kita bisa langsung berhubungan kepada Allah dalam doa-doa kita, tanpa memerlukan perantara. Pendeta pun bukanlah “agen tunggal”-nya Tuhan dimana doa-doa pendeta pasti dijawab, atau jika didoakan pendeta maka pasti lebih tokcer. Doa menjadi "senjata" atau "barang jualan" yang ditawarkan oleh orang-orang (oknum) yang mengaku sebagai hamba-hamba Tuhan.

Hal itu juga sudah terjadi pada masa Perjanjian Baru ketika Tuhan Yesus hidup di bumi ini. Tuhan Yesus mengecam sikap para ahli Taurat dan orang Farisi yang disebut-Nya sebagai orang munafik (ay. 14a), yaitu sikap mereka yang menelan rumah janda-janda (ay. 14b). Kata menelan dalam bahasa aslinya adalah katesthióu (κατεσθίω) yang dapat diartikan sebagai “I eat up, eat till it is finished, devour, squander, annoy, injure” (memakan/menelan, menghabiskan, melahap, membuang sesuatu yang dianggap sampah/sisa, mengganggu/menyiksa, dan merusak/merugikan). Ini dapat diartikan bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi tidak melakukan apapun untuk membantu para janda tetapi malah “menghabisi” mereka sehingga mereka semakin tertekan. Perlu diketahui bahwa definisi para janda di masa Perjanjian Baru adalah mereka yang sudah kehilangan suaminya (misal karena perang) dan tidak punya sanak saudara lagi sehingga hidup dalam kesendirian. Pada masa itu, sangat sulit bagi seorang janda untuk mendapatkan uang karena budaya patriarki yang begitu kuat (pekerjaan adalah tugas bagi seorang laki-laki). Ini tentu berbeda dengan definisi janda pada masa sekarang yang justru seringkali merupakan kebalikannya.

Pada masa itu, para ahli Taurat dan orang Farisi tidak membantu sedikitpun untuk menolong para janda yang kekurangan dan penuh kesulitan. Akan tetapi, para ahli Taurat dan orang Farisi justru “mengelabui mata orang” dengan doa mereka yang panjang-panjang (ay. 14c). Kata “mengelabui mata orang” dalam bahasa aslinya adalah prophasis (πρόφασις) yang secara singkat dapat diartikan sebagai “a pretext, an excuse” (pembenaran/alasan palsu/tipu daya atau dalih). Jadi, para ahli Taurat dan orang Farisi ketika ditanya “mengapa kamu tidak membantu para janda”, mereka berdalih bahwa doa-doa mereka panjang sehingga waktu mereka hanya digunakan untuk berdoa. Padahal, isi doa mereka sebenarnya tidak ada artinya di hadapan Tuhan, karena hanya berupa kata-kata yang diulang-ulang, atau hanya sebatas ucapan di bibir semata. Kalaupun tidak, isi doanya sama sekali bukan untuk berkomunikasi dengan Tuhan, tetapi untuk membenarkan diri mereka sendiri di hadapan Tuhan (Luk 18:11-12). 

Jadi doa hanya dijadikan semacam alasan atau dalih untuk tidak melakukan bagian Firman Tuhan yang lain. Mereka berpikir bahwa karena mereka sudah berdoa dalam waktu yang lama hingga berjam-jam, maka mereka merasa bahwa mereka sudah begitu dekat dengan Tuhan. Yang lebih parah adalah ketika ada oknum hamba Tuhan yang berdoa lama lalu doa tersebut dijadikan alasan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan Tuhan. Jemaat yang mau doanya dijawab harus minta didoakan oleh oknum hamba Tuhan, jika tidak maka doa mereka tidak mungkin berkenan di hadapan Tuhan.

Dalam tulisan ini, saya mendorong setiap orang percaya untuk memiliki kehidupan pribadi dengan Tuhan, sampai kita semua bisa bertemu Tuhan secara pribadi, bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan, dan bisa berdoa langsung kepada-Nya tanpa perantara. Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup, tetapi di sisi lain Tuhan kita adalah Tuhan yang benci terhadap kemunafikan, apalagi kemunafikan yang menggunakan ayat-ayat Alkitab yang “dipelintir” demi kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Pada masa itu, kebanyakan bangsa Yahudi tidak tahu bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi sudah mengelabuhi orang  banyak dengan doa-doa mereka yang panjang-panjang, tetapi Tuhan Yesus tahu. Demikian pula kita yang adalah anak-anak Allah, yaitu kita semua yang memiliki kerinduan untuk bertemu Tuhan, maka Tuhan akan memberikan kita kepekaan untuk dapat membedakan mana doa yang tulus (walaupun kata-katanya sederhana) dan mana doa yang penuh kepura-puraan dan kepalsuan (walaupun kata-katanya panjang). Doa adalah komunikasi dengan Tuhan. Jika doa dijadikan semacam “komoditas” untuk membuat kita menjadi terhormat, atau doa diucapkan dengan motivasi yang salah, apalagi dengan penuh kepura-puraan, maka itu adalah pelecehan dan pennistaan terhadap Tuhan. Tidak salah jika Tuhan berkata bahwa orang-orang seperti ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (ay. 14d).




Bacaan Alkitab: Matius 23:14
23:14 [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.