Sabtu, 10 Maret
2012
Bacaan
Alkitab: 2 Korintus 4:7-12
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah
liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,
bukan dari diri kami.” (2 Kor 4:7)
Harta Rohani dalam Bejana Tanah
Pernahkah kita disuruh membawa uang dalam jumlah banyak untuk disetorkan ke
bank? Tentunya saat itu hati kita was-was karena telah mendengar banyaknya
kasus perampokan terhadap nasabah bank belakangan ini. Saya pun pernah
mengalami hal tersebut ketika saya diminta untuk menyetorkan uang tunai sekitar
Rp100 juta ke bank. Uang tersebut adalah uang untuk perjalanan dinas milik saya
dan teman-teman saya, karena saat itu kami akan melakukan dinas luar kota
selama 40 hari, sehingga seluruh biaya perjalanan luar kota harus sudah
dibayarkan di muka. Saat itu, karena juga merasa takut dirampok (padahal lokasi
banknya persis di sebelah kantor saya), saya memasukkan uang Rp100 juta itu ke
dalam kantong plastik warna hitam sehingga tidak terlihat seperti uang. Hal itu
saya lakukan agar orang-orang tidak mencurigai bahwa saya sedang membawa uang
dalam jumlah yang cukup besar dan kemudian tergoda untuk merampok saya.
Hal yang sama dikatakan Paulus dalam bacaan Alkitab kita hari ini. Paulus
mengatakan bahwa ia memiliki suatu “harta rohani” yang luar biasa, yaitu
keselamatan yang dianugerahkan Tuhan melalui Yesus Kristus, yang harus Paulus
beritakan kepada orang-orang yang belum mengenal keselamatan itu. Walaupun
harta rohani tersebut tidak ternilai dengan apapun juga, namun harta rohani
tersebut tidak ditempatkan pada wadah yang bagus dan mahal, melainkan hanya ditempatkan
pada bejana tanah liat saja (ay. 7a). Yang dimaksud Paulus dalam hal ini adalah
bahwa keselamatan yang luar biasa berharga itu tidak dipercayakan kepada
orang-orang yang hebat atau kepada malaikat-malaikat Tuhan yang bersinar,
tetapi justru dipercayakan kepada Paulus, seorang biasa yang justru memiliki
masa lalu yang kelam sebagai penganiaya jemaat (Flp 3:6).
Namun, Paulus menyatakan bahwa ketika Tuhan memilih Paulus untuk menjadi
pembawa keselamatan bagi bangsa-bangsa, hal tersebut hanya dapat terjadi karena
anugerah dari Tuhan semata. Hanya karena anugerah Tuhan saja, Paulus dapat
diberikan kekuatan yang luar biasa untuk menyampaikan kabar baik tersebut (ay.
7b). Dalam ayat-ayat selanjutnya, Paulus menceritakan tantangan yang dialaminya
dalam memberitakan injil, yaitu ditindas, dianiaya, dihempaskan, bahkan habis
akal. Akan tetapi Tuhan selalu memberikan kekuatan kepada Paulus sehingga
mereka pun dapat melewati tantangan demi tantangan yang terjadi (ay. 8-9).
Apa yang membuat Paulus dapat menghadapi keadaan yang sangat sukar
sekalipun? Tidak bukan dan tidak lain adalah karena Paulus memiliki Yesus di
dalam tubuhnya (ay. 10). Paulus membawa kematian Yesus (ay. 10a), yang dapat
diartikan bahwa Paulus juga meneladani bagaimana penderitaan yang ditanggung
Yesus, sehingga dalam keadaan yang sulit pun, Paulus dapat mengerti bagaimana
penderitaan yang dulu ditanggung Yesus untuk menyelamatkan manusia (ay. 11).
Paulus juga membawa kehidupan Yesus, yang dapat diartikan bahwa walaupun ada
penderitaan yang harus dialami, tetapi kebangkitan Yesus membawa kita memiliki
pengharapan akan upah yang besar di surga kelak (ay. 10b). Satu hal lagi yang
membuat Paulus mampu menghadapi keadaan yang sukar adalah karena kasih yang
dimiliki Paulus kepada jemaat-jemaat Tuhan (ay. 12). Tidak mengapa bagi Paulus ketika
ia harus menderita, asalkan semakin banyak orang dapat mendengar kabar
keselamatan, dan orang-orang yang telah percaya juga semakin bertumbuh dalam
iman mereka.
Bagaimana dengan kita? Mungkin ada dari kita yang masih menjadi orang
Kristen yang biasa-biasa saja? Hal tersebut berarti kita tidak menyadari
potensi yang ada dalam diri kita. Tuhan telah meletakkan “harta rohani” di
dalam tiap-tiap kita, Tuhan pun telah memberikan kita karunia dan talenta yang
dapat kita gunakan untuk melayani Tuhan. Sudahkah kita menggunakannya? Dan bagi kita yang telah mengambil bagian dalam
pelayanan, sudahkah kita menghayati esensi pelayanan? Pelayanan bukan berarti
kita mengambil tempat duduk paling depan sehingga orang lain dapat melihat
kita. Pelayanan seharusnya berarti bahwa kita memberikan yang terbaik kepada
Tuhan karena Tuhan lebih dulu memberi yang terbaik kepada kita. Jika Paulus
saja berkata bahwa ia hanyalah “bejana tanah” yang tidak kelihatan menarik di
mata manusia, masakan kita justru berlomba-lomba menghias “bejana luar” kita
tapi tidak peduli terhadap harta rohani yang ada di dalam? Kita melayani bukan
untuk dipuji orang dan dengan demikian mengambil kemuliaan Allah, tetapi kita
melayani untuk memuliakan Allah dan supaya orang lain pun dapat memuliakan
Allah.
Bacaan
Alkitab: 2 Korintus 4:7-12
4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata,
bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri
kami.
4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal,
namun tidak putus asa;
4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan,
namun tidak binasa.
4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya
kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut
karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang
fana ini.
4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam
kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.