Kamis, 23
Februari 2012
Bacaan
Alkitab: Titus 2:7-8
“Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam
berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.” (Tit 2:7)
Menjadi Teladan
Setiap orang tentunya memiliki sosok yang dikagumi dan diidolakan. Bahkan
sosok tersebut sering kali menjadi acuan bagi kita untuk menjadi panutan dan
teladan dalam kehidupan kita. Mungkin saja sosok tersebut adalah orang tua
kita, pendeta kita, atau orang-orang terdekat kita. Terkait tentang renungan
yang saya tulis ini, saya memiliki teladan dalam sosok seorang hamba Tuhan di
salah satu gereja besar di Jakarta. Beliau adalah wakil gembala sidang di
gereja tersebut, karena gembala sidangnya adalah seorang pemimpin sinode gereja
besar se-Indonesia. Salah satu ciri khas gereja tersebut adalah bahwa khotbah
di setiap jam ibadah hari minggu selalu diisi oleh gembala sidangnya, dan
andaikata gembala sidang tersebut berhalangan, maka biasanya diisi oleh
hamba-hamba Tuhan dari luar gereja. Intinya, selama saya beribadah di gereja
tersebut, saya belum pernah melihat wakil gembala sidang tersebut menyampaikan
khotbah pada ibadah hari minggu, walau saya yakin pasti beliau sudah pernah
menyampaikan khotbah pada ibadah-ibadah pemuda, tengah minggu, atau ibadah-ibadah
lainnya.
Apa yang saya lihat adalah bagaimana wakil gembala sidang tersebut memiliki
sikap yang sangat rendah hati. Pakaian yang dikenakan tidak pernah terlihat
mewah, ia hidup sederhana, dan walau ia sangat jarang berkhotbah di hari
minggu, tetapi ia selalu menulis renungan harian yang dimuat dalam tabloid
gereja yang dibagikan kepada jemaat setiap minggunya. Awalnya saya melihat
bahwa tulisan-tulisannya cukup sederhana, tetapi ketika saya memutuskan untuk
menulis renungan harian juga di blog saya, saya baru menyadari betapa beratnya
menulis renungan untuk setiap hari. Tidak mudah menemukan ilham dalam menulis
renungan setiap hari, tetapi beliau mampu menulis tanpa putus satu hari pun
sepanjang saya beribadah di gereja tersebut. Luar biasa bukan, bahkan jika kita
perhatikan, suatu renungan harian, baik itu renungan dalam negeri maupun luar
negeri pasti ditulis oleh beberapa orang, dan hal itu memotivasi saya untuk
mengikuti teladan beliau dalam menulis renungan. Jika wakil gembala sidang
tersebut, yang sudah cukup tua dan berumur saja masih dapat menulis renungan
setiap hari, mengapa saya tidak bisa? Itu memotivasi saya untuk mengikuti
teladan beliau, selain juga karena saya melihat sikap rendah hati dan sederhana
yang beliau tunjukkan dalam pelayanan dan kehidupan beliau.
Apa yang disampaikan Paulus dalam suratnya kepada Titus, juga menunjukkan
bagaimana menjadi teladan adalah sikap yang penting dalam kehidupan orang
percaya. Paulus ingin Titus menjadi teladan bagi orang lain, bukan dalam hal
berbuat salah atau berbuat dosa, melainkan menjadi teladan dalam berbuat baik
(ay. 7a). Apa saja perbuatan-perbuatan baik yang Paulus harapkan kepada Titus?
Pertama, Paulus ingin agar Titus jujur dan bersungguh-sungguh dalam
pengajaran (ay. 7b). Pengajaran di sini menunjukkan pelayanan Titus ke dalam
jemaat Tuhan. Titus sebagai salah seorang hamba Tuhan tentunya harus memberikan
pengajaran yang baik kepada jemaat yang dilayaninya. Oleh karena itu Paulus
ingin agar Titus menjadi teladan melalui pengajaran yang disampaikan.
