Rabu, 22 Februari 2012

Menjadi Teladan


Kamis, 23 Februari 2012
Bacaan Alkitab: Titus 2:7-8
Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.” (Tit 2:7)


Menjadi Teladan


Setiap orang tentunya memiliki sosok yang dikagumi dan diidolakan. Bahkan sosok tersebut sering kali menjadi acuan bagi kita untuk menjadi panutan dan teladan dalam kehidupan kita. Mungkin saja sosok tersebut adalah orang tua kita, pendeta kita, atau orang-orang terdekat kita. Terkait tentang renungan yang saya tulis ini, saya memiliki teladan dalam sosok seorang hamba Tuhan di salah satu gereja besar di Jakarta. Beliau adalah wakil gembala sidang di gereja tersebut, karena gembala sidangnya adalah seorang pemimpin sinode gereja besar se-Indonesia. Salah satu ciri khas gereja tersebut adalah bahwa khotbah di setiap jam ibadah hari minggu selalu diisi oleh gembala sidangnya, dan andaikata gembala sidang tersebut berhalangan, maka biasanya diisi oleh hamba-hamba Tuhan dari luar gereja. Intinya, selama saya beribadah di gereja tersebut, saya belum pernah melihat wakil gembala sidang tersebut menyampaikan khotbah pada ibadah hari minggu, walau saya yakin pasti beliau sudah pernah menyampaikan khotbah pada ibadah-ibadah pemuda, tengah minggu, atau ibadah-ibadah lainnya.

Apa yang saya lihat adalah bagaimana wakil gembala sidang tersebut memiliki sikap yang sangat rendah hati. Pakaian yang dikenakan tidak pernah terlihat mewah, ia hidup sederhana, dan walau ia sangat jarang berkhotbah di hari minggu, tetapi ia selalu menulis renungan harian yang dimuat dalam tabloid gereja yang dibagikan kepada jemaat setiap minggunya. Awalnya saya melihat bahwa tulisan-tulisannya cukup sederhana, tetapi ketika saya memutuskan untuk menulis renungan harian juga di blog saya, saya baru menyadari betapa beratnya menulis renungan untuk setiap hari. Tidak mudah menemukan ilham dalam menulis renungan setiap hari, tetapi beliau mampu menulis tanpa putus satu hari pun sepanjang saya beribadah di gereja tersebut. Luar biasa bukan, bahkan jika kita perhatikan, suatu renungan harian, baik itu renungan dalam negeri maupun luar negeri pasti ditulis oleh beberapa orang, dan hal itu memotivasi saya untuk mengikuti teladan beliau dalam menulis renungan. Jika wakil gembala sidang tersebut, yang sudah cukup tua dan berumur saja masih dapat menulis renungan setiap hari, mengapa saya tidak bisa? Itu memotivasi saya untuk mengikuti teladan beliau, selain juga karena saya melihat sikap rendah hati dan sederhana yang beliau tunjukkan dalam pelayanan dan kehidupan beliau.

Apa yang disampaikan Paulus dalam suratnya kepada Titus, juga menunjukkan bagaimana menjadi teladan adalah sikap yang penting dalam kehidupan orang percaya. Paulus ingin Titus menjadi teladan bagi orang lain, bukan dalam hal berbuat salah atau berbuat dosa, melainkan menjadi teladan dalam berbuat baik (ay. 7a). Apa saja perbuatan-perbuatan baik yang Paulus harapkan kepada Titus?

Pertama, Paulus ingin agar Titus jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaran (ay. 7b). Pengajaran di sini menunjukkan pelayanan Titus ke dalam jemaat Tuhan. Titus sebagai salah seorang hamba Tuhan tentunya harus memberikan pengajaran yang baik kepada jemaat yang dilayaninya. Oleh karena itu Paulus ingin agar Titus menjadi teladan melalui pengajaran yang disampaikan. Pengajaran yang jujur, artinya adalah apa yang diajarkan oleh Titus pun harus juga dilakukan oleh Titus sendiri. Tidak mungkin seorang hamba Tuhan menyampaikan Firman “Jangan berbohong” sementara ia sendiri masih suka berbohong. Selain itu Titus juga diharapkan untuk menyampaikan pengajaran yang sungguh-sungguh. Dalam hal ini, sungguh-sungguh berarti serius dan tegas. Apa yang diajarkan kepada jemaat haruslah sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Jika memang masih ada dosa dalam jemaat, seorang hamba Tuhan yang baik harus berani menegur, dan bukannya membiarkan. Jemaat harus dibawa naik ke level pemahaman bahwa sudah saatnya mereka mengiring Tuhan dengan sungguh-sungguh dan tidak bermain-main lagi.

Kedua, Paulus juga ingin agar Titus sehat dan tidak bercela dalam pemberitaannya (ay. 8a). Pemberitaan di sini menunjukkan pelayanan Titus ke luar jemaat, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal kasih Kristus. Pemberitaan yang dilakukan haruslah pemberitaan yang sehat, yaitu yang berdasarkan kepada kebenaran Firman Tuhan dan ajaran-ajaran yang benar. Fokus pemberitaan Injil harulah terletak pada Injil itu sendiri, kepada kasih Allah dan pengorbanan Kristus, dan bukan berfokus kepada sang pemberita Injil atau pada hal-hal lainnya. Selain itu, Paulus mengharapkan agar dalam memberitakan Injil, Titus tidak bercela dalam pemberitaan tersebut. Tidak bercela ini dapat berarti bahwa apa yang diberitakan oleh Titus memang benar-benar kebenaran dan tidak ada satu kata pun yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.

Dengan demikian, diharapkan Titus akan menjadi teladan, bukan hanya ke dalam yaitu kepada jemaat yang dilayani, tetapi juga keluar, yaitu kepada orang-orang luar yang belum mengenal Kristus. Seringkali gereja dan orang-orang percaya hanya berfokus pada menjadi teladan bagi jemaat, tetapi lupa bahwa di kehidupan di luar gereja, orang percaya pun perlu menjadi teladan dalam kehidupannya. Bagaimana mungkin orang yang belum mengenal Kristus mau percaya kepada Kristus ketika mereka melihat bahwa orang-orang yang mengaku orang Kristen justru hidupnya tidak benar? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Kristus ketika orang-orang Kristen justru menjadi preman, menjadi koruptor, menjadi bandar narkoba, dan perbuatan-perbuatan jahat lainnya? Tentunya hal ini akan menjadi celah bagi “lawan-lawan” kita yang akan mengatakan bahwa orang Kristen pun justru lebih buruk keadaanya daripada orang non Kristen (ay. 8b)

Memang sulit untuk menjadi teladan dan berdampak secara besar. Tetapi saya rindu masing-masing dari kita, mulai dari apa yang Tuhan percayakan, belajar menjadi teladan baik di dalam dan luar jemaat. Di dalam jemaat, belajar dari hal-hal kecil yang Tuhan percayakan bagi kita. Jika kita telah melayani, mari kita melayani dengan benar, datang tepat waktu dan mempersiapkan diri. Demikian juga dalam kehidupan kita di luar jemaat. Mungkin di keluarga kita masih ada anggota keluarga kita yang belum percaya, atau mungkin di sekolah, di kantor, di lingkungan tetangga kita juga ada orang-orang yang belum percaya, mari kita menjadi teladan dalam perkataan dan tingkah laku kita, sehingga orang lain yang melihat kita juga melihat kasih Allah dalam diri kita. Lakukan mulai dari hal yang sederhana, dan jadilah teladan dalam berbuat baik.


Bacaan Alkitab: Titus 2:7-8
2:7 dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,
2:8 sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.