Selasa, 06 Maret 2012

Suami dan Isteri yang Saling Menghormati


Kamis, 8 Maret 2012
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:1-7
“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (1 Ptr 3:7)


Suami dan Isteri yang Saling Menghormati


Saya dan isteri saya memang baru saja menikah, belum sampai satu tahun usia pernikahan kami. Tetapi dalam usia pernikahan yang masih baru ini, saya merasa bagaimana Tuhan sudah mendidik saya secara luar biasa untuk mau menghormati dan mendengarkan isteri saya. Isteri saya rupanya memang adalah penolong yang paling sempurna dan paling melengkapi diri saya. Sejak masa pacaran dahulu dan hingga menjelang kami menikah, isteri saya sudah sangat sering memberikan masukan-masukan kepada saya, tetapi saya waktu itu masih belum menganggap bahwa saya harus mendengarkan dan memperhatikan apa yang dikatakan isteri saya, sehingga akibatnya saya sendiri yang harus menanggung akibat dari kesalahan saya. Padahal hal tersebut sudah jelas-jelas dikatakan isteri saya sebelumnya, tetapi karena ego saya sebagai laki-laki, saya mengabaikannya.

Peristiwa terbaru terjadi sekitar sebulan yang lalu, dimana kejadiannya sangat sederhana. Saya mengeluh bahwa badan saya sedang kurang fit kepada isteri saya, tetapi saya mau memaksakan diri untuk mampir ke supermarket sepulang kerja untuk membeli sesuatu. Isteri saya sebenarnya sudah melarang, tetapi saya tetap nekad. Memang saat itu saya dapat pulang dengan selamat ke rumah, tetapi mungkin karena saya pulang agak malam, keesokan harinya kondisi saya masih belum fit sehingga akhirnya saya terjatuh ketika mengendari motor pada pagi hari sebelum saya ke kantor. Sebenarnya hal tersebut adalah hal yang sederhana, tetapi justru karena kesederhanaannya, saya sampai seakan-akan mengabaikan nasehat isteri saya.

Memang seorang isteri sudah seharusnya tunduk kepada suami (ay. 1a), bahkan jika si suami masih belum percaya kepada Tuhan (hal ini berbicara tentang isteri yang baru percaya kepada Tuhan ketika ia telah berada dalam sebuah pernikahan dengan suami yang tidak seiman, dan bukan merupakan pembenaran untuk menikah dengan orang yang tidak seiman). Dengan tunduk kepada suami dan mengasihi suami itulah, maka isteri-isteri dapat memenangkan iman suaminya tersebut (ay. 1b-2). Seorang isteri yang baik adalah isteri yang memiliki kecantikan dalam/batin (inner beauty) dan bukan hanya isteri yang selalu mementingkan kecantikan luar atau yang nampak saja (ay. 3-4).

Paulus memberi contoh hubungan suami isteri yang ditunjukkan oleh Abraham dan Sara. Walaupun Abraham adalah orang yang sangat kaya, dan Sara sebagai isterinya memiliki kesempatan untuk tampil dengan segala perhiasan dan kekayaannya, tetapi Sara tetap memiliki ketundukkan dan ketaatan kepada Abraham, suaminya. Sara bahkan menyebut Abraham sebagai tuannya (Kej 18:12), yang menunjukkan ketundukkan luar biasa kepada Abraham (ay. 5-6).

Lalu bagaimanakah posisi si suami dalam hal ini? Apakah suami karena merasa posisinya sebagai kepala keluarga tidak boleh mendengarkan isteri yang memberikan masukan atau nasehat? Dalam ayat-ayat lain memang disebutkan bahwa seorang suami harus mengasihi isterinya (Ef 5:25, 5:33, Kol 3:19). Namun ayat 7 dalam bacaan Alkitab kita hari ini menunjukkan sesuatu yang sedikit berbeda, walaupun esensinya tetap sama, yaitu suami harus hidup bijaksana dengan isteri dan juga harus menghormati isteri sebagai teman pewaris dari kasih karunia. Bahkan dalam ayat ini dikatakan juga mengapa seorang suami harus menghormati isteri, yaitu agar doanya tidak terhalang.

Saya akui, memang susah bagi laki-laki untuk melepaskan egonya dan menghormati suami. Seorang laki-laki memang merupakan pemimpin dan kepala keluarga, tetapi seorang pemimpin pun tidak dapat memimpin sendiri. Seorang pemimpin yang baik perlu penasehat-penasehat di belakangnya (Ams 11:14), yang mendukung dirinya dan mengingatkan jika ia telah salah melangkah. Memang ayat 7 mengatakan bahwa posisi isteri sebagai wanita itu merupakan kaum yang lebih lemah dibandingkan dengan kaum pria. Memang secara fisik, pada umumnya pria jauh lebih kuat daripada wanita. Tetapi jika kita perhatikan kisah penciptaan Adam dan Hawa dalam kitab Kejadian, kita akan menemukan bahwa sebenarnya Tuhan menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan bagi Adam (Kej 2:18). Dengan kata lain, ketika Adam membutuhkan penolong, maka sebenarnya Hawa jauh lebih kuat daripada Adam, karena seorang penolong tentunya harus lebih kuat daripada orang yang ditolong. Kekuatan yang dimaksud memang bukan pada kekuatan secara fisik semata, tetapi kekuatan hati, kekuatan iman, dan kekuatan-kekuatan rohani lainnya yang dapat memampukan suami untuk terus maju memimpin bahtera rumah tangganya.

Ketika saya membaca ayat Alkitab hari ini dan menulis renungan ini, saya menangis dalam hati, karena saya sebagai suami sudah cukup sering tidak menghormati isteri saya. Menghormati isteri bukan berarti tunduk dan membiarkan isteri mengambil alih pimpinan rumah tangga. Bukan itu, karena Alkitab pun dengan jelas menyatakan bahwa suami adalah kepala isteri (Ef 5:23). Tetapi menghormati di sini berarti memperlakukan isteri bukan seperti barang yang sudah kita beli, tetapi memperlakukan isteri sebagai pribadinya, yaitu manusia yang Tuhan tempatkan di sisi kita. Pernahkah kita memberikan waktu khusus kepada isteri kita untuk mendengarkan perkataannya, walaupun mungkin kita sudah dalam kondisi capek sepulang kerja? Ingatlah, bahwa ketika kita menghormati isteri kita, maka Tuhan pun juga akan memberkati keluarga kita, dan segala doa-doa kita tidak akan terhalang melainkan langsung didengar oleh Tuhan.


Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:1-7
3:1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
3:2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
3:3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
3:5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
3:6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.