Jumat, 09 Maret 2012

Doa yang Salah


Senin, 12 Maret 2012
Bacaan Alkitab: Yakobus 4:1-4
Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak 4:3)


Doa yang Salah


Beberapa waktu yang lalu, di instansi tempat saya bekerja, sedang ada seleksi untuk memilih pemimpin yang baru di instansi saya tersebut. Pemilihan tersebut melibatkan DPR sebagai wakil rakyat melalui serangkaian seleksi dan akhirnya ditentukan dengan voting. Saat itu cukup banyak orang yang mendaftar seleksi tersebut. Dari nama-nama orang yang mengikuti seleksi, ada satu orang yang saya tahu, bahwa orang tersebut secara akademis dan teknis memang sangat pintar, tetapi saya sangat tahu pula bahwa tingkah laku dan kepribadiannya sangat tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin (saya tidak perlu menceritakan di sini hal-hal apa saja yang kurang baik tersebut). Oleh karena itu, menjelang detik-detik pemilihan tersebut, saya berdoa kepada Tuhan, agar orang tersebut jangan sampai terpilih menjadi pemimpin di instansi saya.

Awalnya saya ragu, karena orang tersebut memang merupakan orang yang difavoritkan untuk menang dalam pemilihan tersebut, tetapi saya berdoa kepada Tuhan, “Tuhan, mungkin doa saya salah karena saya mendoakan agar orang lain tidak terpilih menjadi pemimpin, tetapi jika orang itu menjadi pemimpin, saya tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi, bisa-bisa negara ini akan menjadi lebih buruk lagi”. Itu inti doa saya selama beberapa waktu belakangan ini. Dan ternyata Tuhan masih mendengar doa saya (dan doa-doa orang lain), sehingga orang ini pun tidak lolos terpliih menjadi pemimpin di tempat saya.

Memang dalam kehidupan ini, setiap orang memiliki keinginan masing-masing. Dalam cerita saya tadi, bisa jadi bahwa orang tersebut dan pendukungnya pasti juga berdoa kepada tuhannya agar ia menang dan terpilih menjadi pemimpin. Bagaimana ya rasanya sebagai Tuhan? Dalam contoh gampang saja, misal tentang cuaca hari ini, pasti ada yang minta agar cuaca cerah, penjual es tentu ingin cuaca yang sangat panas agar dagangannya laku, sementara tukang sewa payung (ojek payung) tentu berdoa agar cuaca hujan terus. Gambaran itu juga yang sering terjadi dalam kehidupan berjemaat. Orang-orang percaya saja bisa bertengkar karena hal-hal rohani, seperti tentang pelayanan, pembangunan gereja, dan lain-lain, apalagi orang-orang dunia yang belum mengenal Tuhan?

Pertengkaran itu timbul karena hawa nafsu (ay. 1). Orang yang tidak dapat menguasai hawa nafsunya akan tergoda untuk mengingini sesuatu, dan jika keinginan tersebut juga tidak dapat dikendalikan, maka orang tersebut akan melakukan apapun untuk mencapai keinginannya, bahkan jika harus melanggar Firman Tuhan sekalipun (ay. 2a). Ambisi yang berlebihan itu akhirnya membuat orang tidak dapat berpikir panjang, sehingga mereka bertengkar, berkelahi, dan bahkan membunuh demi tercapainya keinginan mereka tersebut. Karena ambisinya itulah, mereka lupa untuk berdoa (ay. 2b), yaitu meminta kepada Tuhan.

Walaupun demikian, Firman Tuhan mengatakan bahwa doa itu bukan hanya sekedar meminta sesuatu kepada Tuhan. Doa adalah menyelaraskan keinginan kita dengan keinginan Tuhan. Ketika kita meminta sesuatu yang sudah sesuai dengan keinginan Tuhan, sesungguhnya tidak ada alasan bagi Tuhan untuk tidak menjawab doa kita. Tuhan pasti menjawab doa kita yang sudah sesuai dengan kehendak Tuhan, walaupun Tuhan akan berkata “tunggu”, sesuai dengan waktu Tuhan. Doa yang salah adalah doa yang hanya mementingkan keinginan dan ambisi pribadi kita, hanya mementingkan hawa nafsu kita, sehingga walaupun kita berdoa tetapi kita tidak menerima apa-apa (ay. 3).

Lalu doa yang bagaimana yang seharusnya kita panjatkan kepada Tuhan? Doa yang kita naikkan seharusnya adalah doa yang berkenan kepada Allah. Apa yang menjadi keinginan Allah biasanya bertentangan dengan apa yang dunia inginkan. Kita tidak bisa menjadi sahabat Allah dan juga menjadi sahabat dunia (ay. 4). Jika kita adalah sahabat Allah, tentunya dunia akan membenci kita karena kita tidak berasal dari dunia ini (Yoh 15:19). Marilah kita instropeksi bagaimana kita bersikap dan kita berdoa selama ini. Sudahkah kita meminta apa yang Tuhan kehendaki dalam doa-doa kita, dan bukannya apa yang kita kehendaki? Sama seperti Yesus yang berdoa di taman Getsemani sebelum kematianNya di atas kayu salib, “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Mrk 14:36).


Bacaan Alkitab: Yakobus 4:1-4
4:1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.