Selasa, 14 Februari 2017

Istri yang Saleh

Rabu, 15 Februari 2017
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:1-6
Jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. (1 Ptr 3:2)


Istri yang Saleh


Siapa yang tidak menginginkan istri yang saleh? Tentu semua laki-laki mengidamkan memiliki istri yang saleh bukan? Namun definisi istri yang saleh pun di luar sana sangat bervariasi. Kita tidak akan membahas definisi isteri yang saleh dari sudut pandang agama lain, melainkan hanya membahas dari sudut pandang Alkitab semata. Kekristenan harus bisa merasa “cukup” dengan Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran dan tidak boleh menambah-nambahkan sumber kebenaran dari tempat lain selain Alkitab.
Berdasarkan bacaan Alkitab kita, ada beberapa ciri istri yang saleh, yaitu
  • Tunduk dan taat kepada suami (ay. 1a & 6)
Salah satu ciri pernikahan Kristen adalah suami yang mengasihi istri dan istri yang tunduk kepada suami (Kol 3:18-19). Memang ketertundukan istri kepada suami juga tidak boleh melebihi ketertundukan istri kepada Tuhan. Namun sebagai pendamping suami, seorang istri harus mengerti perannya dalam keluarga, yaitu sebagai pendukung suami. Ini pun ditunjukkan oleh Sara yang tunduk kepada Abraham suaminya, bahkan menyebut Abraham sebagai tuannya (ay. 6). Jika kita mengaku Abraham sebagai bapa kita (bapa orang beriman) dan kita meneladani Abraham sebagai salah satu tokoh iman, maka istri-istri juga harus meneladani Sara sebagai salah satu tokoh Alkitab yang baik.

  • Memiliki kelakuan yang baik (ay. 1b-2)
Kelakuan yang baik merupakan bukti nyata dari karakter yang baik pula. Kelakuan yang baik menggambarkan hati yang baik. Memang terkadang ada orang yang dari luar terlihat baik padahal hatinya jahat, akan tetapi hal itu pastilah tidak bertahan lama. Kebaikan yang benar akan konsisten seiring berjalannya waktu. Akan tetapi kebaikan yang pura-pura lama-lama akan terlihat kebusukannya pada akhirnya. Oleh karena itu istri yang saleh pasti memiliki kelakuan yang baik, yang mau menolong orang lain, yang pintar mengurus rumah tangga hingga keperluan dapur, mengasuh anak, dan lain sebagainya.

  • Tidak memakai perhiasan lahiriah secara berlebihan (ay. 3)
Salah satu godaan bagi para wanita adalah godaan untuk memakai fashion termasuk perhiasan sehingga terlihat lebih menawan. Ini adalah kodrat wanita yang sulit untuk diubah. Alkitab juga tidak menulis bahwa wanita tidak boleh memakai perhiasan, akan tetapi Alkitab menulis agar wanita memakai perhiasan lahiriah (termasuk pakaian dan aksesoris) secara wajar dan tidak berlebihan. Kita tidak perlu memakai gelang emas seberat 50 gram ketika pergi ke gereja. Kita juga tidak perlu memakai tas mahal seharga puluhan juta ketika datang ke persekutuan dimana orang lain masih berjuang untuk membeli makan. Jadilah diri kita sendiri, dan jangan biarkan nilai diri kita atau harga diri kita ditentukan dari nilai/harga pakaian atau perhiasan kita.

  • Memiliki roh yang lemah lembut dan tenteram (ay. 4)
Istri yang baik juga adalah mereka yang memiliki karakter yang lemah lembut dan mencarai ketentraman/kedamaian. Jangan menjadi istri yang senang bergosip apalagi menyebarkan gosip dan fitnah. Hal itu akan membuat suasana yang tenang menjadi memanas. Jangan pula menjadi istri yang suka merongrong suami, yang menuntut dibelikan ini dan itu karena melihat tetangganya juga memiliki barang yang sama. Itu akan membuat kondisi rumah tangga menjadi tidak harmonis. Betapa bahayanya memiliki istri yang suka bertengkar, karena lambat laun itu bisa membuat suami tidak betah di rumah dan mencari “pelampiasan” di tempat lain.

  • Menaruh pengharapannya kepada Allah (ay. 5)
Satu-satunya harapan manusia haruslah diletakkan kepada Allah. Manusia haruslah berharap dan memandang terus kepada Yerusalem Baru, tempat semua orang percaya yang hidup kudus akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan dalam kekekalan. Istri yang saleh akan mengarahkan anggota keluarganya kepada hal yang kekal, bukan kepada hal-hal yang fana di bumi ini. Dalam menghadapi masalah keluarga, istri yang saleh akan tetap tenang dan berharap kepada Allah. Dalam mendidik anak-anaknya, ia akan menjadi ibu yang mengajarkan kebenaran sejak dini kepada anak-anaknya supaya mereka pun mengenal Allah dan mampu berharap kepada Allah.

Jadi dalam Alkitab, istri yang saleh tidak dilihat dari kecantikan lahiriah, atau kekayaan yang dimiliki, atau “keahlian” melayani suami di atas tempat tidur. Kekristenan yang benar harus mengajarkan bahwa istri yang saleh adalah mereka yang memiliki karakter ilahi, yang mengerti betul posisinya sebagai istri (dan nantinya sebagai ibu) dalam keluarga. Istri yang saleh adalah mereka yang siap membantu suami dalam mengemudikan “bahtera rumah tangga” dalam menghadapi cuaca yang tenang maupun angin badai yang ganas. Istri yang saleh akan membawa anggota keluarganya untuk menjadi anak-anak Allah, dan mempersiapkan mereka untuk masuk ke langit baru dan bumi baru. Oleh karena itu, janganlah terkecoh dengan penampilan fisik apalagi hanya rayuan perkataan. Carilah istri yang saleh, jangan yang fasik, karena pilihan yang benar akan membawa kita kepada sukacita yang kekal, tetapi pilihan yang salah dapat membawa kita ke dalam kengerian yang kekal.



Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:1-6
3:1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
3:2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
3:3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
3:5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
3:6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.