Rabu, 07 Maret 2012

Harta Rohani dalam Bejana Tanah


Sabtu, 10 Maret 2012
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 4:7-12
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2 Kor 4:7)


Harta Rohani dalam Bejana Tanah


Pernahkah kita disuruh membawa uang dalam jumlah banyak untuk disetorkan ke bank? Tentunya saat itu hati kita was-was karena telah mendengar banyaknya kasus perampokan terhadap nasabah bank belakangan ini. Saya pun pernah mengalami hal tersebut ketika saya diminta untuk menyetorkan uang tunai sekitar Rp100 juta ke bank. Uang tersebut adalah uang untuk perjalanan dinas milik saya dan teman-teman saya, karena saat itu kami akan melakukan dinas luar kota selama 40 hari, sehingga seluruh biaya perjalanan luar kota harus sudah dibayarkan di muka. Saat itu, karena juga merasa takut dirampok (padahal lokasi banknya persis di sebelah kantor saya), saya memasukkan uang Rp100 juta itu ke dalam kantong plastik warna hitam sehingga tidak terlihat seperti uang. Hal itu saya lakukan agar orang-orang tidak mencurigai bahwa saya sedang membawa uang dalam jumlah yang cukup besar dan kemudian tergoda untuk merampok saya.

Hal yang sama dikatakan Paulus dalam bacaan Alkitab kita hari ini. Paulus mengatakan bahwa ia memiliki suatu “harta rohani” yang luar biasa, yaitu keselamatan yang dianugerahkan Tuhan melalui Yesus Kristus, yang harus Paulus beritakan kepada orang-orang yang belum mengenal keselamatan itu. Walaupun harta rohani tersebut tidak ternilai dengan apapun juga, namun harta rohani tersebut tidak ditempatkan pada wadah yang bagus dan mahal, melainkan hanya ditempatkan pada bejana tanah liat saja (ay. 7a). Yang dimaksud Paulus dalam hal ini adalah bahwa keselamatan yang luar biasa berharga itu tidak dipercayakan kepada orang-orang yang hebat atau kepada malaikat-malaikat Tuhan yang bersinar, tetapi justru dipercayakan kepada Paulus, seorang biasa yang justru memiliki masa lalu yang kelam sebagai penganiaya jemaat (Flp 3:6).

Namun, Paulus menyatakan bahwa ketika Tuhan memilih Paulus untuk menjadi pembawa keselamatan bagi bangsa-bangsa, hal tersebut hanya dapat terjadi karena anugerah dari Tuhan semata. Hanya karena anugerah Tuhan saja, Paulus dapat diberikan kekuatan yang luar biasa untuk menyampaikan kabar baik tersebut (ay. 7b). Dalam ayat-ayat selanjutnya, Paulus menceritakan tantangan yang dialaminya dalam memberitakan injil, yaitu ditindas, dianiaya, dihempaskan, bahkan habis akal. Akan tetapi Tuhan selalu memberikan kekuatan kepada Paulus sehingga mereka pun dapat melewati tantangan demi tantangan yang terjadi (ay. 8-9).

Apa yang membuat Paulus dapat menghadapi keadaan yang sangat sukar sekalipun? Tidak bukan dan tidak lain adalah karena Paulus memiliki Yesus di dalam tubuhnya (ay. 10). Paulus membawa kematian Yesus (ay. 10a), yang dapat diartikan bahwa Paulus juga meneladani bagaimana penderitaan yang ditanggung Yesus, sehingga dalam keadaan yang sulit pun, Paulus dapat mengerti bagaimana penderitaan yang dulu ditanggung Yesus untuk menyelamatkan manusia (ay. 11). Paulus juga membawa kehidupan Yesus, yang dapat diartikan bahwa walaupun ada penderitaan yang harus dialami, tetapi kebangkitan Yesus membawa kita memiliki pengharapan akan upah yang besar di surga kelak (ay. 10b). Satu hal lagi yang membuat Paulus mampu menghadapi keadaan yang sukar adalah karena kasih yang dimiliki Paulus kepada jemaat-jemaat Tuhan (ay. 12). Tidak mengapa bagi Paulus ketika ia harus menderita, asalkan semakin banyak orang dapat mendengar kabar keselamatan, dan orang-orang yang telah percaya juga semakin bertumbuh dalam iman mereka.

Bagaimana dengan kita? Mungkin ada dari kita yang masih menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja? Hal tersebut berarti kita tidak menyadari potensi yang ada dalam diri kita. Tuhan telah meletakkan “harta rohani” di dalam tiap-tiap kita, Tuhan pun telah memberikan kita karunia dan talenta yang dapat kita gunakan untuk melayani Tuhan. Sudahkah kita menggunakannya? Dan  bagi kita yang telah mengambil bagian dalam pelayanan, sudahkah kita menghayati esensi pelayanan? Pelayanan bukan berarti kita mengambil tempat duduk paling depan sehingga orang lain dapat melihat kita. Pelayanan seharusnya berarti bahwa kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan karena Tuhan lebih dulu memberi yang terbaik kepada kita. Jika Paulus saja berkata bahwa ia hanyalah “bejana tanah” yang tidak kelihatan menarik di mata manusia, masakan kita justru berlomba-lomba menghias “bejana luar” kita tapi tidak peduli terhadap harta rohani yang ada di dalam? Kita melayani bukan untuk dipuji orang dan dengan demikian mengambil kemuliaan Allah, tetapi kita melayani untuk memuliakan Allah dan supaya orang lain pun dapat memuliakan Allah.




Bacaan Alkitab: 2 Korintus 4:7-12
4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.
4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.