Kamis, 20 April 2017
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 8:14-24
Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena
mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (Kis 8:16)
Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 17): Dibaptis
tetapi Ternyata Belum Bertobat
Menyambung renungan kita pada hari
sebelumnya, kita melihat bagaimana Simon si tukang sihir telah menjadi percaya
kepada Yesus Kristus dan dibaptis di daerah Samaria. Ketika rasul-rasul (yaitu
ke-12 rasul) di Yerusalem mendengar bahwa tanah Samaria telah menerima Firman
Allah, maka mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria (ay. 14). Perlu
dipahami bahwa Petrus dan Yohanes dapat dianggap sebagai murid-murid Tuhan
Yesus yang terkemuka, bahkan dianggap sebagai pemimpin dari para rasul.
Ketika Petrus dan Yohanes tiba di
Samaria, mereka berdoa supaya orang Samaria beroleh Roh Kudus, karena mereka
hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus dan belum menerima Roh Kudus (artinya
dibaptis dengan Roh Kudus) (ay. 15-16). Perlu diketahui bahwa pada masa itu,
Roh Kudus tidak bisa serta merta turun kepada orang di tempat terpencil, tetapi
Roh Kudus harus “dibawa” oleh para rasul dan murid-murid yang berasal dari
Yerusalem, yaitu mereka yang dibaptis dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Setelah Petrus dan Yohanes menumpangkan
tangan di atas jemaat Samaria, maka mereka pun menerima Roh Kudus (ay. 17).
Kata menerima di dalam bahasa aslinya adalah lambanó (λαμβάνω) yang
berarti to receive, take (menerima, mengambil, atau mendapatkan). Dalam hal
ini, perlu diperjelas bahwa Roh Kudus bukanlah “barang murahan” yang bisa
diterima oleh orang lain secara sembarangan. Pada masa jemaat mula-mula, Roh
Kudus adalah tanda yang nyata yang membedakan jemaat Tuhan dengan orang di luar
jemaat Tuhan. Hal ini karena pada masa itu, jemaat Tuhan belum memilki gedung
gereja yang megah, dan juga belum memiliki agama dalam kartu identitas mereka. Alkitab
bahkan menulis bahwa jemaat mula-mula itu beribadah di serambi Salomo di Bait
Allah (Kis 2:46, 5:12), . Secara tampilan luar, mereka nyaris tidak dapat
dibedakan dengan pemeluk agama Yahudi. Itulah mengapa karunia Roh Kudus sangat
gencar dicurahkan di masa jemaat mula-mula untuk menunjukkan karakteristik
jemaat Tuhan yaitu orang percaya.
Ketika Simon melihat bagaimana orang
Samaria menerima Roh Kudus sebagai akibat penumpangan tangan para rasul, Simon si
tukang sihir menawarkan uang kepada para rasul, dan bermaksud untuk membeli
karunia untuk dapat memberikan Roh Kudus kepada orang lain (ay. 18-19). Melihat
hal ini, Petrus menghardik Simon dan berkata lebih baik uang itu binasa jika Simon
menyangka bahwa ia dapat membeli karunia Allah dengan uang (ay. 20). Itu adalah
suatu kejahatan di hadapan Allah karena hati Simon tidak lurus dalam hal ini
(ay. 21). Simon menyangka bahwa Roh Kudus itu seperti ilmu sihir yang dapat
diajarkan dan dibeli dengan uang. Roh Kudus bukanlah barang sembarangan. Roh
Kudus hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berjuang untuk hidup kudus
di hadapan Tuhan. Roh Kudus bukanlah barang murahan yang diberikan kepada
orang-orang yang tidak menghargai kebenaran dan kekudusan Tuhan.
Petrus pun menasehati Simon supaya ia
bertobat dari kejahatannya di hadapan Tuhan, supaya Tuhan mengampuni niat hati
Simon yang salah ini (ay. 22). Petrus menyampaikan bahwa hatinya seperti empedu
yang pahit dan telah terjerat dalam kejahatan (ay. 23). Kejahatan apakah yang
dimaksud? Tentu kita tahu bahwa cinta akan uang adalah akar dari segala
kejahatan (1 Tim 6:10). Kita melihat bagaimana Simon mengumpulkan uang dan
harta dari perbuatan-perbuatan sihirnya, bahkan menyangka bahwa ia dapat
membeli karunia Roh Kudus dengan uangnya. Itu adalah kesalahan besar!
Namun Petrus tahu bahwa Simon masih
bisa berubah. Oleh karena itu Petrus menasehati Simon dengan serius supaya
bertobat. Jadi Simon walaupun sudah dibaptis dan percaya kepada Yesus Kristus,
sebenarnya belum sungguh-sungguh bertobat. Barulah ketika ia disadarkan oleh
Petrus ia menjadi sadar akan kesalahannya dan meminta para rasul untuk mendoakannya
supaya ia bisa diselamatkan (ay. 24). Ini menunjukkan bahwa Simon pada akhirnya
menyadari bahwa ia butuh pertobatan yang sungguh-sungguh. Walaupun sudah
dibaptis, namun ia ternyata terlambat bertobat. Untungnya ia tidak terlambat
menyadari kesalahannya dan mau bertobat sebelum terlambat.
Biarlah kisah Simon si tukang sihir
menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa yang Tuhan inginkan adalah pertobatan
orang-orang, bukan hanya orang-orang yang menganggap dirinya benar. Suara
pertobatan digaungkan sejak masa Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan
seharusnya sepanjang masa hingga saat ini. Namun sayangnya sejumlah gereja dan
pendeta lupa akan hal ini sehingga jarang menekankan pertobatan, tetapi hanya
sibuk me-“maintain” jemaat supaya tidak pindah ke tempat lain sehingga gereja
dan pendeta hanya menyampaikan khotbah-khotbah yang menyenangkan telinga
jemaat. Ini tidak boleh terus menerus terjadi. Jangan biarkan jemaat
menjalankan rutinitas liturgi (termasuk dibaptis) namun tanpa adanya
pertobatan. Bagaimana nanti mereka mempertanggungjawabkan keselamatan jiwa-jiwa
jemaat pada hari penghakiman nanti?
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 8:14-24
8:14 Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah
menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
8:15 Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria
itu beroleh Roh Kudus.
8:16 Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka,
karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
8:17 Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka
menerima Roh Kudus.
8:18 Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena
rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka,
8:19 serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika
aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."
8:20 Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu
bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli
karunia Allah dengan uang.
8:21 Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak
lurus di hadapan Allah.
8:22 Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan,
supaya Ia mengampuni niat hatimu ini;
8:23 sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan
terjerat dalam kejahatan."
8:24 Jawab Simon: "Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan,
supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan
itu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.