Senin, 10 Desember 2012
Bacaan Alkitab: Matius 25:1-13
“Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada
gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab
pelita kami hampir padam.” (Mat 25:8)
Jangan Habiskan Minyakmu
Suatu ketika, di gereja saya ada seorang jemaat baru yang baru
pindah dan beribadah di gereja kami. Dari luar, orang ini terlihat sangat
berapi-api. Ia seringkali maju untuk bersaksi di ibadah minggu, walaupun
kesaksiannya itu hanyalah sederhana. Ia sangat rajin beribadah walaupun kondisi
keuangannya juga tidak terlalu mapan. Semua jemaat gereja kami melihat orang
tersebut sangat rajin dan menyala-nyala dalam mengiring Tuhan. Akan tetapi suatu
ketika, karena ada suatu masalah (yang saya sendiri tidak tahu apa masalah
sebenarnya), orang tersebut tiba-tiba langsung lenyap begitu saja dan pindah
gereja. Saya kemudian merenung, apa yang salah dengan orang ini? Bukankah ia sebenanya
memiliki semangat yang luar biasa dalam mengiring Tuhan, kenapa bisa kok ia
langsung padam dan hilang? Jawabannya sederhana, orang tersebut menghabiskan
roh yang menyala-nyala tanpa pernah mengisi bahan bakarnya.
Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita akan
melihat suatu perumpamaan yang saya yakin pasti semua orang pernah membaca hal
ini. Akan tetapi saya mau melihat dari sudut pandang yang agak berbeda. Dalam
perumpamaan tersebut dikisahkan bahwa ada sepuluh gadis yang mengambil
pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki (ay. 1). Lima di antaranya
bodoh, dan lima di antaranya bijaksana (ay. 2). Alkitab mengatakan bahwa gadis
yang bodoh itu membawa pelita tanpa minyak atau bahan bakar (ay. 3), sedangkan
gadis yang bijaksana membawa pelita dan juga minyak sebagai bahan bakar
cadangan (ay. 4).
Sampai di sini semua jelas, bahwa kedua
kelompok gadis tersebut sama-sama membawa pelita, tetapi kelompok yang bodoh
tidak membawa minyak, dan kelompok yang bijaksana membawa cadangan minyak. Lalu
apa hubungannya? Sebenarnya jika para gadis yang bodoh itu sedikit “bijaksana”,
dan mereka sadar bahwa mereka tidak membawa minyak, maka mereka tidak akan
menghabiskan minyak mereka dengan cara menyetel pelita ke garis maksimum yang
akan memboroskan minyak mereka. Beda halnya dengan para gadis yang bijaksana
yang membawa cadangan minyak. Mereka dapat dengan leluasa mengatur besar
kecilnya nyala pelita mereka karena mereka membawa cadangan minyak. Bahkan jika
cadangan yang dibawa cukup banyak, mereka tidak perlu khawatir akan kehabisan
minyak.
Singkat cerita, kedua kelompok gadis tersebut
tertidur karena menunggu mempelai yang tak kunjung datang (ay. 5), dan kemudian
ketika mempelai datang, para gadis pun membereskan pelita mereka (ay. 6-7).
Saat itulah para gadis yang bodoh baru sadar bahwa minyak mereka hampir habis
dan pelita mereka hampir padam, sehingga mereka meminta minyak kepada para
gadis yang bijaksana (ay. 8). Para gadis yang bijaksana ini pun sadar bahwa
mereka tidak boleh mengambil resiko membagi minyak, karena walaupun sudah
terdengar suara orang berseru, “Mempelai datang”, tetapi Mempelai tersebut baru
akan datang dan belum datang secara fisik. Entah berapa lama lagi waktu yang
dibutuhkan agar Mempelai tersebut benar-benar datang. Para gadis yang bijaksana
itu pun menyarankan agar para gadis yang bodoh membeli minyak di penjual minyak
(ay. 9).
Para gadis yang bodoh itu pun melakukan apa
yang disarankan para gadis yang bijaksana. Dan bodohnya lagi, ketika mereka
pergi untuk membeli minyak, sang Mempelai datang dan membawa para gadis
bijaksana yang telah siap sedia masuk ke dalam pesta perjamuan kawin (ay. 10).
Ketika para gadis bodoh tersebut sudah memperoleh minyak tambahan dan kembali
ke tempat semula, mereka menemukan pintu sudah ditutup dan mereka tidak bisa
masuk (ay. 11-13).
Jika kita perhatikan, apa sebenarnya
kesalahan para gadis yang bodoh itu? Seperti yang saya sudah singgung di atas,
permasalahannya adalah mereka membiarkan pelita mereka padam. Maksud saya
adalah seperti ini. Tidak ada yang menyuruh mereka untuk menyalakan pelita dari
awal. Jika mereka tidak membawa minyak, seharusnya mereka menghemat minyak
mereka dan baru menyalakan pada saat Mempelai datang.
Hal ini berbicara tentang roh dan semangat
untuk mengiring dan melayani Tuhan. Kita yang tahu ukuran diri kita
masing-masing, berapa banyak roh dan semangat untuk mengiring dan melayani
Tuhan. Memang betul Alkitab juga memerintahkan kita agar roh kita menyala-nyala
dan melayani Tuhan (Rm 12:11). Tetapi sebelum kita menyala-nyala, kita perlu
melihat cadangan minyak kita. Berapa banyak minyak yang kita miliki? Apakah
seukuran kapal tanker, mobil tangki, jerigen, atau hanya sebanyak minyak di
korek api, yang mungkin hanya menyala beberapa jam?
Dalam konteks ini, ada dua hal yang dapat
kita lakukan jika kapasitas minyak kita terbatas. Satu, yaitu meningkatkan
kapasitas minyak kita, yaitu dengan cara banyak membaca Firman Tuhan, mendengarkan
Firman Tuhan, dan memiliki waktu pribadi dengan Tuhan. Atau yang kedua, jangan
menghabiskan minyak kita begitu saja, tetapi bijaksanalah menggunakan minyak
yang kita miliki. Bukan berarti kita tidak boleh melayani Tuhan secara luar
biasa, tetapi saya perhatikan, orang yang belum siap melayani tetapi tiba-tiba
begitu semangat melayani sana-sini, melakukan apapun dengan semangat yang
berlebihan, biasanya cepat kendor kembali dan langsung padam.
Lakukan pelayanan kita sesuai dengan bagian
kita. Jika memang panggilan Tuhan bagi kita untuk melayani di gereja kita,
lakukanlah itu dengan setia, tidak perlu berambisi untuk melayani di tingkat
nasional atau bahkan internasional, karena mungkin kita sudah menghabiskan cadangan
minyak kita tanpa pernah kita meningkatkan kapasitas minyak kita. Jangan
menjadi bodoh dengan tidak pernah memantau minyak yang kita miliki, tetapi
jadilah bijaksana yang selalu mempersiapkan minyak kita, sehingga pada saatnya
nanti, kita tetap setia mengiring dan melayani Tuhan, tidak hilang di tengah
jalan.
Bacaan Alkitab: Matius 25:1-13
25:1 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga
seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai
laki-laki.
25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima
bijaksana.
25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa
pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu
membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak
datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara
orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
25:7 Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu
membereskan pelita mereka.
25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada
gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab
pelita kami hampir padam.
25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana
itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi
kepada penjual minyak dan beli di situ.
25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi
untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk
bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang
lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu
tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.