Selasa, 25 April 2017
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 16:29-34
Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur
mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. (Kis 16:33)
Baptisan dalam Perjanjian Baru (Bagian 22): Kepala
Penjara yang Dibaptis
Kejadian yang kita baca dalam bagian
bacaan Alkitab kita hari ini masih terjadi di kota Filipi, yaitu kota dimana
Lidia dibaptis sebagaimana yang telah dibahas dalam renungan hari sebelumnya.
Di kota Filipi ini, Paulus dan Silas ditangkap dan dipenjarakan karena
membebaskan seorang hamba perempuan dari roh tenung yang dimilikinya.
Akibatnya, tuan pemilik hamba perempuan itu marah karena kesempatan memperoleh
penghasilan dari hasil tenungan menjadi lenyap (Kis 16:19). Paulus dan Silas
pun didera dan dimasukkan ke dalam penjara tanpa adanya proses pemeriksaan
apalagi pengadilan. Hebatnya lagi, di dalam penjara Paulus dan Silas tetap
menyanyikan puji-pujian bagi Allah (Kis 16:25). Pada waktu itulah terjadi gempa
bumi yang dashyat yang menyebabkan semua pintu terbuka dan belenggu para
tahanan terlepas (namun bangunannya tidak sampai roboh).
Kepala penjara Filipi tersebut sebelumnya
sudah diperintahkan untuk menjaga Paulus dan Silas dengan sungguh-sungguh. Jika
dibahasakan dengan kalimat lain: Paulus dan Silas harus dijaga dengan nyawanya.
Jika mereka sampai kabur dari penjara, maka kepala penjara itu akan dihukum
bahkan mungkin dihukum mati. Oleh karena itu, ketika kepala penjara tersebut
melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia ingin bunuh diri, namun Paulus dan
Silas mencegahnya karena mereka masih ada di situ. Kepala penjara itu pun
membawa suluh lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan
Paulus dan Silas (ay. 29). Kepala Penjara tersebut mengantar mereka keluar
penjara dan berkata: “Apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?” (ay.
30).
Sebenarnya pertanyaan kepala penjara
itu agak aneh. Ia sebenarnya sudah “selamat” dari kematian ketika Paulus dan
Silas tidak pergi keluar penjara. Saya merenungkan bahwa secara naluri, ketika
ada gempa bumi maka umumnya manusia akan pergi keluar mencari tempat yang aman.
Namun Paulus dan Silas tidak melakukannya. Mereka memilih tetap berada di dalam
penjara walaupun baru terjadi gempa bumi. Namun apa yang dilakukan Paulus dan Silas
ini menyelamatkan hidup kepala penjara tersebut. Jadi ketika kepala penjara
tersebut bertanya apa yang harus ia lakukan supaya ia selamat, maknanya bukan
hanya selamat dari hukuman di dunia ini (karena ia sebenarnya sudah selamat
dari hukuman ketika Paulus dan Silas tidak kabur).
Paulus menjawab dengan bijak: “Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”
(ay. 31). Selanjutnya Paulus dan Silas memberitakan Firman Tuhan kepada kepala
penjara dan seisi rumahnya (pada waktu itu mungkin masih tengah malam hingga
menjelang dini hari) (ay. 32). Kata percaya dalam ayat 31 ini sering dimaknai
sebagai hanya percaya secara akali (di dalam pikiran saja). Padahal pada masa
itu, kepala penjara tersebut tahu bahwa jika ia mengaku percaya kepada Yesus
Kristus, maka mungkin saja ia juga akan ikut teraniaya. Namun demikian, karena
kepala penjara itu sudah “diselamatkan” oleh Paulus dan Silas yang tidak kabur
dari penjara, maka kepala penjara itu tahu bahwa iman yang dibawa Paulus dan
Silas adalah iman yang benar, yang terbukti dan terlihat dari tindakan mereka.
Itulah mengapa kepala penjara Filipi
dan seluruh keluarganya menjadi bertobat dan percaya. Kepala penjara itu bahkan
membasuh bilur Paulus dan Silas (yang didapat ketika mereka didera tanpa proses
pemeriksaan dan pengadilan) (ay. 33a). Dan pada dini hari atau pagi hari itu
juga kepala penjara dan seisi rumahnya bersedia untuk dibaptis (ay. 33b).
mungkin inilah proses pembaptisan pertama yang dilakukan pada dini hari. Kepala
penjara Filipi dan keluarganya tahu bahwa apa yang disampaikan oleh Paulus dan
Silas adalah kebenaran. Oleh karena itu mereka sangat berbahagia ketika mereka
menjadi percaya kepada Allah, dan juga menghidangkan makanan bagi Paulus dan
Silas (ay. 34). Mereka berbahagia karena mereka tahu pasti bahwa keselamatan
yang sejati hanya ada di dalam nama Yesus Kristus, sepanjang mereka mau
berjuang untuk belajar hidup seperti-Nya.
Baptisan yang dilakukan oleh Paulus dan
Silas terhadap kepala penjara Filipi dan keluarganya terlihat sebagai baptisan
biasa saja. Tetapi di balik itu semua, ada suatu mutiara kebenaran yang dapat
kita petik, yaitu pentingnya peranan kesaksian hidup kita bagi pertobatan orang
lain di sekitar kita. Kita tidak bisa menyuarakan pertobatan dan meminta orang
lain untuk dibaptis, namun diri kita sendiri tidak memancarkan kehidupan
Kristus yang mulia. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk dibaptis ketika
mereka tidak melihat hidup kita yang dapat mereka contoh. Inilah peranan kita
untuk dapat membawa orang-orang kepada Kristus. Jadikan hidup kita sebagai
suatu batu penjuru supaya orang-orang dapat mengenal Kristus, dan jangan sampai
hidup kita menjadi suatu batu sandungan yang membuat orang lain menolak Kristus.
Bacaan
Alkitab: Kisah Para Rasul 16:29-34
16:29 Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan
dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.
16:30 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang
harus aku perbuat, supaya aku selamat?"
16:31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau
akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
16:32 Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua
orang yang ada di rumahnya.
16:33 Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh
bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.
16:34 Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada
mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi
percaya kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.