Senin, 12 Maret
2012
Bacaan
Alkitab: Yakobus 4:1-4
“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima
apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan
untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak 4:3)
Doa yang Salah
Beberapa waktu yang lalu, di instansi tempat saya bekerja, sedang ada
seleksi untuk memilih pemimpin yang baru di instansi saya tersebut. Pemilihan
tersebut melibatkan DPR sebagai wakil rakyat melalui serangkaian seleksi dan
akhirnya ditentukan dengan voting. Saat itu cukup banyak orang yang mendaftar
seleksi tersebut. Dari nama-nama orang yang mengikuti seleksi, ada satu orang
yang saya tahu, bahwa orang tersebut secara akademis dan teknis memang sangat
pintar, tetapi saya sangat tahu pula bahwa tingkah laku dan kepribadiannya sangat
tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin (saya tidak perlu menceritakan di
sini hal-hal apa saja yang kurang baik tersebut). Oleh karena itu, menjelang
detik-detik pemilihan tersebut, saya berdoa kepada Tuhan, agar orang tersebut
jangan sampai terpilih menjadi pemimpin di instansi saya.
Awalnya saya ragu, karena orang tersebut memang merupakan orang yang
difavoritkan untuk menang dalam pemilihan tersebut, tetapi saya berdoa kepada
Tuhan, “Tuhan, mungkin doa saya salah karena saya mendoakan agar orang lain
tidak terpilih menjadi pemimpin, tetapi jika orang itu menjadi pemimpin, saya
tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi, bisa-bisa negara ini akan
menjadi lebih buruk lagi”. Itu inti doa saya selama beberapa waktu belakangan
ini. Dan ternyata Tuhan masih mendengar doa saya (dan doa-doa orang lain),
sehingga orang ini pun tidak lolos terpliih menjadi pemimpin di tempat saya.
Memang dalam kehidupan ini, setiap orang memiliki keinginan masing-masing.
Dalam cerita saya tadi, bisa jadi bahwa orang tersebut dan pendukungnya pasti
juga berdoa kepada tuhannya agar ia menang dan terpilih menjadi pemimpin. Bagaimana
ya rasanya sebagai Tuhan? Dalam contoh gampang saja, misal tentang cuaca hari
ini, pasti ada yang minta agar cuaca cerah, penjual es tentu ingin cuaca yang
sangat panas agar dagangannya laku, sementara tukang sewa payung (ojek payung)
tentu berdoa agar cuaca hujan terus. Gambaran itu juga yang sering terjadi dalam
kehidupan berjemaat. Orang-orang percaya saja bisa bertengkar karena hal-hal
rohani, seperti tentang pelayanan, pembangunan gereja, dan lain-lain, apalagi
orang-orang dunia yang belum mengenal Tuhan?
Pertengkaran itu timbul karena hawa nafsu (ay. 1). Orang yang tidak dapat
menguasai hawa nafsunya akan tergoda untuk mengingini sesuatu, dan jika
keinginan tersebut juga tidak dapat dikendalikan, maka orang tersebut akan
melakukan apapun untuk mencapai keinginannya, bahkan jika harus melanggar Firman
Tuhan sekalipun (ay. 2a). Ambisi yang berlebihan itu akhirnya membuat orang
tidak dapat berpikir panjang, sehingga mereka bertengkar, berkelahi, dan bahkan
membunuh demi tercapainya keinginan mereka tersebut. Karena ambisinya itulah,
mereka lupa untuk berdoa (ay. 2b), yaitu meminta kepada Tuhan.
Walaupun demikian, Firman Tuhan mengatakan bahwa doa itu bukan hanya
sekedar meminta sesuatu kepada Tuhan. Doa adalah menyelaraskan keinginan kita
dengan keinginan Tuhan. Ketika kita meminta sesuatu yang sudah sesuai dengan
keinginan Tuhan, sesungguhnya tidak ada alasan bagi Tuhan untuk tidak menjawab
doa kita. Tuhan pasti menjawab doa kita yang sudah sesuai dengan kehendak
Tuhan, walaupun Tuhan akan berkata “tunggu”, sesuai dengan waktu Tuhan. Doa
yang salah adalah doa yang hanya mementingkan keinginan dan ambisi pribadi
kita, hanya mementingkan hawa nafsu kita, sehingga walaupun kita berdoa tetapi
kita tidak menerima apa-apa (ay. 3).
Lalu doa yang bagaimana yang seharusnya kita panjatkan kepada Tuhan? Doa
yang kita naikkan seharusnya adalah doa yang berkenan kepada Allah. Apa yang
menjadi keinginan Allah biasanya bertentangan dengan apa yang dunia inginkan.
Kita tidak bisa menjadi sahabat Allah dan juga menjadi sahabat dunia (ay. 4).
Jika kita adalah sahabat Allah, tentunya dunia akan membenci kita karena kita
tidak berasal dari dunia ini (Yoh 15:19). Marilah kita instropeksi bagaimana
kita bersikap dan kita berdoa selama ini. Sudahkah kita meminta apa yang Tuhan
kehendaki dalam doa-doa kita, dan bukannya apa yang kita kehendaki? Sama
seperti Yesus yang berdoa di taman Getsemani sebelum kematianNya di atas kayu
salib, “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini
dari padaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau
kehendaki” (Mrk 14:36).
Bacaan
Alkitab: Yakobus 4:1-4
4:1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu?
Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu
membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu
bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak
berdoa.
4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu
salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan
hawa nafsumu.
4:4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa
persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa
hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.