Rabu, 22
Februari 2012
Bacaan
Alkitab: Matius 7:28-29
“sebab Ia
mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat
mereka.” (Mat 7:29)
Firman
yang Berkuasa
Salah seorang
hamba Tuhan yang cukup terkenal pernah berkata sepert ini, “Gereja seharusnya
menjadi tempat bagi orang-orang yang mengalami permasalahan untuk mendapatkan
jawaban. Ketika orang-orang yang memiliki banyak beban dan masalah datang ke gereja,
seharusnya mereka pulang dengan jawaban dari Tuhan. Itulah sebabnya seluruh liturgi
ibadah, terutama Firman Tuhan yang disampaikan, haruslah mampu menjawab
kebutuhan dari setiap orang yang datang ke gereja”. Saat pertama kali saya
mendengarnya, wow, apa mungkin ya? Bagaimana mungkin seorang hamba Tuhan harus
menyampaikan Firman yang mampu memberikan jawaban atas setiap masalah yang
dialami setiap orang yang datang ke gereja? Kalau jemaatnya hanya 10 orang sih
mungkin masih bisa. Lha, kalau jemaatnya saja sudah ratusan atau ribuan orang,
bagaimana?
Saya tidak
menyatakan bahwa pendapat hamba Tuhan itu benar atau salah, tetapi saya mau
kita semua melihat bagaimana Tuhan Yesus mengajar dan menyampaikan Firman
Tuhan. Pada zaman dimana Tuhan Yesus hidup, para imam, ahli Taurat, dan
orang-orang Farisi memegang peranan penting dalam pengajaran Hukum Taurat
kepada bangsa Yahudi. Pada umumnya para imam dan ahli-ahli Taurat mengajar di
rumah ibadah Yahudi. Apa yang terjadi dengan pengajaran Hukum Taurat pada saat
itu? Alkitab tidak mengatakan apa yang salah dengan pengajaran ahli-ahli Taurat,
melainkan Alkitab membandingkan bagaimana reaksi orang banyak ketika Yesus
mengajar. Orang-orang takjub ketika mendengar Yesus mengajar (ay. 28). Bahkan
bagian Alkitab lainnya mengatakan bahwa para alim ulama pun takjub mendengarkan
Yesus ketika mereka bertanya jawab denganNya di Bait Allah, padahal usia Yesus
pada saat itu baru 12 tahun (Luk 2:42, 46-47).
Apa yang membuat
perkataan Yesus menjadi luar biasa? Memang Yesus adalah Tuhan sehingga Yesus
tentu mengerti seluruh Firman Tuhan. Tetapi selain itu, kita dapat melihat
bahwa Tuhan Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti para ahli
Taurat (ay. 29). Apa maksud mengajar sebagai orang yang berkuasa? Menurut
pendapat saya, ini berarti bahwa Firman yang disampaikan, bukan hanya sekedar
kata-kata biasa, melainkan Firman yang disampaikan mengandung kuasa Ilahi, yang
mampu menjawab kebutuhan dari orang-orang yang mendengarNya.
Lalu, bagaimana
agar Firman yang disampaikan adalah Firman yang berkuasa? Jawabannya adalah
dengan doa dan ketekunan. Setiap hamba-hamba Tuhan yang akan menyampaikan
Firman Tuhan tentunya harus memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan.
Seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah hamba Tuhan tentunya harus
benar-benar mengenal Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan inginkan. Seorang hamba
Tuhan harus memilki kehidupan doa yang intens dengan Tuhan. Yesus sendiri juga
memiliki kehidupan doa yang intens dengan Allah BapaNya, bahkan sebelum
menyampaikan Firman Tuhan, Yesus pun senantiasa berdoa kepada Allah Bapa (Mrk
1:35).
Firman
yang berkuasa hanya akan terjadi jika hamba Tuhan tersebut mempersiapkan
Firmannya dengan sebaik-baiknya. Bisa saja seorang hamba Tuhan, karena ia sudah
sering berkhotbah, maka ia hanya mempersiapkan Firman seadanya dan menyampaikan
Firman tersebut. Mungkin saja Firman tersebut terlihat bagus di luar, tetapi
sesungguhnya Firman Tuhan itu seperti Firman yang kehilangan kuasanya. Terlihat
bagus dan indah dalam kata-kata dan cara penyampaiannya, tetapi tidak memiliki
kuasa di dalamnya. Itulah sebabnya penting bagi hamba Tuhan untuk mempersiapkan
diri dengan sungguh-sungguh sebelum menyampaikan kebenaran Firman Tuhan.
Mungkin ada di
antara kita yang bertanya, “Kan saya juga bukan pendeta yang berkhotbah, nggak
ada hubungannya sama saya dong?”. Jawaban saya, tentu saja ada. Kuasa yang
dimaksud tidak hanya terkait dengan seorang pendeta yang berkhotbah, melainkan
juga harus ada dalam setiap pelayanan yang kita ambil. Seorang pemimpin pujian
misalnya, akan memiliki pelayanan yang penuh kuasa jika ia memiliki kehidupan
rohani yang baik, mempersiapkan lagu-lagunya dengan baik, melatih dirinya
dengan baik sehingga ia memiliki kepemimpinan dan vokal yang baik sehingga
jemaat bisa merasakan hadirat Tuhan melalui setiap pujian yang dinaikkan.
Demikian juga dengan para pemusik, pendoa, bahkan penulis renungan seperti
saya. Perlu ada persiapan jasmani dan rohani agar pelayanan apapun yang kita
lakukan juga memiliki kuasa dan dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Lalu, jika kita
sama sekali belum melayani, apa yang harus kita lakukan? Saran saya cukup
sederhana, bagi kita yang sama sekali belum mengambil pelayanan, kita dapat
melakukan hal yang paling sederhana, yaitu mendoakan hamba-hamba Tuhan yang
melayani, entah itu pemimpin pujian, pemusik, penerima tamu, dan terlebih hamba
Tuhan yang akan menyampaikan khotbahnya, agar Firman Tuhan yang disampaikan
adalah Firman Tuhan yang penuh kuasa, sehingga orang-orang yang datang juga
bisa mendapatkan jawaban Tuhan dalam Firman Tuhan tersebut. Hal yang paling
sederhana yang kita bisa lakukan adalah berdoa bagi para hamba-hamba Tuhan yang
melayani kita. Sudahkah kita melakukannya?
Bacaan
Alkitab: Matius 7:28-29
7:28 Dan setelah
Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar
pengajaran-Nya,
7:29 sebab Ia
mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.