Kamis, 2 Maret 2017
Bacaan
Alkitab: Matius 23:29-32
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu
orang-orang saleh. (Mat 23:29)
Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (15): Membangun Monumen
untuk Menutupi Kejahatan
Dalam kehidupan umum, monumen
seringkali didirikan untuk memperingati peristiwa tertentu yang terjadi di
suatu daerah. Namun demikian, mungkin kita tidak pernah terpikir bahwa ada
penguasa yang tega membangun suatu monumen untuk menutup-nutupi kejahatannya.
Kalaupun monumen itu benar-benar ada, berarti penguasa tersebut sudah tidak
punya hati nurani lagi sehingga memutarbalikkan kebenaran melalui pembangunan
monumen, yang bertujuan supaya seakan-akan ia tidak bersalah atas kejahatan
yang dilakukannya.
Dalam hal ini, para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi persis sekali melakukan kejahatan tersebut. Mereka membangun
makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (ay. 29b). Menurut saya,
mereka melakukan ini dengan dana yang mereka kumpulkan dari umat Yahudi, atau
bahkan dari bantuan penjajah Romawi. Mereka berpikir bahwa jika makam nabi-nabi
dibangun atau diperbagus, serta adanya tugu peringatan orang-orang saleh yang
didirikan, maka orang banyak akan berpikir bahwa para ahli Taurat dan orang
Farisi berada di pihak yang pro rakyat, yang menghargai suara kenabian
tersebut.
Sayangnya, apa yang dilakukan oleh para
ahli Taurat dan orang Farisi tersebut sesungguhnya adalah kemunafikan belaka
(ay. 29a). Mereka justru membangun dan memperindah makam nabi-nabi terdahulu
dengan tujuan supaya orang lain memandang mereka benar. Bahkan mereka sampai
berani berkata, “jika kami hidup di masa lalu (di zaman nenek moyang kita),
tentu kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu” (ay. 30).
Secara tidak langsung mereka menyalahkan nenek moyang mereka atas pembunuhan
nabi-nabi tersebut dan merasa diri mereka lebih benar dengan membangun dan
memperindah makam. Padahal, kalimat mereka justru menunjukkan bahwa mereka
adalah keturunan pembunuh nabi-nabi tersebut, dan tentu mewarisi gen atau
sifat/karakter nenek moyang mereka yang jahat (ay. 31).
Sejarah membuktikan bahwa ucapan Tuhan
Yesus ini kelak akan terbukti. Para ahli Taurat dan orang Farisi justru meminta
Tuhan Yesus dihukum mati dengan berteriak “salibkan Dia!”. Mereka membuktikan
bahwa mereka tidak lebih baik daripada nenek moyang mereka yang membunuh
nabi-nabi yang diutus Tuhan. Mereka merasa bahwa lebih membunuh orang daripada
syariat dalam Hukum Taurat dilanggar. Itulah mengapa Tuhan Yesus yang sudah
membuat begitu banyak mujizat di depan mata mereka sendiri, yang punya
kecerdasan luar biasa dalam hal Hukum Taurat, dan yang tidak bersalah dalam hal
apapun, pada akhirnya mereka bunuh.
Para ahli Taurat dan orang Farisi
tersebut pada akhirnya juga memenuhi takaran nenek moyang mereka (ay. 31).
Mereka adalah keturunan ular beludak, dan tentu memiliki karakter sebagai ular
beludak. Sampai Tuhan Yesus mati dan bangkit serta naik ke surga, mereka juga
tidak pernah mau bertobat. Sampai masa gereja mula-mula, mereka pun tetap
memburu jemaat mula-mula dan menangkap, menganiaya bahkan membunuh orang-orang
percaya. Bahkan sampai hari ini pun masih banyak orang Yahudi yang tinggal di
tanah Israel yang masih belum percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang
sesungguhnya. Dan hari ini, apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus pun terulang
kembali. Karena banyaknya turis yang datang ke tanah Israel (termasuk
orang-orang Kristen dari Indonesia yang sering berwisata ke Israel), maka
mereka pun memperbaiki gereja-gereja di Yerusalem, memperbaiki tempat-tempat
bersejarah yang disebutkan dalam Alkitab dan lain sebagainya. Mereka
seakan-akan hendak berkata: “kami sudah memperbaiki tempat-tempat sejarah dalam
Alkitab (bahkan mungkin juga memperbaiki makam yang dipercaya sebagai makam
Tuhan Yesus), sehingga kami tidak bersalah atas perbuatan yang dilakukan oleh
nenek moyang kami 2.000 tahun yang lalu”. Padahal sebenarnya perbaikan
tempat-tempat sejarah ini pun ditujukan supaya semakin banyak turis yang datang
dan pada akhirnya menambah devisa negara.
Dalam konteks gereja saat ini, hal ini
diibaratkan sebagai seorang pendeta (atau gembala sidang/gembala jemaat), yang
dahulu pernah membuat kesalahan atau kejahatan, tetapi justru menutup-nutupi
dengan membangun suatu “monumen” untuk membuat dirinya menjadi tampak benar.
Saya tidak bermaksud untuk mengatakan setiap “monumen” yang dibangun oleh
pendeta atau gembala adalah salah, akan tetapi dalam hal ini yang harus
dicermati adalah sikap hati. Saya pun penuh dengan kesalahan yang saya pernah
perbuat di masa lalu, dan jika ada orang yang menanyakan masa lalu saya, maka
saya akan siap menjelaskan bahwa pada masa lalu memang benar saya berbuat
salah. Akan tetapi ada juga tipe pendeta yang tidak mau disalahkan, bahkan atas
perbuatan atau perkataannya sendiri di masa lalu. Ketika hal itu diungkit, ia
akan menyalahkan orang lain atau pihak lain supaya ia terlihat benar. Selanjutnya
biasanya pendeta semacam ini akan berkata, “Mengapa sih kalian selalu
mengungkit-ungkit masa lalu? Mengapa kalian tidak melihat bahwa saya sudah
berhasil membangun gereja dengan megah, saya sudah membuat ruang ibadah yang
dulunya tidak ber-AC sekarang sudah ber-AC, saya sudah membuat gereja kita
memiliki alat musik yang lengkap”, dan lain sebagainya. Tanpa pendeta itu sadari,
sesungguhnya apa yang ia lakukan selama ini hanyalah membangun “monumen” untuk
membenarkan dirinya, yang akan ia gunakan pada saat kesalahannya atau
kejahatannya pada masa lalu diungkit kembali.
Bacaan
Alkitab: Matius 23:29-32
23:29
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu
orang-orang saleh
23:30 dan
berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut
dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31
Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu
adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi, penuhilah juga
takaran nenek moyangmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.