Sabtu, 22 April 2017

Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 20): Baptisan Pertama kepada Orang Non Yahudi


Minggu, 23 April 2017
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 10:44-48
Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka. (Kis 10:48)


Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 20): Baptisan Pertama kepada Orang Non Yahudi


Sejak baptisan pertama kali dilakukan oleh Yohanes Pembaptis, Alkitab tidak mencatat dengan rinci mengenai apakah ada orang non Yahudi yang dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Memang dalam khotbahnya di tepi sungai Yordan, Alkitab mencatat adanya prajurit-prajurit yang datang kepadanya dan bertanya apa yang harus mereka lakukan (Luk 3:14). Tetapi Alkitab tidak mencatat secara rinci bahwa para prajurit-prajurit tersebut dibaptis oleh Yohanes. Hal ini terjadi karena baptisan pada awalnya adalah suatu upacara bagi orang non Yahudi untuk masuk mengikuti adat dan agama Yahudi.
Hal tersebut lebih nampak setelah kematian dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Memang Tuhan Yesus sendiri memerintahkan murid-murid-Nya antara lain untuk membaptis orang. Namun Alkitab tidak mencatat secara jelas mengenai orang non Yahudi yang bertobat dan dibaptis. Barulah dalam pasal 10 kitab Kisah Para Rasul ini, dikatakan bahwa Kornelius, seorang perwira tentara Romawi (yang adalah orang non Yahudi) dibaptis. Tidak tanggung-tanggung, yang membaptis adalah Petrus sendiri, salah satu dari 12 rasul.

Hal ini dimulai ketika Petrus sedang menjelaskan mengenai penglihatan yang diperolehnya ketika sedang berada di kota Yope, sebelum ia bertemu dengan utusan Kornelius yang datang ke rumah. Petrus juga mulai mengabarkan Injil yaitu karya keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada Kornelius dan semua orang yang ada di rumahnya. Ketika Petrus sedang menjelaskan mengenai pengampunan dosa dalam nama-Nya, maka turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu (ay. 44). Dalam hal ini turunnya Roh Kudus kepada Kornelius dan orang-orang yang ada di rumahnya ditandai dengan karunia Roh yaitu berkata-kata dalam bahasa roh (ay. 46). Melihat hal tersebut, semua orang percaya (dari golongan Yahudi, yaitu golongan yang bersunat) menjadi tercengang, karena melihat bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga (ay. 45). Mereka awalnya mengira bahwa Yesus mati dan bangkit hanya bagi orang Yahudi atau keturunan Yakub saja. Ternyata tidaklah demikian. Kasih Tuhan dan karya penyelamatan-Nya ditujukan kepada semua orang yang mau percaya, tanpa memandang suku bangsa tertentu.

Ketika melihat Kornelius dan orang-orang di rumahnya yang memperoleh karunia Roh Kudus, maka Petrus bertanya: “Bolehkah ada orang yang mencegah kita membaptis orang-orang ini (yaitu orang non Yahudi) dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita? (ay. 47). Jadi jelas bahwa seseorang bisa dibaptis dahulu dengan Roh Kudus (karena pada waktu itu salah satu tanda dibaptis dengan Roh Kudus adalah dilihat dari karunia Roh yang dimiliki seseorang) sebelum dibaptis dengan air. Kemudian, Petrus pun membaptis Kornelius dan seisi rumahnya dengan air di dalam nama Yesus Kristus (ay. 48).

Hal ini menimbulkan pertanyaan, mana yang lebih dulu harus terjadi: dibaptis dengan air atau dibaptis dengan Roh Kudus? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus melihat konteks kejadian yang ditanyakan. Dalam konteks jemaat mula-mula, ketika Roh Kudus baru dicurahkan, maka kebanyakan kejadian yang terjadi adalah dibaptis dengan air dahulu baru dibaptis dengan Roh Kudus. Namun demikian, jika pertanyaan itu ditanyakan di konteks jemaat masa kini, saya secara pribadi lebih menjawab: harus dibaptis dengan Roh Kudus dahulu (artinya bertobat, hidup di dalam pimpinan Roh Kudus dahulu), baru kemudian dibaptis dengan air.

Sayangnya cukup banyak pendeta atau gereja yang berlomba-lomba membaptis orang lain. Saya sendiri melihat dan mendengar bagaimana ketika ada rencana pernikahan anggota jemaat gereja dengan orang di luar jemaat, maka pendeta atau gereja tersebut mensyaratkan agar “warga binaan” (sebutan bagi orang yang berasal dari luar gereja) harus dibaptis dahulu sebelum menikah. Karena diburu tenggat waktu menikah, biasanya bimbingan pra baptisan dan juga bimbingan pra nikah terhadap orang ini  tidaklah memadai. Akibatnya mereka biasanya dibaptis tetapi belum sungguh-sungguh bertobat dan menerima Roh Kudus dalam hidupnya. Pendeta dan gereja seperti ini berpandangan “Ah, nanti kalau sudah dibaptis air kan dia bisa dibaptis dengan Roh Kudus juga”. Nyatanya, sebagian orang-orang seperti ini mau dibaptis hanya supaya bisa menikah. Setelah menikah, mereka tidak bertumbuh dengan sungguh-sungguh, bahkan ada yang kemudian kembali kepada agama dan kepercayaan lamanya. Padahal ketika dibaptis, si pendeta dengan bangga dan berapi-api berkata kepada orang yang dibaptis tersebut: “Sekarang kamu telah dibaptis dan diselamatkan”. Bagaimana mungkin orang yang sudah diselamatkan bisa kembali ke kepercayaan lama? Bukankah ini adalah suatu tindakan yang terburu-buru dan kurang bijaksana dari oknum pendeta tersebut?

Mari kita belajar kebenaran yang murni sehingga kita tidak mudah disesatkan oleh orang-orang yang mencari keuntungan. Memang pendeta adalah profesi yang sangat terhormat, tetapi ada orang-orang tertentu yang adalah oknum yang memutarbalikkan kebenaran dan membuat profesi pendeta menjadi tercemar. Kita tidak perlu memperdebatkan siapa saja oknum-oknum tersebut. Yang lebih penting lagi adalah supaya kita dapat berjaga-jaga dan membedakan manakah kebenaran dan manakah pembenaran. Belajarlah untuk mengerti makna baptisan dengan benar supaya kita tidak tersesat, disesatkan, apalagi menyesatkan.


Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 10:44-48
10:44 Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.
10:45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga,
10:46 sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:
10:47 "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?"
10:48 Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.