Minggu, 23 Desember 2012
Bacaan Alkitab: Bilangan 9:15-23
“Dan setiap kali awan itu naik dari atas
Kemah, maka orang Israel pun berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di
sanalah orang Israel berkemah.” (Bil 9:17)
Mengikut Tuhan Secara Ekstrem
Salah satu risiko bekerja di suatu perusahaan
yang memiliki cabang dimana-mana, seperti di bank-bank, di
kementerian-kementerian, atau di instansi-instansi lainnya adalah risiko
dipindah atau dimutasi ke cabang-cabang di luar kota, atau di daerah yang
terpencil. Ini menjadi kendala tersendiri ketika seseorang sudah merasa nyaman
atau settled di kota tempat
tinggalnya saat ini. Apalagi apabila orang tersebut saat ini tinggal di kota
besar (seperti Jakarta) dan tiba-tiba ia dipindahkan ke kota terpencil. Risiko
itu terasa lebih “menakutkan” bagi orang-orang yang sudah berkeluarga dan
mempunyai anak, karena harus mempertimbangkan kebutuhan keluarga mereka
(seperti sekolah anak atau pekerjaan isteri), dan terlebih adalah ketika kita
dipindahkan, sebagian besar perusahaan tidak memberi tahu berapa lama orang
tersebut akan berada di tempat yang baru. Orang yang dimutasi mau tidak mau
harus pindah ketika diinstruksikan demikian.
Sama halnya dengan bangsa Israel ketika
mereka keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah perjanjian, yaitu Kanaan. Mereka
memang diberitahu tujuan mereka, yaitu menuju ke tanah Kanaan. Akan tetapi,
dalam perjalanan mereka di padang gurun, mereka dipimpin oleh Allah sendiri. Sejak
bangsa Israel mendirikan Kemah Suci, maka ada awan kemuliaan Tuhan yang
menutupi Kemah Suci tersebut, yang pada waktu malam awan tersebut terlihat
seperti tiang api yang menerangi Kemah Suci (ay. 15-16). Selain menjadi tanda
kehadiran kemuliaan Tuhan, awan tersebut juga menjadi tanda dari Tuhan untuk
menyuruh bangsa Israel berangkat atau berkemah. Alkitab mengatakan bahwa setiap
kali awan tersebut naik dari atas Kemah, maka bangsa Israel pun akan
berkemas-kemas dan berangkat, sedangkan ketika awan tersebut kemudian diam,
maka bangsa Israel akan berkemah (ay. 17-18). Dengan kata lain, mereka
berangkat atau tinggal semata-mata hanya berdasarkan awan kemuliaan Tuhan
tersebut.
Jika saya berada di tengah-tengah bangsa Israel
waktu itu, mungkin saya akan tidak sabar juga jika melihat awan tersebut diam
terlalu lama. Jalur dari Mesir ke Kanaan mungkin saat itu dapat ditempuh dalam
waktu sekitar dua atau tiga bulan saja dengan kecepatan normal. Walaupun
Alkitab tidak memberitahu secara rinci berapa lama bangsa Israel berkemah di
setiap tempat pemberhentian, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa mungkin saja
bangsa Israel pernah berkemah hanya satu hari saja dan kemudian berangkat (ay.
21), atau selama beberapa hari (ay. 20), atau selama sebulan lamanya bahkan
lebih (ay. 22).
Jika diibaratkan dengan kondisi saat ini, ini
sih sama saja dengan kita dimutasi tanpa kejelasan. Misalkan saat ini kita
bekerja di Jakarta, kemudian kita diberi tiket menuju ke Medan. Di Medan, baru
satu hari kita bekerja, kemudian tiba-tiba dipindahkan ke Jayapura. Di Jayapura
kita tidak tahu berapa lama berada di sana, dan ketika kita sudah mulai
menikmati tinggal di sana, kita kemudian dipindahkan lagi ke Banjarmasin, dan
begitu seterusnya. Siapkah kita berada di kondisi seperti itu?
Bangsa Israel mengalami masa perjalanan
seperti itu selama 40 tahun lamanya selama mengembara di padang gurun. Mereka
tinggal dan berangkat hanya berdasarkan awan Tuhan saja, atau dengan kata lain
Tuhanlah yang menentukan berapa lama mereka tinggal dan kapan mereka harus
berangkat (ay. 23). Tetapi inilah yang dinamakan mengikut Tuhan secara ekstrem.
Mereka hanya mau melangkah ketika Tuhan yang menyuruh. Mereka pun diam ketika
Tuhan diam. Beranikah kita memiliki iman seperti itu? Apalagi ketika Tuhan tidak
menyuruh bangsa Israel berangkat, mereka tetap melaksanakan kewajiban ibadah
mereka kepada Tuhan (ay. 19).
Seperti inilah gambaran umat Tuhan yang
diinginkan oleh Tuhan. Tuhan ingin agar umatNya mengikut Tuhan secara ekstrem,
maksudnya adalah ketika Tuhan menyuruh kita untuk pergi, maka kita harus siap
untuk pergi tanpa banyak tanya dan tanpa banyak pertimbangan. Ketika Tuhan
mengutus kita untuk pergi ke suatu
tempat, entah tempat tersebut kita suka atau tidak, entah tempat
tersebut jauh atau tidak, entah tempat tersebut enak atau tidak, tetapi karena
Tuhan yang memerintahkan kita, maka kita pun taat. Saya sendiri masih belum
mencapai tingkatan seperti itu. Tetapi saya rindu kita semua belajar untuk mau
mengiring Tuhan hingga tingkatan atatu level tertinggi, yaitu taat kepada Tuhan
kapanpun, dimanapun, dan sesulit apapun, sehingga kemanapun dan kapanpun Tuhan
menyuruh kita pergi, kita selalu siap.
Bacaan Alkitab: Bilangan 9:15-23
9:15 Pada hari didirikan Kemah Suci, maka
awan itu menutupi Kemah Suci, kemah hukum Allah; dan pada waktu malam sampai
pagi awan itu ada di atas Kemah Suci, kelihatan seperti api.
9:16 Demikianlah selalu terjadi: awan itu
menutupi Kemah, dan pada waktu malam kelihatan seperti api.
9:17 Dan setiap kali awan itu naik dari atas
Kemah, maka orang Israel pun berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di
sanalah orang Israel berkemah.
9:18 Atas titah TUHAN orang Israel berangkat
dan atas titah TUHAN juga mereka berkemah; selama awan itu diam di atas Kemah
Suci, mereka tetap berkemah.
9:19 Apabila awan itu lama tinggal di atas
Kemah Suci, maka orang Israel memelihara kewajibannya kepada TUHAN, dan
tidaklah mereka berangkat.
9:20 Ada kalanya awan itu hanya tinggal
beberapa hari di atas Kemah Suci; maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan
atas titah TUHAN juga mereka berangkat.
9:21 Ada kalanya awan itu tinggal dari petang
sampai pagi; ketika awan itu naik pada waktu pagi, mereka pun berangkatlah;
baik pada waktu siang baik pada waktu malam, apabila awan itu naik, mereka pun
berangkatlah.
9:22 Berapa lama pun juga awan itu diam di
atas Kemah Suci, baik dua hari, baik sebulan atau lebih lama, maka orang Israel
tetap berkemah dan tidak berangkat; tetapi apabila awan itu naik, barulah
mereka berangkat.
9:23 Atas titah TUHAN mereka berkemah dan
atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN,
menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.