Selasa, 7 Februari 2017
Bacaan
Alkitab: 1 Yohanes 3:7-10
Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang
tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa
yang tidak mengasihi saudaranya. (1 Yoh 3:10)
Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru
(Bagian 16)
Menjadi anak-anak Allah tidaklah mudah,
namun membutuhkan waktu, tenaga, dan proses panjang yang tidak dapat
di-instan-kan. Dalam proses kita berjuang untuk berkeadaan sebagai anak-anak
Allah, tentu iblis juga tidak akan tinggal diam. Saya rasa, iblis tidak akan
menghambat orang-orang untuk datang ke gereja, selama mereka hanya menjadi
orang Kristen dan tidak berjuang untuk menjadi anak-anak Allah. Saya rasa,
iblis juga tidak akan menghambat orang-orang menjadi pelayan gereja bahkan
menjadi pendeta, selama mereka tidak membawa orang-orang untuk menjadi
anak-anak Allah. Namun, iblis akan menggunakan segala macam cara untuk mencegah
orang-orang menjadi anak-anak Allah yang benar.
Oleh karena itu, kita yang sedang
berjuang untuk menjadi anak-anak Allah yang benar harus waspada terhadap
penyesatan (ay. 7a). Perlu dipahami, bahwa iblis akan sangat mungkin menyerang gereja-gereja yang mulai
mengajarkan Firman Tuhan yang benar, yang akan mampu mengubah jemaat menjadi orang-orang
Kristen yang cerdas, yaitu supaya mereka mampu menjadi anak-anak Allah. Dalam
hal ini, para gembala sidang, pendeta, pengerja, pelayan, dan juga jemaat yang ada
di gereja seperti ini harus senantiasa waspada terhadap tipu daya iblis yang
akan mencoba “mengguncang” gereja tersebut dengan cara apapun supaya kebenaran
Firman Tuhan tidak lagi disuarakan di gereja tersebut.
Dalam menghadapi serangan iblis
tersebut, kita harus ingat satu hal, yaitu bahwa kita perlu mengerti kebenaran
dan berbuat kebenaran, sama seperti Kristus adalah benar dan senantiasa
mengucapkan kebenaran dan melakukan kebenaran (ay. 7b). Hal yang akan dilakukan
iblis untuk “mengganggu” anak-anak Allah adalah dengan menawarkan dosa. Dosa
ini bisa berbicara tentang kenikmatan dunia (seks, narkoba, uang, dan lain
sebagainya) atau juga dosa-dosa batiniah (emosi, sombong, gila hormat, dan lain
sebagainya). Perlu dicatat bahwa semakin kita berjuang untuk menjadi anak-anak
Allah, semakin pula iblis berusaha menjatuhkan kita dengan dosa-dosa yang
terlihat menggoda. Namun di sinilah peran kita untuk mengalahkan iblis dan menolak
untuk berbuat dosa. Jika kita yang sudah mengerti kebenaran sengaja berbuat
dosa, maka apa kita sebenarnya tidak layak disebut sebagai anak-anak Allah,
namun kita sedang diseret iblis untuk menjadi anak-anak iblis, karena memang
iblis berbuat dosa dari mulanya (ay. 8).
Namun jika kita adalah anak-anak Allah,
yaitu karena kita telah lahir dari Allah (lahir dari atas/lahir baru/dilahirkan
kembali), maka kita diberikan kemampuan untuk menolak dosa dan tidak berbuat
dosa lagi (ay. 9). Semua orang yang lahir dari Allah sebagai anak-anak Allah, sudah
di-setting untuk tidak dapat berbuat dosa. Hal ini memang tidaklah otomatis,
tetapi penuh dengan perjuangan. Dalam hal ini, semakin kita berjuang menjadi
anak-anak Allah, maka akan semakin sering Tuhan menguji kita dengan berbagai
peristiwa dalam hidup yang “merangsang” kita untuk berdosa. Status anak-anak
Allah harus dibuktikan dengan berbagai macam ujian hidup, apakah kita mampu
memilih apa yang benar atau justru kalah oleh dosa. Anak-anak Allah tidak
mungkin menghindari ujian, karena ujian itu adalah sarana Tuhan untuk membuat
kita naik ke level yang lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, dari ujian-ujian hidup
yang kita alami, kita akan dapat menguji diri kita sendiri apakah kita sudah
berkeadaan sebagai anak-anak Allah atau justru menjadi anak-anak iblis (ay. 10).
Bagaimana cara mengujinya? 1) Apakah kita melakukan kebenaran atau tidak; dan
2) Apakah kita mengasihi saudara kita atau tidak. Tentu dalam hal ini kebenaran
dan kasih tidak hanya dilihat ketika hari Minggu di gereja saja, karena banyak
orang Kristen yang pada hari Minggu memasang senyum di wajahnya, tetapi pada
hari Senin hingga Minggu, wajah iblis-lah yang nampak dalam dirinya. Banyak
orang Kristen (termasuk para pelayan dan juga pembicara bahkan pendeta) yang
melakukan pencitraan rohani di gereja, seakan-akan mereka sudah menjadi
anak-anak Allah, padahal dalam kehidupan sehari-harinya mereka tidak ada
bedanya dengan orang-orang lain di luar gereja. Bahkan tidak mungkin kehidupan mereka
jauh lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan orang-orang non Kristen.
Semua itu karena mereka hanya “berpura-pura” sudah menjadi anak-anak Allah
padahal sebenarnya belum. Manusia mungkin bisa ditipu, tetapi Tuhan tidak akan pernah
bisa ditipu.
Bacaan
Alkitab: 1 Yohanes 3:7-10
3:7 Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu.
Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah
benar;
3:8 barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis
berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu
supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.
3:9 Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab
benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia
lahir dari Allah.
3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang
tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa
yang tidak mengasihi saudaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.