Kamis, 16
Februari 2012
Bacaan
Alkitab: Mikha 6:6-8
“Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan,
kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena
pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?” (Mi 6:7)
Persembahan yang Benar
Suatu saat saya pernah berbincang-bincang dengan salah seorang teman saya
di kantor saya yang lama. Ia seorang wanita, berusia kepala tiga, dan sampai
dengan saat ini belum menikah. Di kantornya, ia memiliki posisi yang sudah
lumayan tinggi. Namun karena ia bukan orang Kristen, maka saya juga tidak
terlalu berani mengutip ayat-ayat dalam Alkitabnya. Saat itu dia sedang
bercerita bahwa ia merasa kok hidupnya sepertinya susah dan banyak sekali masalah,
belum lagi dengan usianya yang sudah kepala tiga tapi belum ada pria yang
mendekatinya. Lalu, atas saran beberapa temannya, ia mulai bersedekah (istilah
dalam agamanya) dengan cara membuat bakti sosial ke panti asuhan dan panti
jompo, lalu ketika ada hari raya, ia pun menyumbang hewan kurban atas namanya
sendiri. Dan katanya, sejak ia mulai bersedekah, sepertinya hidupnya pun mulai
lancar walaupun belakangan ia juga berkata masih banyak masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupannya
Saya tidak menghakimi teman saya itu, tetapi saya merasa masih banyak dari
kita yang memandang bahwa ketika kita memberi sesuatu kepada Tuhan, entah itu
persembahan dalam bentuk uang maupun hal lainnya, itu akan membuat Tuhan senang
dan memberkati kita. Lalu saya coba membandingkan kondisinya ketika kita sedang
mengurus surat-surat di instansi pemerintah. Jika kita mau memberi sedikit “uang
rokok” (yang sebenarnya itu di luar tarif resmi), maka surat atau dokumen kita
akan lebih cepat keluar. Tetapi jika kita tidak memberi sesuatu kepada oknum
yang mengurusnya, maka surat-surat kita pasti akan lama diurus. Pernahkah kita
berpikir apakah kita pernah memperlakukan Tuhan sama seperti itu?
Firman Tuhan hari ini berkata tentang seseorang yang akan pergi menghadap
Tuhan dan menyembah Allah yang maha tinggi (ay. 6). Tentunya semua orang yang
beragama mengharapkan Tuhan yang ia sembah memberikan berkatNya kepada mereka.
Namun orang ini berpikir, dengan apa ia akan pergi menghadap Tuhan? Apakah
cukup dengan membawa korban bakaran berupa lembu atau domba? Ia berpikir,
apakah Tuhan akan lebih berkenan kepadanya dan akan lebih mengabulkan doanya
jika ia mempersembahkan ribuan domba jantan dan puluhan ribu curahan minyak
(ay. 7a)? Lebih ekstrim lagi, jika Tuhan memang adalah Tuhan yang berkenan
kepada korban-korban, pasti Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya jika ia
mempersembahkan korban yang bernilai “tinggi”, antara lain dengan mengorbankan
anaknya sendiri (ay. 7b).
Hal ini merupakan pandangan yang salah yang dianut oleh kebanyakan bangsa
Israel pada saat itu. Mereka tahu bahwa Tuhan Allah mereka adalah Allah yang
luar biasa dashyat dan perkasa, namun mereka mencampurkan ajaran Taurat yang
diajarkan Musa dengan penyembahan dewa-dewa di Kanaan. Salah satu dewa yang
umum disembah oleh bangsa Israel adalah dewa Molokh, dimana salah satu
ajarannya adalah membuat bukit-bukit pengorbanan, dan mempersembahkan anak-anak
mereka kepada dewa Molokh tersebut. Mereka berpendapat bahwa semakin besar “kualitas
atau harga” korban yang dipersembahkan, maka semakin banyak juga berkat yang
akan diterima. Padahal Tuhan sendiri berkata bahwa Tuhan tidak pernah memerintahkan
hal tersebut (Yer 32:35).
Lalu bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Tuhan? Apakah berarti kita
tidak perlu mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan? Apakah kita tidak perlu
memberi kolekte, perpuluhan, dan persembahan-persembahan lainnya ke gereja?
Bukan seperti itu, di satu sisi kita pun wajib memberi apa yang seharusnya kita
beri kepada Tuhan. Perpuluhan misalnya, seberapa banyak penghasilan yang kita
terima, kita wajib mempersembahkan 10% dari penghasilan kita kepada Tuhan.
Itulah jatah dan hak para hamba-hamba Tuhan yang melayani pekerjaan Tuhan.
Demikian juga dengan kolekte dan persembahan lainnya. Tetapi apa yang
dimaksudkan dalam bacaan ini adalah ketika kita memberi persembahan, kita harus
memiliki motivasi yang benar di hadapan Tuhan. Kita tidak memberi persembahan
agar kemudian doa kita didengar dan dijawab Tuhan, atau supaya Tuhan nanti
memberkati kita lebih banyak lagi, bukan itu alasan yang tepat menurut saya,
tetapi kita seharusnya memberi persembahan karena kita merasa bahwa Tuhan sudah
banyak memberi kepada kita, sehingga kita pun memberi persembahan sebagai
ucapan syukur kita atas segala berkat yang telah kita terima.
Jika kita hanya memberi persembahan dengan tujuan agar untuk menghapus dosa
kita, lalu keesokan harinya kita berbuat dosa lagi, itu adalah pandangan yang
picik. Persembahan harus dipandang sebagai ketaatan kita dan ketundukan kita
terhadap Tuhan yang kita sembah. Tentunya jika kita mau memberi persembahan
sesuai dengan apa yang ditulis dalam Alkitab, kita pun juga harus melakukan
perintah Tuhan lainnya di dalam Alkitab. Persembahan yang kita berikan tidak
menghapus kewajiban kita untuk melakukan perintah-perintah Tuhan lainnya kepada
kita. Dalam ayat 8 bacaan Alkitab kita hari ini dikatakan bahwa Tuhan pun juga
menuntut kita untuk berlaku adil, setia, dan rendah hati di hadapan Tuhan. Jadi,
persembahan yang paling baik adalah ketika kita mempersembahkan diri kita dan
kehidupan kita untuk Tuhan, yang artinya adalah kita mau melakukan apa yang
Tuhan mau dalam kehidupan kita, kita mau tunduk terhadap kehendak Tuhan, itu
adalah persembahan yang sejati (Rm 12:1).
Bacaan
Alkitab: Mikha 6:6-8
6:6 "Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah
kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan
korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
6:7 Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu
curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan
buah kandunganku karena dosaku sendiri?"
6:8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan
apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai
kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.