Selasa, 20 Maret
2012
Bacaan
Alkitab: Yeremia 1:4-8
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu,
Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa.” (Yer 1:5)
Dipilih Sebelum Dijadikan
Kemarin adalah hari jadi pernikahan kedua orang tua saya yang ke-30. Saya
iseng-iseng menghitung tanggal pernikahan kedua orang tua saya dan
membandingkannya dengan tanggal lahir saya. Ternyata, saya lahir tepat sembilan
bulan setelah kedua orang tua saya menikah. Suatu kebetulan yang luar biasa
bukan? Dan saya berandai-andai, jika demikian, seharusnya kemarin atau hari ini
saya merayakan hari jadi saya di dalam rahim ibu saya yang ke-30.
Pernahkah kita berpikir bahwa mengapa kita dilahirkan di dunia ini? Mengapa
kita lahir di Indonesia dan bukannya di Amerika atau di Afrika? Mengapa kita
dilahirkan di keluarga kita yang seperti ini? Mengapa kita dilahirkan di
keluarga Kristen, atau mungkin di keluarga yang berlatar belakang non Kristen? Mengapa
kita kemudian menempuh pendidikan seperti ini? Mengapa kita akhirnya menikah
dengan pasangan kita? Dan seterusnya banyak sekali pertanyaan “mengapa” yang
kita tidak tahu jawabannya. Tetapi satu hal kita mengerti, bahwa ada rencana
Tuhan bagi kita dengan membuat kita lahir di dunia ini.
Ketika Tuhan memanggil Yeremia untuk menjadi hambaNya, Tuhan tidak berkata
dalam suara menakutkan, “Yeremia, jadilah hamba Tuhan, kalau tidak maka kamu
akan kena hukuman”. Bukan seperti itu yang Tuhan lakukan, tetapi Tuhan
menyampaikan dengan kalimat yang luar biasa, “Sebelum Aku membentuk engkau
dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari
kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi
nabi bagi bangsa-bangsa” (ay. 4-5). Apa yang kita dapat pelajari dari panggilan
Tuhan ini?
Pertama, Tuhan telah mengenal kita jauh sebelum kita dibentuk Tuhan (ay.
5a). Apa maksudnya ini? Memang banyak penafsiran tentang ayat ini, terutama
terkait dengan teori predestinasi. Tetapi saya tidak akan membahas tentang
teori-teori teologi, namun saya hanya ingin mengatakan bahwa Tuhan kita adalah
Tuhan yang luar biasa. Ia mengenal semua yang diciptakanNya. Ia bukan Tuhan
yang menciptakan sesuatu lalu lupa dengan ciptaanNya. Tuhan mengenal
orang-orang yang diciptakanNya, bahkan dikatakan, sebelum Ia menciptakan kita,
Tuhan telah terlebih dahulu mengenal kita. Jika demikian, mengapa kita harus
kuatir akan kehidupan kita? Jika Tuhan saja selalu ingat akan kita, orang-orang
yang diciptakanNya?
Kedua, Tuhan telah menetapkan tujuan (destiny)
kita sebelum kita lahir (ay. 5b). Apa lagi maksud dari kalimat ini? Tuhan tidak
menjadikan kita begitu saja tanpa tujuan yang jelas. Jika kita pernah membaca
buku dengan judul “Purpose Driven Life”,
maka kita akan semakin menyadari bahwa kita seharusnya hidup di dunia ini
dengan digerakkan oleh tujuan Ilahi, yaitu tujuan Tuhan membentuk kita. Kita
tidak dapat hidup sembarangan saja tanpa tujuan di dunia ini. Banyak pendapat
tentang tujuan hidup kita di dunia ini, tetapi menurut saya, secara ringkas
tujuan utama kita adalah memuliakan nama Tuhan melalui kehidupan kita (2 Tes
1:12).
Dengan demikian, sesungguhnya ketika suatu saat kita mendengar panggilan
Tuhan dalam kehidupan kita, sudah tidak ada alasan bagi kita untuk tidak
melakukannya. Yeremia awalnya menolak panggilan Tuhan dengan beralasan bahwa ia
tidak pandai bicara (ay. 6), tetapi Tuhan mengatakan bahwa hal itu bukanlah
alasan. Kita harus mau melakukan kehendak Tuhan, kemanapun kita diutus kita
harus siap untuk pergi, dan apapun yang Tuhan perintahkan kita harus lakukan
(ay. 7). Kita harus menjadi orang-orang Kristen yang militan. Militan bukan
berarti fanatik yang membabi buta, tetapi militan berarti kita harus sama
seperti militer. Seorang prajurit militer akan melakukan apapun yang
diperintahkan komandannya. Ketika komandannya menyuruh prajurit tersebut maju
berperang, ia harus siap untuk maju. Di sisi lain, ketika komandannya menyuruh
prajurit tersebut untuk tinggal dan menjaga markas, ia pun harus siap untuk
tinggal. Kita tidak boleh takut menghadapi hal-hal yang akan kita hadapi ketika
kita mau menjadi “prajurit Tuhan”. Mungkin saja akan banyak masalah atau
persoalan yang akan ada dalam kehidupan kita, tetapi Tuhan sudah memerintahkan
kita untuk tidak takut akan apapun juga, karena Tuhan telah berjanji untuk
selalu menyertai kita (ay. 8). Sudah siapkah kita untuk melakukan apapun yang
Tuhan perintahkan kepada kita?
Bacaan
Alkitab: Yeremia 1:4-8
1:4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:
1:5 "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa."
1:6 Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai
berbicara, sebab aku ini masih muda."
1:7 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih
muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun
yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
1:8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk
melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.