Sabtu, 22 Desember 2012

Ketika Tuhan Yesus Melakukan Sesuatu bagi IbuNya



Sabtu, 22 Desember 2012
Bacaan Alkitab: Yohanes 19:25-27
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"” (Yoh 19:26)


Ketika Tuhan Yesus Melakukan Sesuatu bagi IbuNya


Di Indonesia, hari ini (22 Desember) diperingati sebagai hari ibu. Saya juga kurang tahu secara persis bagaimana awalnya penentuan hari ibu setiap tanggal 22 Desember, tetapi ya karena memang sudah demikian, saya rasa memang tidak ada salahnya juga untuk merayakan hari ibu sebagai momen untuk mengingat jasa-jasa ibu kita yang  telah mengandung, melahirkan, merawat, mendidik dan membesarkan kita.

Dalam Alkitab, ada banyak ayat yang berbicara tentang ibu. Ada ayat tentang bagaimana kita harus menghormati ayah dan ibu kita (Kel 20:12, Ef 6:2), atau tentang nasehat agar kita tidak menyia-nyiakan ajaran ibu kita (Ams 1:8 dan 6:20). Akan tetapi ketika saya hendak menulis renungan ini saya teringat suatu ayat yang menurut saya luar biasa, yaitu bagaimana Yesus “memperlakukan” ibuNya, Maria, sesaat sebelum kematianNya.

Maria adalah ibu Yesus. Jika kita pernah membaca kisah kelahiran Yesus, maka kita akan mengerti betapa berat beban yang harus ditanggung Maria ketika ia memutuskan untuk mau menjadi ibu Yesus. Ia yang saat itu masih perawan dan masih dalam status bertunangan dengan Yusuf (Luk 1:27) harus hamil dan mengandung Yesus (Luk 1:31 & 35). Ia harus melahirkan Yesus di dalam palungan di karena tidak mendapatkan tempat di penginapan (Luk 2:7). Maria pun menjalankan tugas sebagai ibu Yesus hingga akhirnya Yesus pun disalibkan. Bayangkan perasaan Maria, yang mungkin sebelumnya bangga menjadi ibu dari sang Mesias, tetapi justru ia harus melihat anaknya sendiri tergantung di atas kayu salib.

Saat Yesus disalib, hanya ada beberapa wanita yang berdiri di dekat salib Yesus. Injil Yohanes mengatakan bahwa Maria ibu Yesus juga berdiri dekat dengan salib Yesus bersama-sama dengan Maria Madgalena, bersama dengan Yohanes, murid yang dikasihiNya (ay. 25 & 26a). Dalam ayat lain justru disebutkan orang-orang lain yang mengenal dekat Yesus justru berdiri dari jauh (Luk 23:49). Saya sangat yakin bahwa Maria ibu Yesus dan Yohanes berdiri cukup dekat dengan Yesus, karena jika tidak maka suara Yesus tidak akan dapat didengar dengan jelas. Oleh karena itu saya juga sangat yakin bahwa Maria ibu Yesus melihat segala penderitaan Yesus, bahkan luka-luka dan darah pada tangan dan kakiNya, serta luka akibat mahkota duri di kepalaNya. Maria ibu Yesus pastilah tidak tahan melihat penderitaan anakNya itu, tetapi karena ia tahu bahwa Yesus memang harus mati maka ia pun menahan segala sesuatunya.

Yesus tahu apa yang ada di pikiran Maria ibu Yesus. Yesus tahu bahwa secara manusia jasmani, ia mungkin sudah tidak dapat lagi membantu ibuNya karena ia memang harus mati demi menyelamatkan manusia. Oleh karena itu, Yesus pun melakukan sesuatu yang luar biasa, yaitu berkata kepada ibuNya, “Ibu, inilah anakmu” agar menjadikan Yohanes menjadi anaknya, menggantikan Yesus dengan (ay. 26b). Di sisi lain, ia juga berkata kepada Yohanes “inilah ibumu” (ay. 27a). Alkitab mengatakan bahwa sejak saat itu Yohanes pun menerima Maria ibu Yesus di dalam rumahnya (ay. 27b). Dengan kata lain, sejak saat itu Maria ibu Yesus menjadi ibu juga bagi Yohanes dan Yohanes pun menjadikan Maria sebagai ibunya.

Yesus tahu bahwa hidupnya di dunia ini sangat singkat, yaitu hanya 33,5 tahun saja. Yesus tahu bahwa Ia tidak mungkin bisa merawat ibuNya di masa tua sebagaimana manusia lainnya. Oleh karena itu Yesus melakukan apa yang Ia bisa, yaitu meminta Yohanes, murid yang sangat dikasihiNya untuk merawat Maria, ibu yang sangat dikasihiNya. Yesus tidak menyerahkan ibuNya kepada murid lainnya, tetapi hanya kepada Yohanes. Mungkin tidak kebetulan juga ketika kita melihat Yohanes adalah murid Yesus (dari kedua belas murid atau rasul) yang usia hidupnya paling lama, dan saya yakin walaupun tidak disebutkan secara eksplisit di Alkitab, Yohanes pun merawat Maria ibu Yesus hingga saat Maria meninggal dunia. Yohanes sebagai murid yang paling dikasihi Tuhan Yesus mendapatkan kehormatan sebagai murid Yesus dengan usia hidup paling lama, mendapat penglihatan tentang akhir zaman (yang ditulis dalam kitab Wahyu), dan mendapat kehormatan merawat Maria ibu Yesus. Bahkan Yohanes sendiri sampai menulis satu kitab khusus (Kitab 2 Yohanes) yang ditujukan bagi Maria ibu Yesus, yang saat itu juga sudah menjadi ibu dari Yohanes juga (2 Yoh 1:1).

Jika Tuhan Yesus saja memiliki suatu rasa sayang yang luar biasa terhadap ibuNya, bukankah kita juga seharusnya memiliki sikap seperti itu? Tuhan Yesus pun memikirkan ibuNya hingga pada saat-saat terakhirNya di atas kayu salib, ia masih sempat melakukan sesuatu bagi ibuNya, agar ibuNya pun tetap ada yang menjaga hingga masa tuanya. Bagaimana dengan kita? Di momen hari ibu ini sudahkah kita melakukan sesuatu bagi ibu kita? Tidak usah hal-hal yang sulit, tetapi dengan mengucapkan selamat hari ibu, atau membiarkan ibu kita beristirahat di hari ini, atau membuatkan makanan kesukaan ibu kita, atau datang mengunjungi ibu kita (bagi kita yang tinggal berjauhan dengan ibu kita), saya yakin hal itu sudah merupakan suatu sukacita bagi ibu kita.


Bacaan Alkitab: Yohanes 19:25-27
19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.