Senin, 06 Februari 2017

Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru (Bagian 16)



Selasa, 7 Februari 2017
Bacaan Alkitab: 1 Yohanes 3:7-10
Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya. (1 Yoh 3:10)


Status Manusia sebagai Anak Allah dalam Perjanjian Baru (Bagian 16)


Menjadi anak-anak Allah tidaklah mudah, namun membutuhkan waktu, tenaga, dan proses panjang yang tidak dapat di-instan-kan. Dalam proses kita berjuang untuk berkeadaan sebagai anak-anak Allah, tentu iblis juga tidak akan tinggal diam. Saya rasa, iblis tidak akan menghambat orang-orang untuk datang ke gereja, selama mereka hanya menjadi orang Kristen dan tidak berjuang untuk menjadi anak-anak Allah. Saya rasa, iblis juga tidak akan menghambat orang-orang menjadi pelayan gereja bahkan menjadi pendeta, selama mereka tidak membawa orang-orang untuk menjadi anak-anak Allah. Namun, iblis akan menggunakan segala macam cara untuk mencegah orang-orang menjadi anak-anak Allah yang benar. 

Oleh karena itu, kita yang sedang berjuang untuk menjadi anak-anak Allah yang benar harus waspada terhadap penyesatan (ay. 7a). Perlu dipahami, bahwa iblis akan sangat  mungkin menyerang gereja-gereja yang mulai mengajarkan Firman Tuhan yang benar, yang akan mampu mengubah jemaat menjadi orang-orang Kristen yang cerdas, yaitu supaya mereka mampu menjadi anak-anak Allah. Dalam hal ini, para gembala sidang, pendeta, pengerja, pelayan, dan juga jemaat yang ada di gereja seperti ini harus senantiasa waspada terhadap tipu daya iblis yang akan mencoba “mengguncang” gereja tersebut dengan cara apapun supaya kebenaran Firman Tuhan tidak lagi disuarakan di gereja tersebut.

Dalam menghadapi serangan iblis tersebut, kita harus ingat satu hal, yaitu bahwa kita perlu mengerti kebenaran dan berbuat kebenaran, sama seperti Kristus adalah benar dan senantiasa mengucapkan kebenaran dan melakukan kebenaran (ay. 7b). Hal yang akan dilakukan iblis untuk “mengganggu” anak-anak Allah adalah dengan menawarkan dosa. Dosa ini bisa berbicara tentang kenikmatan dunia (seks, narkoba, uang, dan lain sebagainya) atau juga dosa-dosa batiniah (emosi, sombong, gila hormat, dan lain sebagainya). Perlu dicatat bahwa semakin kita berjuang untuk menjadi anak-anak Allah, semakin pula iblis berusaha menjatuhkan kita dengan dosa-dosa yang terlihat menggoda. Namun di sinilah peran kita untuk mengalahkan iblis dan menolak untuk berbuat dosa. Jika kita yang sudah mengerti kebenaran sengaja berbuat dosa, maka apa kita sebenarnya tidak layak disebut sebagai anak-anak Allah, namun kita sedang diseret iblis untuk menjadi anak-anak iblis, karena memang iblis berbuat dosa dari mulanya (ay. 8).

Namun jika kita adalah anak-anak Allah, yaitu karena kita telah lahir dari Allah (lahir dari atas/lahir baru/dilahirkan kembali), maka kita diberikan kemampuan untuk menolak dosa dan tidak berbuat dosa lagi (ay. 9). Semua orang yang lahir dari Allah sebagai anak-anak Allah, sudah di-setting untuk tidak dapat berbuat dosa. Hal ini memang tidaklah otomatis, tetapi penuh dengan perjuangan. Dalam hal ini, semakin kita berjuang menjadi anak-anak Allah, maka akan semakin sering Tuhan menguji kita dengan berbagai peristiwa dalam hidup yang “merangsang” kita untuk berdosa. Status anak-anak Allah harus dibuktikan dengan berbagai macam ujian hidup, apakah kita mampu memilih apa yang benar atau justru kalah oleh dosa. Anak-anak Allah tidak mungkin menghindari ujian, karena ujian itu adalah sarana Tuhan untuk membuat kita naik ke level yang lebih tinggi lagi. 

Oleh karena itu, dari ujian-ujian hidup yang kita alami, kita akan dapat menguji diri kita sendiri apakah kita sudah berkeadaan sebagai anak-anak Allah atau justru menjadi anak-anak iblis (ay. 10). Bagaimana cara mengujinya? 1) Apakah kita melakukan kebenaran atau tidak; dan 2) Apakah kita mengasihi saudara kita atau tidak. Tentu dalam hal ini kebenaran dan kasih tidak hanya dilihat ketika hari Minggu di gereja saja, karena banyak orang Kristen yang pada hari Minggu memasang senyum di wajahnya, tetapi pada hari Senin hingga Minggu, wajah iblis-lah yang nampak dalam dirinya. Banyak orang Kristen (termasuk para pelayan dan juga pembicara bahkan pendeta) yang melakukan pencitraan rohani di gereja, seakan-akan mereka sudah menjadi anak-anak Allah, padahal dalam kehidupan sehari-harinya mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang lain di luar gereja. Bahkan tidak mungkin kehidupan mereka jauh lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan orang-orang non Kristen. Semua itu karena mereka hanya “berpura-pura” sudah menjadi anak-anak Allah padahal sebenarnya belum. Manusia mungkin bisa ditipu, tetapi Tuhan tidak akan pernah bisa ditipu.



Bacaan Alkitab: 1 Yohanes 3:7-10
3:7 Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar;
3:8 barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.
3:9 Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.
3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.