Minggu, 19
Februari 2012
Bacaan
Alkitab: 2 Timotius 1:1-5
“Kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih
karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan
kita, menyertai engkau.” (2 Tim 1:2)
Anak yang Dikasihi
Belakangan, saya
sering melihat fenomena yang agak aneh tapi juga mengherankan di jalan-jalan
Jakarta. Seperti biasa, saya pergi ke kantor sekitar jam 6 pagi, di mana pada
jam-jam tersebut anak-anak yang masih sekolah juga harus berangkat ke sekolah
karena mereka masuk sekolah jam 7 pagi. Di sepanjang jalan, saya melihat banyak
anak-anak usia sekolah (umumnya SD sampai SMP) yang menggunakan jasa ojek.
Mungkin saja orang tuanya sibuk sehingga mereka tidak sempat mengantarkan
anak-anak mereka ke sekolah. Tapi apa yang membuat saya tidak habis pikir
adalah cukup banyak anak-anak ini yang naik ojek hingga dua anak bahkan tiga
anak sekaligus dalam satu sepeda motor. Kebanyakan mereka pun tidak mengenakan
helm apalagi jaket. Saya berpikir, apakah orang tua mereka tidak tahu kalau hal
tersebut sangat berbahaya? Apakah orang tua dari anak-anak tersebut hanya
berpikir bahwa yang penting murah dan cepat sampai sekolah, tanpa memikirkan
keselamatan anak-anaknya?
Jujur saya
bingung, karena saya melihat bahwa anak-anak tersebut pun sekolah di tempat
yang bagus, dan saya yakin orang tua mereka pasti punya cukup uang minimal untuk
membeli helm dan jaket. Mengapakah mereka mempertaruhkan nyawa anaknya ke
tangan tukang ojek yang maaf kata, motornya saja sudah motor lama, lampu tidak
nyala, dan tanpa menggunakan spion. Saya yakin jika ojek tersebut jatuh, maka
tukang ojeknya pasti akan selamat (karena pakai helm), tetapi anak-anak yang
dibonceng minimal pasti terluka parah karena mereka tidak memiliki helm. Di
mana rasa sayang orang tua tersebut kepada anak-anaknya?
Paulus sendiri
yang tidak memiliki anak secara jasmani, ternyata memiliki anak rohani yang
sangat disayanginya. Paulus memang baru saja bertemu Timotius ketika ia
menginjil ke kota Derbe dan Listra, dan disanalah Paulus mengangkat Timotius
menjadi anak rohaninya (Kis 16:1). Sejak itu, hubungan Paulus dan Timotius semakin
erat, bahkan Timotius pun ikut mendampingi Paulus mengabarkan Injil kepada
bangsa-bangsa lain. Begitu sayangnya Paulus kepada Timotius, hingga Paulus pun
menulis dua surat khusus kepada Timotius, dan surat 2 Timotius ini dipercaya
para ahli Alkitab sebagai surat terakhir yang ditulis Paulus sebelum
kematiannya. Begitu besarnya rasa sayang Paulus kepada anak rohaninya itu
sehingga Paulus menyebut Timotius sebagai anaknya yang kekasih (ay. 2).
Paulus selalu mengucap syukur ketika mendengar
kabar Timotius (ay. 3a), bukan hanya kabar bahwa Timotius baik-baik saja,
tetapi juga karena mendengar bahwa Timotius tetap setia mengiring Tuhan, bahkan
setia melayani Tuhan. Paulus pun selalu mengingat Timotius dalam doa-doa
permohonannya, baik siang maupun malam. Apa yang menjadi kunci mengapa Timotius
sangat disayang oleh Paulus? Salah satunya karena Timotius pun memang selalu
melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya. Walaupun masih muda, tapi Timotius
memiliki beban pelayanan yang luar biasa berat. Paulus tahu bahwa Timotius pun
sering mencurahkan air mata, entah karena Timotius sangat sungguh-sungguh
berdoa bagi jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan, ataukah air mata karena
Timotius mengalami penderitaan dan penganiayaan karena mengabarkan Injil (ay.
4). Itulah sebabnya Paulus sangat ingin Timotius ada di sisinya, terlebih
ketika Paulus menulis surat 2 Timotius ini,
Paulus tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat.
Paulus tahu
bahwa Timotius bisa menjadi seperti ini karena hasil didikan keluarganya.
Alkitab menyebutkan dua nama yang berpengaruh dalam pembentukan karakter
Timotius, yaitu Lois yang adalah nenek Timotius, dan Eunike yang adalah ibu
dari Timotius (ay. 5). Demikian juga dengan kita, kita dapat menjadi kita yang
saat ini tentu saja karena didikan kedua orang tua kita. Mereka yang mendidik
kita dengan iman, sehingga hingga saat ini kita masih teguh mengiring Tuhan.
Ada dua hal yang
dapat kita pelajari dari bacaan kita hari ini. Pertama, kita harus bersyukur
karena Tuhan telah memberikan orang tua dan keluarga yang baik, yang mendidik
kita dengan baik, dan terlebih mengajarkan iman percaya kepada Tuhan sejak
kecil. Saya percaya bahwa tidak ada dari kita yang mengalami apa yang saya
tuliskan di dua paragraf awal di atas. Saya percaya bahwa kita tentu memiliki
orang tua-orang tua yang sangat menyayangi dan mengasihi kita. Sudahkah kita
membalas jasa mereka? Yang kedua, tentunya berkaitan ketika kita telah menjadi
orang tua. Sudah kewajiban kita untuk mengasihi anak kita dan mendidik anak
kita di jalan Tuhan. Kalaupun mungkin ada di antara kita yang dulu merasakan
didikan orang tua yang “agak salah”, tetapi saya percaya bahwa Tuhan ijinkan
itu semua agar kita dapat belajar dari “kesalahan” orang tua kita, sehingga
kita dapat mendidik anak kita nantinya dengan lebih baik lagi. Tidak ada sukacita
yang lebih indah daripada melihat anak-anak yang kita kasihi hidup dalam kebenaran
(3 Yoh 1:4).
Bacaan
Alkitab: 2 Timotius 1:1-5
1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan
janji tentang hidup dalam Kristus Yesus,
1:2 kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai
sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
1:3 Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang
murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau
dalam permohonanku, baik siang maupun malam.
1:4 Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin
melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.
1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang
pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku
yakin hidup juga di dalam dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.