Kamis, 8 Maret
2012
Bacaan
Alkitab: 1 Petrus 3:1-7
“Demikian
juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (1 Ptr 3:7)
Suami dan Isteri yang Saling Menghormati
Saya dan isteri saya memang baru saja menikah, belum sampai satu tahun usia
pernikahan kami. Tetapi dalam usia pernikahan yang masih baru ini, saya merasa
bagaimana Tuhan sudah mendidik saya secara luar biasa untuk mau menghormati dan
mendengarkan isteri saya. Isteri saya rupanya memang adalah penolong yang
paling sempurna dan paling melengkapi diri saya. Sejak masa pacaran dahulu dan
hingga menjelang kami menikah, isteri saya sudah sangat sering memberikan
masukan-masukan kepada saya, tetapi saya waktu itu masih belum menganggap bahwa
saya harus mendengarkan dan memperhatikan apa yang dikatakan isteri saya,
sehingga akibatnya saya sendiri yang harus menanggung akibat dari kesalahan saya.
Padahal hal tersebut sudah jelas-jelas dikatakan isteri saya sebelumnya, tetapi
karena ego saya sebagai laki-laki, saya mengabaikannya.
Peristiwa terbaru terjadi sekitar sebulan yang lalu, dimana kejadiannya
sangat sederhana. Saya mengeluh bahwa badan saya sedang kurang fit kepada
isteri saya, tetapi saya mau memaksakan diri untuk mampir ke supermarket
sepulang kerja untuk membeli sesuatu. Isteri saya sebenarnya sudah melarang,
tetapi saya tetap nekad. Memang saat itu saya dapat pulang dengan selamat ke rumah,
tetapi mungkin karena saya pulang agak malam, keesokan harinya kondisi saya masih
belum fit sehingga akhirnya saya terjatuh ketika mengendari motor pada pagi
hari sebelum saya ke kantor. Sebenarnya hal tersebut adalah hal yang sederhana,
tetapi justru karena kesederhanaannya, saya sampai seakan-akan mengabaikan
nasehat isteri saya.
Memang seorang isteri sudah seharusnya tunduk kepada suami (ay. 1a), bahkan
jika si suami masih belum percaya kepada Tuhan (hal ini berbicara tentang
isteri yang baru percaya kepada Tuhan ketika ia telah berada dalam sebuah
pernikahan dengan suami yang tidak seiman, dan bukan merupakan pembenaran untuk
menikah dengan orang yang tidak seiman). Dengan tunduk kepada suami dan
mengasihi suami itulah, maka isteri-isteri dapat memenangkan iman suaminya
tersebut (ay. 1b-2). Seorang isteri yang baik adalah isteri yang memiliki
kecantikan dalam/batin (inner beauty) dan bukan hanya isteri yang selalu
mementingkan kecantikan luar atau yang nampak saja (ay. 3-4).
Paulus memberi contoh hubungan suami isteri yang ditunjukkan oleh Abraham
dan Sara. Walaupun Abraham adalah orang yang sangat kaya, dan Sara sebagai
isterinya memiliki kesempatan untuk tampil dengan segala perhiasan dan kekayaannya,
tetapi Sara tetap memiliki ketundukkan dan ketaatan kepada Abraham, suaminya. Sara
bahkan menyebut Abraham sebagai tuannya (Kej 18:12), yang menunjukkan
ketundukkan luar biasa kepada Abraham (ay. 5-6).
Lalu bagaimanakah posisi si suami dalam hal ini? Apakah suami karena merasa
posisinya sebagai kepala keluarga tidak boleh mendengarkan isteri yang
memberikan masukan atau nasehat? Dalam ayat-ayat lain memang disebutkan bahwa
seorang suami harus mengasihi isterinya (Ef 5:25, 5:33, Kol 3:19). Namun ayat 7
dalam bacaan Alkitab kita hari ini menunjukkan sesuatu yang sedikit berbeda,
walaupun esensinya tetap sama, yaitu suami harus hidup bijaksana dengan isteri
dan juga harus menghormati isteri sebagai teman pewaris dari kasih karunia.
Bahkan dalam ayat ini dikatakan juga mengapa seorang suami harus menghormati
isteri, yaitu agar doanya tidak terhalang.
Saya akui, memang susah bagi laki-laki untuk melepaskan egonya dan
menghormati suami. Seorang laki-laki memang merupakan pemimpin dan kepala keluarga,
tetapi seorang pemimpin pun tidak dapat memimpin sendiri. Seorang pemimpin yang
baik perlu penasehat-penasehat di belakangnya (Ams 11:14), yang mendukung
dirinya dan mengingatkan jika ia telah salah melangkah. Memang ayat 7
mengatakan bahwa posisi isteri sebagai wanita itu merupakan kaum yang lebih
lemah dibandingkan dengan kaum pria. Memang secara fisik, pada umumnya pria
jauh lebih kuat daripada wanita. Tetapi jika kita perhatikan kisah penciptaan
Adam dan Hawa dalam kitab Kejadian, kita akan menemukan bahwa sebenarnya Tuhan
menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan bagi Adam (Kej 2:18). Dengan
kata lain, ketika Adam membutuhkan penolong, maka sebenarnya Hawa jauh lebih
kuat daripada Adam, karena seorang penolong tentunya harus lebih kuat daripada
orang yang ditolong. Kekuatan yang dimaksud memang bukan pada kekuatan secara
fisik semata, tetapi kekuatan hati, kekuatan iman, dan kekuatan-kekuatan rohani
lainnya yang dapat memampukan suami untuk terus maju memimpin bahtera rumah
tangganya.
Ketika saya membaca ayat Alkitab hari ini dan menulis renungan ini, saya
menangis dalam hati, karena saya sebagai suami sudah cukup sering tidak
menghormati isteri saya. Menghormati isteri bukan berarti tunduk dan membiarkan
isteri mengambil alih pimpinan rumah tangga. Bukan itu, karena Alkitab pun
dengan jelas menyatakan bahwa suami adalah kepala isteri (Ef 5:23). Tetapi
menghormati di sini berarti memperlakukan isteri bukan seperti barang yang
sudah kita beli, tetapi memperlakukan isteri sebagai pribadinya, yaitu manusia
yang Tuhan tempatkan di sisi kita. Pernahkah kita memberikan waktu khusus
kepada isteri kita untuk mendengarkan perkataannya, walaupun mungkin kita sudah
dalam kondisi capek sepulang kerja? Ingatlah, bahwa ketika kita menghormati
isteri kita, maka Tuhan pun juga akan memberkati keluarga kita, dan segala
doa-doa kita tidak akan terhalang melainkan langsung didengar oleh Tuhan.
Bacaan
Alkitab: 1 Petrus 3:1-7
3:1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya
jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa
perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
3:2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka
itu.
3:3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang
rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan
perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan
tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
3:5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan,
yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka
tunduk kepada suaminya,
3:6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu
adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan
isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman
pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.