Senin, 19 Maret 2012

Melekat di Mana Hati Kita?


Rabu, 21 Maret 2012
Bacaan Alkitab: Mazmur 62:11-13
... Apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.” (Mzm 62:11b)


Melekat di Mana Hati Kita?


Beberapa waktu yang lalu saya yakin kita pasti mendengar tentang seorang pegawai pajak yang mempunyai harta hingga bermiliar-miliar. Saat ini saya tidak bermaksud menuduh apakah harta orang tersebut berasal dari sumber yang tidak halal, tetapi apa yang saya mau katakan, kira-kira, jika kita memiliki uang bermiliar-miliar seperti orang tersebut, apakah kehidupan kita akan semakin bahagia atau tidak? Saya berpikir, wah, tentunya saya akan sangat senang sekali ketika saya memiliki uang hingga bermiliar-miliar rupiah jumlahnya. Tetapi semakin saya berpikir, ternyata kesenangan tersebut sebetulnya adalah kesenangan yang semu dan sementara. Lambat laun saya akan takut kehilangan harta tersebut, takut dirampok, takut uang tersebut hilang, dan sebagainya. Sukacita itu pun semakin menghilang, apalagi jika ternyata uang tersebut berasal dari hasil korupsi atau hal-hal yan melanggar hukum. Kita akan semakin kuatir memegang uang yang banyak tersebut bukan?

Bacaan Alkitab kita hari ini berkata tentang bagaimana Tuhan berfirman kepada kita agar ketika harta kita semakin bertambah, jangan sampai hati kita melekat kepada harta tersebut (ay. 11b). Memang saya akui sulit, karena Tuhan Yesus sendiri berkata, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Mat 6:21). Di samping itu Tuhan juga mengingatkan agar kita tidak memeras dan merampas (ay. 11a). Hal ini yang agak susah dilakukan oleh orang-orang yang bekerja di pemerintahan. Kadang-kadang kita tanpa sadar memeras orang lain dan merampas apa yang bukan menjadi hak kita. Percaya atau tidak, harta yang kita dapatkan dari hasil pemerasan dan perampasan pada umumnya tidak akan bertahan lama. Tuhan tidak akan suka ketika kita mendapatkan rejeki yang tidak halal seperti itu. Tuhan pasti lebih tidak suka ketika kita justru menggunakan “uang haram” tersebut untuk pekerjaan Tuhan. Apa kita berani menyogok Tuhan dengan uang-uang yang tidak benar seperti itu? Misalkan kita adalah pengusaha, apa kita berani memberi persembahan dari uang-uang yang berasal dari mark-up suatu proyek, misalnya?

Kita harus sadar bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Segala kuasa ada di tanganNya dan segala kuasa yang dimiliki manusia juga berasal dari Tuhan (ay. 12). Bagian lain dari Alkitab mengatakan bahwa segala pemerintah dunia ini (yang memiliki kuasa di dunia) juga berasal dari Allah (Rm 13:1). Jadi, jika Tuhan kita adalah Tuhan yang memiliki kuasa terbesar di alam semesta ini, bagaimana mungkin kita bermain-main dengan kuasa Tuhan tersebut? Bagaimana mungkin kita mengandalkan kuasa yang kita miliki (yang mungkin hanya seperjuta bahkan sepermiliar kuasa Tuhan) untuk mendapatkan harta, dan yang lebih parah lagi, menyalahgunakan kuasa yang kita miliki untuk mendapatkan harta dengan cara memeras dan merampas? Ingat, walau Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih setia juga (ay. 13a), tetapi Tuhan juga akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (ay. 13b).


Bacaan Alkitab: Mazmur 62:11-13
62:11 Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.
62:12 Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya,
62:13 dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.