Kamis, 06 April 2017

Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 5): Makna Riil Baptisan dalam Kehidupan Sehari-hari



Sabtu, 8 April 2017
Bacaan Alkitab: Lukas 3:10-14
Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" (Luk 3:12)


Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 5): Makna Riil Baptisan dalam Kehidupan Sehari-hari


Kalau dilihat dengan lebih seksama dalam kehidupan bangsa Yahudi pada masa Tuhan Yesus hidup, sebenarnya bangsa Yahudi sudah memiliki sarana penebusan dosa yaitu dengan darah domba yang dikorbankan di Bait Allah. Mereka dengan rutin memberi persembahan domba di Bait Allah, minimal pada hari-hari besar keagamaan seperti hari raya Paskah. Dalam sisi tersebut, kita bisa melihat bahwa untuk penebusan dosa sudah ada sarananya yaitu darah domba (atau darah binatang lainnya). Namun mereka belum memiliki sarana untuk menunjukkan pertobatan. Dengan ajaran Yahudi bahwa dosa dapat dihapus dengan darah binatang, maka mereka wajib untuk mempersembahkan korban binatang kepada Tuhan, di situlah mereka percaya bahwa darah binatang tersebut telah menghapus mereka. Namun demikian, bagaimana cara atau mekanisme untuk menunjukkan pertobatan?

Di sinilah baptisan Yohanes mengambil peran. Baptisan adalah lambang pertobatan (Mat 1:4 & 3:11), namun di sisi lain, perlu dipersoalkan apakah makna pertobatan tersebut secara riil, yaitu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu? Itulah yang ditanyakan oleh orang banyak yang datang kepada Yohanes untuk dibaptis (ay. 10). Mereka tentu ingin bertobat. Dan saya yakin bahwa kebanyakan orang di dunia ini pasti rindu untuk bertobat. Tidak hanya orang Kristen saja, orang agama lain pun (yang memiliki karakter benar) pasti memiliki kerinduan untuk bertobat, bahkan termasuk orang ateis juga memiliki kemungkinan untuk bertobat.

Kembali ke bahasan mengenai Yohanes Pembaptis, menanggapi pertanyaan orang banyak kepadanya, Yohanes menjawab dengan sangat riil dan praktis. Yohanes memulai dengan perkataan yang sederhana: “Jika kita memiliki 2 helai baju, maka bagilah dengan orang yang tidak punya atau tidak memilikinya. Demikian juga dengan makanan, jika memiliki makanan lebih sedangkan ada orang lain yang tidak memilikinya, maka bagilah makanan kita dengan mereka yang tidak memilikinya” (ay. 11). Ini adalah perintah yang sangat sederhana bagi kita orang Kristen, tetapi bagi orang Yahudi (yang terkenal pelit dan hitung-hitungan), ini adalah sesuatu yang baru. Orang Yahudi diajar tentang “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, tetapi soal memberi kasih, ini adalah sesuatu yang baru. Bahkan jika kita perhatikan, ajaran Yohanes Pembaptis sangat mirip dengan ajaran Tuhan Yesus (Mat 5:40-42).

Selanjutnya, para pemungut cukai juga datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Selain itu, mereka pun bertanya kepadanya apa yang harus mereka lakukan setelah mereka bertobat dan memberi diri dibaptis (ay. 12). Yohanes menjawab dengan sangat praktis: “Jangan menagih lebih banyak dari apa yang telah ditentukan bagimu” (ay. 13). Pada waktu itu, sangat mungkin bahwa para pemungut cukai juga menarik tambahan pungutan (atau yang sekarang dikenal dengan pungutan liar/pungli) kepada orang-orang. Ini adalah korupsi kecil-kecilan (karena jauh lebih kecil dari apa yang dilakukan oleh para penguasa pada masa itu), tetapi Yohanes mengatakan bahwa jika para pemungut cukai mau bertobat, maka mereka harus memungut sesuai ketentuan yang berlaku. Mereka tidak boleh menarik pungli dan harus mencukupkan diri dari gaji yang mereka terima dari pemerintah Romawi.
Kepada para prajurit yang bertanya juga kepadanya, Yohanes menjawab bahwa mereka tidak boleh 
merampas dan memeras, dan harus mencukupkan diri dengan gaji yang mereka terima (ay. 14). Ini memberikan gambaran bahwa para prajurit pada waktu itu suka merampas, memeras (menjadi bekingan orang-orang tertentu), dan memiliki gaya hidup yang berlebihan. Mungkin ini disebabkan karena cukup seringnya bangsa Romawi berperang dengan musuh-musuhnya. Sehingga menjadi prajurit pada masa itu sangat mungkin sekali harus bermain “kotor”. Tetapi Yohanes memerintahkan para prajurit yang mau bertobat harus meninggalkan cara main yang “kotor” dan harus belajar hidup dengan “bersih” yaitu mencukupkan diri dengan gaji mereka yang resmi mereka terima.

Ini adalah praktik-praktik pertobatan yang kedengarannya biasa dan sederhana, namun inilah dasar dari segala pertobatan. Pertobatan bukan hanya sekedar maju ketika altar call di gereja, atau menangis tersedu-sedu di gereja. Itu barulah sebagian pertobatan. Pertobatan tidak boleh terjadi hanya di gereja tetapi juga dalam keseharian hidup kita. Pertobatan harus dimulai dari hal-hal sederhana, yaitu dari kehidupan kita sehari-hari, bagaimana kita hidup penuh kasih kepada orang-orang di sekitar kita (antara lain kepada keluarga kita, tetangga kita, dan juga pembantu rumah tangga kita). Pertobatan kita juga harus terlihat dari kehidupan kita di kantor atau tempat usaha. Apakah selama ini kita suka mengambil apa yang bukan hak kita, memeras, memperoleh pungli, mendapatkan “bagian” dari korupsi berjamaah, dan lain sebagainya. Jika ya, maka kita harus belajar mencukupkan diri dengan gaji kita. Bukanlah suatu pertobatan jika di gereja kita menangis-nangis di altar call tetapi di kantor kita tetap korupsi dengan berani. Jadi, bertobatlah, dan bertobatlah mulai dari hal kecil, dari keseharian kita di rumah, di kantor, dan di masyarakat. Itulah pertobatan yang sejati, yang riil dalam hidup kita sehari-hari.


Bacaan Alkitab: Lukas 3:10-14
3:10 Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"
3:11 Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."
3:12 Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?"
3:13 Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu."
3:14 Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.