Selasa, 28 Februari 2017

Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (15): Membangun Monumen untuk Menutupi Kejahatan



Kamis, 2 Maret 2017
Bacaan Alkitab: Matius 23:29-32
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh. (Mat 23:29)


Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (15): Membangun Monumen untuk Menutupi Kejahatan


Dalam kehidupan umum, monumen seringkali didirikan untuk memperingati peristiwa tertentu yang terjadi di suatu daerah. Namun demikian, mungkin kita tidak pernah terpikir bahwa ada penguasa yang tega membangun suatu monumen untuk menutup-nutupi kejahatannya. Kalaupun monumen itu benar-benar ada, berarti penguasa tersebut sudah tidak punya hati nurani lagi sehingga memutarbalikkan kebenaran melalui pembangunan monumen, yang bertujuan supaya seakan-akan ia tidak bersalah atas kejahatan yang dilakukannya. 

Dalam hal ini, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi persis sekali melakukan kejahatan tersebut. Mereka membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh (ay. 29b). Menurut saya, mereka melakukan ini dengan dana yang mereka kumpulkan dari umat Yahudi, atau bahkan dari bantuan penjajah Romawi. Mereka berpikir bahwa jika makam nabi-nabi dibangun atau diperbagus, serta adanya tugu peringatan orang-orang saleh yang didirikan, maka orang banyak akan berpikir bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi berada di pihak yang pro rakyat, yang menghargai suara kenabian tersebut.

Sayangnya, apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi tersebut sesungguhnya adalah kemunafikan belaka (ay. 29a). Mereka justru membangun dan memperindah makam nabi-nabi terdahulu dengan tujuan supaya orang lain memandang mereka benar. Bahkan mereka sampai berani berkata, “jika kami hidup di masa lalu (di zaman nenek moyang kita), tentu kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu” (ay. 30). Secara tidak langsung mereka menyalahkan nenek moyang mereka atas pembunuhan nabi-nabi tersebut dan merasa diri mereka lebih benar dengan membangun dan memperindah makam. Padahal, kalimat mereka justru menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan pembunuh nabi-nabi tersebut, dan tentu mewarisi gen atau sifat/karakter nenek moyang mereka yang jahat (ay. 31).

Sejarah membuktikan bahwa ucapan Tuhan Yesus ini kelak akan terbukti. Para ahli Taurat dan orang Farisi justru meminta Tuhan Yesus dihukum mati dengan berteriak “salibkan Dia!”. Mereka membuktikan bahwa mereka tidak lebih baik daripada nenek moyang mereka yang membunuh nabi-nabi yang diutus Tuhan. Mereka merasa bahwa lebih membunuh orang daripada syariat dalam Hukum Taurat dilanggar. Itulah mengapa Tuhan Yesus yang sudah membuat begitu banyak mujizat di depan mata mereka sendiri, yang punya kecerdasan luar biasa dalam hal Hukum Taurat, dan yang tidak bersalah dalam hal apapun, pada akhirnya mereka bunuh.

Para ahli Taurat dan orang Farisi tersebut pada akhirnya juga memenuhi takaran nenek moyang mereka (ay. 31). Mereka adalah keturunan ular beludak, dan tentu memiliki karakter sebagai ular beludak. Sampai Tuhan Yesus mati dan bangkit serta naik ke surga, mereka juga tidak pernah mau bertobat. Sampai masa gereja mula-mula, mereka pun tetap memburu jemaat mula-mula dan menangkap, menganiaya bahkan membunuh orang-orang percaya. Bahkan sampai hari ini pun masih banyak orang Yahudi yang tinggal di tanah Israel yang masih belum percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang sesungguhnya. Dan hari ini, apa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus pun terulang kembali. Karena banyaknya turis yang datang ke tanah Israel (termasuk orang-orang Kristen dari Indonesia yang sering berwisata ke Israel), maka mereka pun memperbaiki gereja-gereja di Yerusalem, memperbaiki tempat-tempat bersejarah yang disebutkan dalam Alkitab dan lain sebagainya. Mereka seakan-akan hendak berkata: “kami sudah memperbaiki tempat-tempat sejarah dalam Alkitab (bahkan mungkin juga memperbaiki makam yang dipercaya sebagai makam Tuhan Yesus), sehingga kami tidak bersalah atas perbuatan yang dilakukan oleh nenek moyang kami 2.000 tahun yang lalu”. Padahal sebenarnya perbaikan tempat-tempat sejarah ini pun ditujukan supaya semakin banyak turis yang datang dan pada akhirnya menambah devisa negara. 

Dalam konteks gereja saat ini, hal ini diibaratkan sebagai seorang pendeta (atau gembala sidang/gembala jemaat), yang dahulu pernah membuat kesalahan atau kejahatan, tetapi justru menutup-nutupi dengan membangun suatu “monumen” untuk membuat dirinya menjadi tampak benar. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan setiap “monumen” yang dibangun oleh pendeta atau gembala adalah salah, akan tetapi dalam hal ini yang harus dicermati adalah sikap hati. Saya pun penuh dengan kesalahan yang saya pernah perbuat di masa lalu, dan jika ada orang yang menanyakan masa lalu saya, maka saya akan siap menjelaskan bahwa pada masa lalu memang benar saya berbuat salah. Akan tetapi ada juga tipe pendeta yang tidak mau disalahkan, bahkan atas perbuatan atau perkataannya sendiri di masa lalu. Ketika hal itu diungkit, ia akan menyalahkan orang lain atau pihak lain supaya ia terlihat benar. Selanjutnya biasanya pendeta semacam ini akan berkata, “Mengapa sih kalian selalu mengungkit-ungkit masa lalu? Mengapa kalian tidak melihat bahwa saya sudah berhasil membangun gereja dengan megah, saya sudah membuat ruang ibadah yang dulunya tidak ber-AC sekarang sudah ber-AC, saya sudah membuat gereja kita memiliki alat musik yang lengkap”, dan lain sebagainya. Tanpa pendeta itu sadari, sesungguhnya apa yang ia lakukan selama ini hanyalah membangun “monumen” untuk membenarkan dirinya, yang akan ia gunakan pada saat kesalahannya atau kejahatannya pada masa lalu diungkit kembali.



Bacaan Alkitab: Matius 23:29-32
23:29 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.