Sabtu, 22 Desember 2012

Mengikut Tuhan Secara Ekstrem



Minggu, 23 Desember 2012
Bacaan Alkitab: Bilangan 9:15-23
Dan setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israel pun berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah.” (Bil 9:17)


Mengikut Tuhan Secara Ekstrem


Salah satu risiko bekerja di suatu perusahaan yang memiliki cabang dimana-mana, seperti di bank-bank, di kementerian-kementerian, atau di instansi-instansi lainnya adalah risiko dipindah atau dimutasi ke cabang-cabang di luar kota, atau di daerah yang terpencil. Ini menjadi kendala tersendiri ketika seseorang sudah merasa nyaman atau settled di kota tempat tinggalnya saat ini. Apalagi apabila orang tersebut saat ini tinggal di kota besar (seperti Jakarta) dan tiba-tiba ia dipindahkan ke kota terpencil. Risiko itu terasa lebih “menakutkan” bagi orang-orang yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak, karena harus mempertimbangkan kebutuhan keluarga mereka (seperti sekolah anak atau pekerjaan isteri), dan terlebih adalah ketika kita dipindahkan, sebagian besar perusahaan tidak memberi tahu berapa lama orang tersebut akan berada di tempat yang baru. Orang yang dimutasi mau tidak mau harus pindah ketika diinstruksikan demikian.

Sama halnya dengan bangsa Israel ketika mereka keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah perjanjian, yaitu Kanaan. Mereka memang diberitahu tujuan mereka, yaitu menuju ke tanah Kanaan. Akan tetapi, dalam perjalanan mereka di padang gurun, mereka dipimpin oleh Allah sendiri. Sejak bangsa Israel mendirikan Kemah Suci, maka ada awan kemuliaan Tuhan yang menutupi Kemah Suci tersebut, yang pada waktu malam awan tersebut terlihat seperti tiang api yang menerangi Kemah Suci (ay. 15-16). Selain menjadi tanda kehadiran kemuliaan Tuhan, awan tersebut juga menjadi tanda dari Tuhan untuk menyuruh bangsa Israel berangkat atau berkemah. Alkitab mengatakan bahwa setiap kali awan tersebut naik dari atas Kemah, maka bangsa Israel pun akan berkemas-kemas dan berangkat, sedangkan ketika awan tersebut kemudian diam, maka bangsa Israel akan berkemah (ay. 17-18). Dengan kata lain, mereka berangkat atau tinggal semata-mata hanya berdasarkan awan kemuliaan Tuhan tersebut.

Jika saya berada di tengah-tengah bangsa Israel waktu itu, mungkin saya akan tidak sabar juga jika melihat awan tersebut diam terlalu lama. Jalur dari Mesir ke Kanaan mungkin saat itu dapat ditempuh dalam waktu sekitar dua atau tiga bulan saja dengan kecepatan normal. Walaupun Alkitab tidak memberitahu secara rinci berapa lama bangsa Israel berkemah di setiap tempat pemberhentian, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa mungkin saja bangsa Israel pernah berkemah hanya satu hari saja dan kemudian berangkat (ay. 21), atau selama beberapa hari (ay. 20), atau selama sebulan lamanya bahkan lebih (ay. 22).

Jika diibaratkan dengan kondisi saat ini, ini sih sama saja dengan kita dimutasi tanpa kejelasan. Misalkan saat ini kita bekerja di Jakarta, kemudian kita diberi tiket menuju ke Medan. Di Medan, baru satu hari kita bekerja, kemudian tiba-tiba dipindahkan ke Jayapura. Di Jayapura kita tidak tahu berapa lama berada di sana, dan ketika kita sudah mulai menikmati tinggal di sana, kita kemudian dipindahkan lagi ke Banjarmasin, dan begitu seterusnya. Siapkah kita berada di kondisi seperti itu?

Bangsa Israel mengalami masa perjalanan seperti itu selama 40 tahun lamanya selama mengembara di padang gurun. Mereka tinggal dan berangkat hanya berdasarkan awan Tuhan saja, atau dengan kata lain Tuhanlah yang menentukan berapa lama mereka tinggal dan kapan mereka harus berangkat (ay. 23). Tetapi inilah yang dinamakan mengikut Tuhan secara ekstrem. Mereka hanya mau melangkah ketika Tuhan yang menyuruh. Mereka pun diam ketika Tuhan diam. Beranikah kita memiliki iman seperti itu? Apalagi ketika Tuhan tidak menyuruh bangsa Israel berangkat, mereka tetap melaksanakan kewajiban ibadah mereka kepada Tuhan (ay. 19).

Seperti inilah gambaran umat Tuhan yang diinginkan oleh Tuhan. Tuhan ingin agar umatNya mengikut Tuhan secara ekstrem, maksudnya adalah ketika Tuhan menyuruh kita untuk pergi, maka kita harus siap untuk pergi tanpa banyak tanya dan tanpa banyak pertimbangan. Ketika Tuhan mengutus kita untuk pergi ke suatu  tempat, entah tempat tersebut kita suka atau tidak, entah tempat tersebut jauh atau tidak, entah tempat tersebut enak atau tidak, tetapi karena Tuhan yang memerintahkan kita, maka kita pun taat. Saya sendiri masih belum mencapai tingkatan seperti itu. Tetapi saya rindu kita semua belajar untuk mau mengiring Tuhan hingga tingkatan atatu level tertinggi, yaitu taat kepada Tuhan kapanpun, dimanapun, dan sesulit apapun, sehingga kemanapun dan kapanpun Tuhan menyuruh kita pergi, kita selalu siap.



Bacaan Alkitab: Bilangan 9:15-23
9:15 Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci, kemah hukum Allah; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di atas Kemah Suci, kelihatan seperti api.
9:16 Demikianlah selalu terjadi: awan itu menutupi Kemah, dan pada waktu malam kelihatan seperti api.
9:17 Dan setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israel pun berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah.
9:18 Atas titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka berkemah; selama awan itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah.
9:19 Apabila awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, maka orang Israel memelihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah mereka berangkat.
9:20 Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci; maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat.
9:21 Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; ketika awan itu naik pada waktu pagi, mereka pun berangkatlah; baik pada waktu siang baik pada waktu malam, apabila awan itu naik, mereka pun berangkatlah.
9:22 Berapa lama pun juga awan itu diam di atas Kemah Suci, baik dua hari, baik sebulan atau lebih lama, maka orang Israel tetap berkemah dan tidak berangkat; tetapi apabila awan itu naik, barulah mereka berangkat.
9:23 Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.