Sabtu, 8 April 2017
Bacaan
Alkitab: Lukas 3:10-14
Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya
kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" (Luk 3:12)
Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 5): Makna Riil Baptisan
dalam Kehidupan Sehari-hari
Kalau dilihat dengan lebih seksama
dalam kehidupan bangsa Yahudi pada masa Tuhan Yesus hidup, sebenarnya bangsa
Yahudi sudah memiliki sarana penebusan dosa yaitu dengan darah domba yang
dikorbankan di Bait Allah. Mereka dengan rutin memberi persembahan domba di
Bait Allah, minimal pada hari-hari besar keagamaan seperti hari raya Paskah.
Dalam sisi tersebut, kita bisa melihat bahwa untuk penebusan dosa sudah ada
sarananya yaitu darah domba (atau darah binatang lainnya). Namun mereka belum
memiliki sarana untuk menunjukkan pertobatan. Dengan ajaran Yahudi bahwa dosa dapat
dihapus dengan darah binatang, maka mereka wajib untuk mempersembahkan korban
binatang kepada Tuhan, di situlah mereka percaya bahwa darah binatang tersebut
telah menghapus mereka. Namun demikian, bagaimana cara atau mekanisme untuk
menunjukkan pertobatan?
Di sinilah baptisan Yohanes mengambil
peran. Baptisan adalah lambang pertobatan (Mat 1:4 & 3:11), namun di sisi
lain, perlu dipersoalkan apakah makna pertobatan tersebut secara riil, yaitu
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu? Itulah yang ditanyakan
oleh orang banyak yang datang kepada Yohanes untuk dibaptis (ay. 10). Mereka
tentu ingin bertobat. Dan saya yakin bahwa kebanyakan orang di dunia ini pasti
rindu untuk bertobat. Tidak hanya orang Kristen saja, orang agama lain pun
(yang memiliki karakter benar) pasti memiliki kerinduan untuk bertobat, bahkan
termasuk orang ateis juga memiliki kemungkinan untuk bertobat.
Kembali ke bahasan mengenai Yohanes
Pembaptis, menanggapi pertanyaan orang banyak kepadanya, Yohanes menjawab
dengan sangat riil dan praktis. Yohanes memulai dengan perkataan yang sederhana:
“Jika kita memiliki 2 helai baju, maka bagilah dengan orang yang tidak punya
atau tidak memilikinya. Demikian juga dengan makanan, jika memiliki makanan
lebih sedangkan ada orang lain yang tidak memilikinya, maka bagilah makanan
kita dengan mereka yang tidak memilikinya” (ay. 11). Ini adalah perintah yang
sangat sederhana bagi kita orang Kristen, tetapi bagi orang Yahudi (yang
terkenal pelit dan hitung-hitungan), ini adalah sesuatu yang baru. Orang Yahudi
diajar tentang “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, tetapi soal memberi kasih,
ini adalah sesuatu yang baru. Bahkan jika kita perhatikan, ajaran Yohanes
Pembaptis sangat mirip dengan ajaran Tuhan Yesus (Mat 5:40-42).
Selanjutnya, para pemungut cukai juga
datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Selain itu, mereka pun bertanya kepadanya
apa yang harus mereka lakukan setelah mereka bertobat dan memberi diri dibaptis
(ay. 12). Yohanes menjawab dengan sangat praktis: “Jangan menagih lebih banyak
dari apa yang telah ditentukan bagimu” (ay. 13). Pada waktu itu, sangat mungkin
bahwa para pemungut cukai juga menarik tambahan pungutan (atau yang sekarang
dikenal dengan pungutan liar/pungli) kepada orang-orang. Ini adalah korupsi
kecil-kecilan (karena jauh lebih kecil dari apa yang dilakukan oleh para
penguasa pada masa itu), tetapi Yohanes mengatakan bahwa jika para pemungut
cukai mau bertobat, maka mereka harus memungut sesuai ketentuan yang berlaku.
Mereka tidak boleh menarik pungli dan harus mencukupkan diri dari gaji yang
mereka terima dari pemerintah Romawi.
Kepada para prajurit yang bertanya juga
kepadanya, Yohanes menjawab bahwa mereka tidak boleh
merampas dan memeras, dan
harus mencukupkan diri dengan gaji yang mereka terima (ay. 14). Ini memberikan
gambaran bahwa para prajurit pada waktu itu suka merampas, memeras (menjadi bekingan
orang-orang tertentu), dan memiliki gaya hidup yang berlebihan. Mungkin ini
disebabkan karena cukup seringnya bangsa Romawi berperang dengan
musuh-musuhnya. Sehingga menjadi prajurit pada masa itu sangat mungkin sekali
harus bermain “kotor”. Tetapi Yohanes memerintahkan para prajurit yang mau
bertobat harus meninggalkan cara main yang “kotor” dan harus belajar hidup
dengan “bersih” yaitu mencukupkan diri dengan gaji mereka yang resmi mereka
terima.
Ini adalah praktik-praktik pertobatan
yang kedengarannya biasa dan sederhana, namun inilah dasar dari segala
pertobatan. Pertobatan bukan hanya sekedar maju ketika altar call di gereja, atau menangis tersedu-sedu di gereja. Itu
barulah sebagian pertobatan. Pertobatan tidak boleh terjadi hanya di gereja
tetapi juga dalam keseharian hidup kita. Pertobatan harus dimulai dari hal-hal
sederhana, yaitu dari kehidupan kita sehari-hari, bagaimana kita hidup penuh
kasih kepada orang-orang di sekitar kita (antara lain kepada keluarga kita,
tetangga kita, dan juga pembantu rumah tangga kita). Pertobatan kita juga harus
terlihat dari kehidupan kita di kantor atau tempat usaha. Apakah selama ini
kita suka mengambil apa yang bukan hak kita, memeras, memperoleh pungli,
mendapatkan “bagian” dari korupsi berjamaah, dan lain sebagainya. Jika ya, maka
kita harus belajar mencukupkan diri dengan gaji kita. Bukanlah suatu pertobatan
jika di gereja kita menangis-nangis di altar
call tetapi di kantor kita tetap korupsi dengan berani. Jadi, bertobatlah, dan
bertobatlah mulai dari hal kecil, dari keseharian kita di rumah, di kantor, dan
di masyarakat. Itulah pertobatan yang sejati, yang riil dalam hidup kita
sehari-hari.
Bacaan
Alkitab: Lukas 3:10-14
3:10 Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang
harus kami perbuat?"
3:11 Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia
membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan,
hendaklah ia berbuat juga demikian."
3:12 Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya
kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?"
3:13 Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah
ditentukan bagimu."
3:14 Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah
yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan
merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.