Selasa, 11 April 2017
Bacaan
Alkitab: Yohanes 3:22-24
Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam
di sana bersama-sama mereka dan membaptis. (Yoh 3:22-24)
Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 8): Murid-Murid Tuhan
Yesus juga Membaptis
Ternyata, sejak Yohanes Pembaptis membaptis,
maka baptisan menjadi sesuatu hal yang umum di masyarakat Yahudi pada waktu
itu. Baptisan dianggap sebagai lambang pertobatan, dan sangat mungkin ada
orang-orang lain yang juga menyuarakan pertobatan melalui baptisan. Jadi sangat
mungkin sekali pada masa itu terjadi diskusi antar para penduduk Yerusalem dan
daerah Yudea seperti ini:
“Eh kemarin aku udah dibaptis lho sama
nabi A.”
“Oh ya? Kok kamu nggak dibaptis sama
Yohanes Pembaptis?”
“Jauh sih tempatnya, aku cari pembaptis
yang dekat rumah saja.”
Terkait dengan hal tersebut, Tuhan
Yesus bersama murid-murid-Nya yang saat itu berada di tanah Yudea juga
membaptis (ay. 22). Memang dalam ayat selanjutnya dikatakan bahwa bukan Tuhan
Yesus yang membaptis tetapi murid-murid-Nya (Yoh 4:1-2). Jadi sangat mungkin
pada waktu itu orang banyak yang mengikut Tuhan Yesus dan mendengar pengajaran-Nya
menjadi bertobat. Lalu bagaimana mereka membuktikan pertobatan mereka tersebut?
Mereka pada akhirnya meminta agar Tuhan Yesus (melalui murid-murid-Nya) untuk
membaptis mereka.
Pada waktu itu masih cukup banyak orang
juga yang datang ke Yohanes Pembaptis untuk dibaptis sebagai lambang pertobatan
(ay. 23-24). Yohanes sama sekali tidak menyia-nyiakan waktunya untuk membaptis
sebanyak-banyaknya orang, karena kemudian ia pun dimasukkan ke dalam penjara (Mrk
6:17). Di sisi lain, Tuhan Yesus pun melalui
murid-murid-Nya juga membaptis. Yohanes tahu bahwa sudah saatnya bagi
dia untuk semakin kecil, tetapi bagi nama Yesus Kristus untuk semakin besar (Yoh
3:30).
Jadi, kita bisa melihat bahwa Yohanes
Pembaptis membawa baptisan dari upacara keagamaan untuk masuk ke dalam adat
istiadat Yahudi, naik ke level yang lebih tinggi lagi, yaitu sebagai lambang pertobatan.
Yohanes telah membuat baptisan menjadi hal yang umum untuk pertobatan di masa
itu, dan baptisan kemudian menjadi dasar dari iman Kristen, yang dimulai dari
baptisan yang dilakukan oleh murid-murid Tuhan Yesus.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa
sebenarnya baptisan itu dapat dilakukan oleh siapa saja, asalkan ia adalah
murid-murid Tuhan Yesus. Namun memang di Indonesia, karena agama dan negara
masih saling berkaitan, maka baptisan ini pun tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan. Baptisan biasanya dilakukan oleh pendeta yang resmi, yang memiliki
mandat dari sinode gereja. Untuk itu, gereja juga mengeluarkan akta baptisan
sebagai salah satu dokumen resmi untuk pengurusan agama di KTP dan KK. Akta
baptisan juga menjadi salah satu syarat pemberkatan nikah di gereja.
Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa
baptisan sesunggunya bukanlah suatu upacara atau liturgi yang bisa dianggap
remeh. Baptisan harus dilakukan dengan kesadaran penuh, dan bukan sekedar
ikut-ikutan saja. Setiap pendeta yang membaptis orang sebenarnya harus bertanggung
jawab atas keselamatan jiwa dari orang yang dibaptis oleh dirinya. Ia harus
mendidik orang-orang tersebut dalam kebenaran sehingga mereka menyadari
dosa-dosanya dan ingin kembali bertobat. Itulah pentingnya bimbingan sebelum
dibaptis, sama seperti pentingnya bimbingan pranikah sebelum pernikahan. Jika
kita melihat alur dari baptisan Yohanes dan murid-murid Tuhan Yesus, maka
jelaslah bahwa alurnya adalah: Pemberitaan Firman --> Kesadaran diri sebagai orang berdosa --> Sungguh-sungguh bertobat di hadapan Tuhan --> Dibaptis sebagai lambang pertobatan.
Bacaan
Alkitab: Yohanes 3:22-24
3:22 Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia
diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis.
3:23 Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di
situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis,
3:24 sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.