Rabu, 19 April 2017

Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 17): Dibaptis tetapi Ternyata Belum Bertobat



Kamis, 20 April 2017
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 8:14-24
Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. (Kis 8:16)


Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 17): Dibaptis tetapi Ternyata Belum Bertobat


Menyambung renungan kita pada hari sebelumnya, kita melihat bagaimana Simon si tukang sihir telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus dan dibaptis di daerah Samaria. Ketika rasul-rasul (yaitu ke-12 rasul) di Yerusalem mendengar bahwa tanah Samaria telah menerima Firman Allah, maka mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria (ay. 14). Perlu dipahami bahwa Petrus dan Yohanes dapat dianggap sebagai murid-murid Tuhan Yesus yang terkemuka, bahkan dianggap sebagai pemimpin dari para rasul.

Ketika Petrus dan Yohanes tiba di Samaria, mereka berdoa supaya orang Samaria beroleh Roh Kudus, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus dan belum menerima Roh Kudus (artinya dibaptis dengan Roh Kudus) (ay. 15-16). Perlu diketahui bahwa pada masa itu, Roh Kudus tidak bisa serta merta turun kepada orang di tempat terpencil, tetapi Roh Kudus harus “dibawa” oleh para rasul dan murid-murid yang berasal dari Yerusalem, yaitu mereka yang dibaptis dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta.

Setelah Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan di atas jemaat Samaria, maka mereka pun menerima Roh Kudus (ay. 17). Kata menerima di dalam bahasa aslinya adalah lambanó (λαμβάνω) yang berarti to receive, take (menerima, mengambil, atau mendapatkan). Dalam hal ini, perlu diperjelas bahwa Roh Kudus bukanlah “barang murahan” yang bisa diterima oleh orang lain secara sembarangan. Pada masa jemaat mula-mula, Roh Kudus adalah tanda yang nyata yang membedakan jemaat Tuhan dengan orang di luar jemaat Tuhan. Hal ini karena pada masa itu, jemaat Tuhan belum memilki gedung gereja yang megah, dan juga belum memiliki agama dalam kartu identitas mereka. Alkitab bahkan menulis bahwa jemaat mula-mula itu beribadah di serambi Salomo di Bait Allah (Kis 2:46, 5:12), . Secara tampilan luar, mereka nyaris tidak dapat dibedakan dengan pemeluk agama Yahudi. Itulah mengapa karunia Roh Kudus sangat gencar dicurahkan di masa jemaat mula-mula untuk menunjukkan karakteristik jemaat Tuhan yaitu orang percaya.

Ketika Simon melihat bagaimana orang Samaria menerima Roh Kudus sebagai akibat penumpangan tangan para rasul, Simon si tukang sihir menawarkan uang kepada para rasul, dan bermaksud untuk membeli karunia untuk dapat memberikan Roh Kudus kepada orang lain (ay. 18-19). Melihat hal ini, Petrus menghardik Simon dan berkata lebih baik uang itu binasa jika Simon menyangka bahwa ia dapat membeli karunia Allah dengan uang (ay. 20). Itu adalah suatu kejahatan di hadapan Allah karena hati Simon tidak lurus dalam hal ini (ay. 21). Simon menyangka bahwa Roh Kudus itu seperti ilmu sihir yang dapat diajarkan dan dibeli dengan uang. Roh Kudus bukanlah barang sembarangan. Roh Kudus hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berjuang untuk hidup kudus di hadapan Tuhan. Roh Kudus bukanlah barang murahan yang diberikan kepada orang-orang yang tidak menghargai kebenaran dan kekudusan Tuhan.

Petrus pun menasehati Simon supaya ia bertobat dari kejahatannya di hadapan Tuhan, supaya Tuhan mengampuni niat hati Simon yang salah ini (ay. 22). Petrus menyampaikan bahwa hatinya seperti empedu yang pahit dan telah terjerat dalam kejahatan (ay. 23). Kejahatan apakah yang dimaksud? Tentu kita tahu bahwa cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Tim 6:10). Kita melihat bagaimana Simon mengumpulkan uang dan harta dari perbuatan-perbuatan sihirnya, bahkan menyangka bahwa ia dapat membeli karunia Roh Kudus dengan uangnya. Itu adalah kesalahan besar!
Namun Petrus tahu bahwa Simon masih bisa berubah. Oleh karena itu Petrus menasehati Simon dengan serius supaya bertobat. Jadi Simon walaupun sudah dibaptis dan percaya kepada Yesus Kristus, sebenarnya belum sungguh-sungguh bertobat. Barulah ketika ia disadarkan oleh Petrus ia menjadi sadar akan kesalahannya dan meminta para rasul untuk mendoakannya supaya ia bisa diselamatkan (ay. 24). Ini menunjukkan bahwa Simon pada akhirnya menyadari bahwa ia butuh pertobatan yang sungguh-sungguh. Walaupun sudah dibaptis, namun ia ternyata terlambat bertobat. Untungnya ia tidak terlambat menyadari kesalahannya dan mau bertobat sebelum terlambat.

Biarlah kisah Simon si tukang sihir menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa yang Tuhan inginkan adalah pertobatan orang-orang, bukan hanya orang-orang yang menganggap dirinya benar. Suara pertobatan digaungkan sejak masa Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan seharusnya sepanjang masa hingga saat ini. Namun sayangnya sejumlah gereja dan pendeta lupa akan hal ini sehingga jarang menekankan pertobatan, tetapi hanya sibuk me-“maintain” jemaat supaya tidak pindah ke tempat lain sehingga gereja dan pendeta hanya menyampaikan khotbah-khotbah yang menyenangkan telinga jemaat. Ini tidak boleh terus menerus terjadi. Jangan biarkan jemaat menjalankan rutinitas liturgi (termasuk dibaptis) namun tanpa adanya pertobatan. Bagaimana nanti mereka mempertanggungjawabkan keselamatan jiwa-jiwa jemaat pada hari penghakiman nanti?


Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 8:14-24
8:14 Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
8:15 Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus.
8:16 Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
8:17 Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.
8:18 Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka,
8:19 serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."
8:20 Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang.
8:21 Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah.
8:22 Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini;
8:23 sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan."
8:24 Jawab Simon: "Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.