Minggu, 19 Februari 2017

Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (6): Meninggikan Diri Sendiri



Selasa, 21 Februari 2017
Bacaan Alkitab: Matius 23:11-12
Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Mat 23:12)


Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (6): Meninggikan Diri Sendiri


Salah satu ciri tambahan para ahli Taurat dan orang Farisi adalah ketika mereka senantiasa meninggikan diri sendiri. Mereka senantiasa merasa diri mereka paling tinggi, paling terhormat, paling pintar, dan paling besar. Oleh karena itu, dalam ayat-ayat sebelumnya, kita telah belajar bagaimana mereka berusaha menduduki tempat-tempat yang terhormat, karena mereka hanya mencari hormat dari manusia dan bukan dari Tuhan.

Akan tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa “barangsiapa yang terbesar di antara kamu , maka ia harus menjadi pelayanmu” (ay. 11). Ini berarti bahwa mereka yang merasa lebih besar atau paling besar di antara yang lain, maka ia juga harus lebih atau paling menjadi pelayan di antara yang lain. Dalam Alkitab bahasa Inggris terjemahan New International Version (NIV), ayat tersebut berbunyi “The greatest among you will be your servant”. Ini berarti bahwa dalam suatu komunitas entah gereja atau persekutuan, orang yang paling besar bukanlah mereka yang paling pintar berkhotbah atau paling tinggi gelar teologinya, tetapi di mata Tuhan, orang yang paling besar adalah mereka yang paling melayani orang lain dan melayani Tuhan.

Inilah perbedaan utama dari Kekristenan dengan sekedar keagamaan atau organisasi sekuler pada umumnya. Dalam organisasi lain, orang yang paling besar adalah orang yang paling bisa menyuruh-nyuruh orang lain, atau yang memiliki kekuasaan yang paling besar. Sementara di dalam Kekristenan, orang yang paling besar adalah orang yang paling banyak melayani, yaitu orang yang paling banyak merendahkan diri. Ini tidak dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki ambisi tertentu untuk menjadi yang terbesar di antara yang lain. Mereka berpikir bahwa orang yang paling besar haruslah mereka yang tidak merendahkan diri, tetapi meninggikan diri. Prinsip ini mungkin bisa berhasil di organisasi dunia, tetapi  jika prinsip ini dibawa masuk ke dalam gereja, maka yang terjadi adalah kekacauan, karena ini bukanlah prinsip Tuhan.

Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa mereka yang meninggikan diri (merasa paling besar) akan direndahkan, dan mereka yang merendahkan diri (yang mau melayani) akan ditinggikan (ay. 12). Mengapa demikian? Perlu kita ketahui bahwa kita semua adalah hamba atau pelayan Tuhan, karena kita telah ditebus dengan darah yang mahal. Dahulu kita adalah hamba dosa, sekarang kita harus menjadi hamba Tuhan. Oleh karena itu, sebagai hamba, tidak ada hal lain yang boleh kita lakukan selain melayani Tuan kita, yaitu Allah Bapa di surga.

Pada akhirnya nanti, Allah akan menyiapkan langit baru dan bumi baru bagi orang-orang yang mau hidup kekal. Dalam langit baru dan bumi baru tersebut, akan ada orang-orang yang diperkenankan Tuhan untuk ikut memerintah bersama-sama dengan Dia selamanya. Ini adalah orang percaya yang hidup sungguh-sungguh sebagai hamba. Mereka harus lulus “proses pendidikan” di bumi supaya dapat memerintah dengan baik dalam kekekalan. Betapa berbahayanya jika ada orang-orang yang busuk hatinya, yang selalu ingin meninggikan diri dan menganggap diri paling besar, jika mereka bisa duduk dalam pemerintahan Allah yang kekal. Orang-orang seperti ini akan mengganggu “keharmonisan” surga yang suci. Oleh karena itu, betullah ucapan Tuhan bahwa siapa yang mau menjadi yang terbesar, ia juga harus menjadi yang paling melayani di bumi ini.

Sikap seperti hamba yang benar inilah yang harus kita gumulkan dan kita miliki dalam hidup kita di bumi, jika kita mau memerintah bersama-sama dengan Tuhan dalam kekekalan. Sayangnya, sejarah membuktikan bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi lebih memilih menjadi terhormat dan “besar” di dunia ini. Mereka tidak memikirkan bahwa ada dunia yang akan datang, tempat orang-orang yang benar-benar layak menjadi hamba Tuhan, merekalah yang akan memerintah dalam kekekalan. Dan sikap ahli Taurat dan orang Farisi ini pun diwarisi oleh sebagian pemimpin agama. Begitu mereka menjadi pemimpin, sikap melayani itu hilang. Mereka berpikir bahwa ketika mereka berkhotbah, menggembalakan jemaat, dan lain sebagainya adalah pelayanan bagi Tuhan, padahal itu adalah pelayanan bagi diri mereka sendiri. Jika mereka tidak bertobat, mungkin saja mereka dapat jatuh ke dalam dosa kesombongan, dimana mereka merasa dirinya paling benar, dan suatu saat Tuhan sendiri yang akan merendahkan mereka. Hanya Tuhan yang berhak dan berkuasa meninggikan dan merendahkan orang. Jangan kita mengambil alih posisi Tuhan dengan meninggikan diri kita sendiri di hadapan manusia, apalagi di hadapan Tuhan.



Bacaan Alkitab: Matius 23:11-12
23:11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
23:12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.