Pengajaran yang jujur, artinya adalah apa yang diajarkan oleh Titus pun harus
juga dilakukan oleh Titus sendiri. Tidak mungkin seorang hamba Tuhan
menyampaikan Firman “Jangan berbohong” sementara ia sendiri masih suka
berbohong. Selain itu Titus juga diharapkan untuk menyampaikan pengajaran yang
sungguh-sungguh. Dalam hal ini, sungguh-sungguh berarti serius dan tegas. Apa
yang diajarkan kepada jemaat haruslah sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Jika memang masih ada dosa dalam jemaat, seorang hamba Tuhan yang baik harus
berani menegur, dan bukannya membiarkan. Jemaat harus dibawa naik ke level
pemahaman bahwa sudah saatnya mereka mengiring Tuhan dengan sungguh-sungguh dan
tidak bermain-main lagi.
Kedua, Paulus juga ingin agar Titus sehat dan tidak bercela dalam
pemberitaannya (ay. 8a). Pemberitaan di sini menunjukkan pelayanan Titus ke
luar jemaat, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal
kasih Kristus. Pemberitaan yang dilakukan haruslah pemberitaan yang sehat,
yaitu yang berdasarkan kepada kebenaran Firman Tuhan dan ajaran-ajaran yang
benar. Fokus pemberitaan Injil harulah terletak pada Injil itu sendiri, kepada
kasih Allah dan pengorbanan Kristus, dan bukan berfokus kepada sang pemberita
Injil atau pada hal-hal lainnya. Selain itu, Paulus mengharapkan agar dalam
memberitakan Injil, Titus tidak bercela dalam pemberitaan tersebut. Tidak
bercela ini dapat berarti bahwa apa yang diberitakan oleh Titus memang
benar-benar kebenaran dan tidak ada satu kata pun yang tidak sesuai dengan
Firman Tuhan.
Dengan demikian, diharapkan Titus akan menjadi teladan, bukan hanya ke
dalam yaitu kepada jemaat yang dilayani, tetapi juga keluar, yaitu kepada
orang-orang luar yang belum mengenal Kristus. Seringkali gereja dan orang-orang
percaya hanya berfokus pada menjadi teladan bagi jemaat, tetapi lupa bahwa di
kehidupan di luar gereja, orang percaya pun perlu menjadi teladan dalam
kehidupannya. Bagaimana mungkin orang yang belum mengenal Kristus mau percaya
kepada Kristus ketika mereka melihat bahwa orang-orang yang mengaku orang
Kristen justru hidupnya tidak benar? Bagaimana mereka dapat percaya kepada
Kristus ketika orang-orang Kristen justru menjadi preman, menjadi koruptor,
menjadi bandar narkoba, dan perbuatan-perbuatan jahat lainnya? Tentunya hal ini
akan menjadi celah bagi “lawan-lawan” kita yang akan mengatakan bahwa orang
Kristen pun justru lebih buruk keadaanya daripada orang non Kristen (ay. 8b)
Memang sulit untuk menjadi teladan dan berdampak secara besar. Tetapi saya
rindu masing-masing dari kita, mulai dari apa yang Tuhan percayakan, belajar
menjadi teladan baik di dalam dan luar jemaat. Di dalam jemaat, belajar dari
hal-hal kecil yang Tuhan percayakan bagi kita. Jika kita telah melayani, mari
kita melayani dengan benar, datang tepat waktu dan mempersiapkan diri. Demikian
juga dalam kehidupan kita di luar jemaat. Mungkin di keluarga kita masih ada
anggota keluarga kita yang belum percaya, atau mungkin di sekolah, di kantor,
di lingkungan tetangga kita juga ada orang-orang yang belum percaya, mari kita
menjadi teladan dalam perkataan dan tingkah laku kita, sehingga orang lain yang
melihat kita juga melihat kasih Allah dalam diri kita. Lakukan mulai dari hal
yang sederhana, dan jadilah teladan dalam berbuat baik.
Bacaan
Alkitab: Titus 2:7-8
2:7 dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.
Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,
2:8 sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi
malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.