Rabu, 15 Februari 2012

Anak yang Dikasihi


Minggu, 19 Februari 2012
Bacaan Alkitab: 2 Timotius 1:1-5
“Kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.” (2 Tim 1:2)


Anak yang Dikasihi


Belakangan, saya sering melihat fenomena yang agak aneh tapi juga mengherankan di jalan-jalan Jakarta. Seperti biasa, saya pergi ke kantor sekitar jam 6 pagi, di mana pada jam-jam tersebut anak-anak yang masih sekolah juga harus berangkat ke sekolah karena mereka masuk sekolah jam 7 pagi. Di sepanjang jalan, saya melihat banyak anak-anak usia sekolah (umumnya SD sampai SMP) yang menggunakan jasa ojek. Mungkin saja orang tuanya sibuk sehingga mereka tidak sempat mengantarkan anak-anak mereka ke sekolah. Tapi apa yang membuat saya tidak habis pikir adalah cukup banyak anak-anak ini yang naik ojek hingga dua anak bahkan tiga anak sekaligus dalam satu sepeda motor. Kebanyakan mereka pun tidak mengenakan helm apalagi jaket. Saya berpikir, apakah orang tua mereka tidak tahu kalau hal tersebut sangat berbahaya? Apakah orang tua dari anak-anak tersebut hanya berpikir bahwa yang penting murah dan cepat sampai sekolah, tanpa memikirkan keselamatan anak-anaknya?

Jujur saya bingung, karena saya melihat bahwa anak-anak tersebut pun sekolah di tempat yang bagus, dan saya yakin orang tua mereka pasti punya cukup uang minimal untuk membeli helm dan jaket. Mengapakah mereka mempertaruhkan nyawa anaknya ke tangan tukang ojek yang maaf kata, motornya saja sudah motor lama, lampu tidak nyala, dan tanpa menggunakan spion. Saya yakin jika ojek tersebut jatuh, maka tukang ojeknya pasti akan selamat (karena pakai helm), tetapi anak-anak yang dibonceng minimal pasti terluka parah karena mereka tidak memiliki helm. Di mana rasa sayang orang tua tersebut kepada anak-anaknya?

Paulus sendiri yang tidak memiliki anak secara jasmani, ternyata memiliki anak rohani yang sangat disayanginya. Paulus memang baru saja bertemu Timotius ketika ia menginjil ke kota Derbe dan Listra, dan disanalah Paulus mengangkat Timotius menjadi anak rohaninya (Kis 16:1). Sejak itu, hubungan Paulus dan Timotius semakin erat, bahkan Timotius pun ikut mendampingi Paulus mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Begitu sayangnya Paulus kepada Timotius, hingga Paulus pun menulis dua surat khusus kepada Timotius, dan surat 2 Timotius ini dipercaya para ahli Alkitab sebagai surat terakhir yang ditulis Paulus sebelum kematiannya. Begitu besarnya rasa sayang Paulus kepada anak rohaninya itu sehingga Paulus menyebut Timotius sebagai anaknya yang kekasih (ay. 2).

Paulus selalu mengucap syukur ketika mendengar kabar Timotius (ay. 3a), bukan hanya kabar bahwa Timotius baik-baik saja, tetapi juga karena mendengar bahwa Timotius tetap setia mengiring Tuhan, bahkan setia melayani Tuhan. Paulus pun selalu mengingat Timotius dalam doa-doa permohonannya, baik siang maupun malam. Apa yang menjadi kunci mengapa Timotius sangat disayang oleh Paulus? Salah satunya karena Timotius pun memang selalu melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya. Walaupun masih muda, tapi Timotius memiliki beban pelayanan yang luar biasa berat. Paulus tahu bahwa Timotius pun sering mencurahkan air mata, entah karena Timotius sangat sungguh-sungguh berdoa bagi jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan, ataukah air mata karena Timotius mengalami penderitaan dan penganiayaan karena mengabarkan Injil (ay. 4). Itulah sebabnya Paulus sangat ingin Timotius ada di sisinya, terlebih ketika Paulus menulis surat 2 Timotius ini,  Paulus tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat.

Paulus tahu bahwa Timotius bisa menjadi seperti ini karena hasil didikan keluarganya. Alkitab menyebutkan dua nama yang berpengaruh dalam pembentukan karakter Timotius, yaitu Lois yang adalah nenek Timotius, dan Eunike yang adalah ibu dari Timotius (ay. 5). Demikian juga dengan kita, kita dapat menjadi kita yang saat ini tentu saja karena didikan kedua orang tua kita. Mereka yang mendidik kita dengan iman, sehingga hingga saat ini kita masih teguh mengiring Tuhan.

Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari bacaan kita hari ini. Pertama, kita harus bersyukur karena Tuhan telah memberikan orang tua dan keluarga yang baik, yang mendidik kita dengan baik, dan terlebih mengajarkan iman percaya kepada Tuhan sejak kecil. Saya percaya bahwa tidak ada dari kita yang mengalami apa yang saya tuliskan di dua paragraf awal di atas. Saya percaya bahwa kita tentu memiliki orang tua-orang tua yang sangat menyayangi dan mengasihi kita. Sudahkah kita membalas jasa mereka? Yang kedua, tentunya berkaitan ketika kita telah menjadi orang tua. Sudah kewajiban kita untuk mengasihi anak kita dan mendidik anak kita di jalan Tuhan. Kalaupun mungkin ada di antara kita yang dulu merasakan didikan orang tua yang “agak salah”, tetapi saya percaya bahwa Tuhan ijinkan itu semua agar kita dapat belajar dari “kesalahan” orang tua kita, sehingga kita dapat mendidik anak kita nantinya dengan lebih baik lagi. Tidak ada sukacita yang lebih indah daripada melihat anak-anak yang kita kasihi hidup dalam kebenaran (3 Yoh 1:4).


Bacaan Alkitab: 2 Timotius 1:1-5
1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus,
1:2 kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
1:3 Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.
1:4 Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.
1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.