Jumat, 28 Desember 2012

Ketika Bapa Menghajar Kita



Kamis, 27 Desember 2012
Bacaan Alkitab: Ibrani 12:9-11
Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” (Ibr 12:10)


Ketika Bapa Menghajar Kita


Anak saya yang berusia delapan bulan, saat ini sedang senang-senangnya merangkak ke sana-sini. Seringkali ketika anak saya sedang berada di atas tempat tidur, ia merangkak ke arah tepi tempat tidur. Tentu saja saya atau isteri saya yang sedang ada di dekatnya segera mengangkatnya agar tidak meneruskan usahanya tersebut. Beberapa kali anak saya marah karena saya perlakukan demikian, tetapi saya tahu bahwa saya akan tetap melakukannya karena jika tidak demikian maka ia akan jatuh dari atas tempat tidur ke lantai, dan dampaknya akan sangat buruk bagi dirinya. Saya berpikir, ini juga yang dialami Allah ketika ia mendidik kita sebagai anak-anakNya. Saya yakin bahwa Allah adalah “Bapa terbaik” di seluruh dunia ini. Jika saya saja yang adalah manusia biasa pasti ingin yang terbaik bagi anak-anak saya, apalagi Allah Bapa tentu akan merencanakan yang terbaik bagi anak-anakNya.

Saya kemudian teringat bahwa memang saya selalu membiarkan anak saya merangkak kemana-mana di lantai, sepanjang hal tersebut tidak membahayakan dirinya. Akan tetapi ketika anak saya sudah mendekati hal yang berbahaya, tentu saja saya akan menahannya agar tidak melanjutkan usahanya, walaupun bagaimana pun ia menangis dan meronta-ronta, saya akan tetap tidak mengizinkannya demi kebaikannya. Demikian juga dengan Allah Bapa kita. Allah akan membiarkan kita selama kita berjalan tidak menyimpang dari jalan yang telah Allah tetapkan. Akan tetapi ketika kita mulai melangkah keluar dan menyimpang dari jalan kita yang seharusnya, maka Allah akan menghajar kita agar kita tidak salah melangkah.

Tentu saja semua orang menyadari tentang peran seorang bapa (ayah) jasmani yang pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Bahkan ketika seorang ayah harus menghukum anaknya, pasti ia menghukum dengan tujuan yang baik, yaitu agar anaknya tidak salah jalan dan bisa belajar untuk lebih baik lagi. Jika demikian, sudahkah kita memiliki pandangan yang sama kepada Allah Bapa kita? Bukankah kita juga seharusnya tetap taat kepada Allah Bapa, walaupun Ia mungkin menghajar kita (ay. 9)?

Seorang ayah memang dapat menghajar anak-anaknya, dengan tujuan yang baik supaya kita tidak salah melangkah di dunia ini. Tetapi ketika Allah Bapa menghajar kita, bukan berarti Allah Bapa benci kepada kita, tetapi semata-mata karena Allah ingin kita hidup dalam jalanNya, dalam rencanaNya, dan tidak menyimpang dari kehendakNya bagi kita. Allah Bapa menghajar kita agar kita semakin kuat berakar dalam Dia dan kita beroleh bagian dalam kekudusanNya (ay. 10).

Memang setiap ganjaran dan hajaran dari orang tua itu pasti tidak akan disukai anak. Hal itu karena perbedaan sudut pandang antara anak dengan orang tua. Anak yang masih kecil pada umumnya suka melakukan apa yang ia inginkan, tanpa mempertimbangkan dampak dari perbuatannya. Anak kecil (apalagi yang seusia anak saya) pasti tidak suka jika keinginannya dikekang bukan? Sama halnya dengan anak-anak Tuhan. Ganjaran dari Tuhan tentu tidak enak, tetapi jika kita mengerti maksud Tuhan di balik itu semua, kita pasti akan bersyukur bahwa Tuhan telah menghajar dan memberi ganjaran bagi kita (ay. 11).

Sebenarnya, jika seseorang sudah dewasa, maka ia akan dapat menerima hukuman dan ganjaran ketika ia memang telah melakukan kesalahan. Akan tetapi seorang anak yang masih kecil dan belum dewasa tentu akan protes ketika ia dihukum, walaupun hukuman tersebut diberikan karena kenakalannya sendiri. Sama dengan anak-anak Tuhan secara rohani. Seorang anak Tuhan yang sudah dewasa secara rohani, tentu dapat menerima ketika Tuhan menghajar dirinya. Akan tetapi seorang anak Tuhan yang masih kanak-kanak secara rohani, yang masih belum dapat makan makanan keras dan masih minum susu (1 Kor 3:2), tentu tidak akan mau dihajar oleh Tuhan. Ketika Tuhan menghajar orang-orang yang masih kanak-kanak secara rohani, biasanya orang tersebut akan protes, kemudian mundur dari gereja atau persekutuan. Ini adalah sikap yang kekanak-kanakan dan  tidak dewasa sama sekali.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah bersikap selayaknya anak Tuhan yang sudah dewasa ataukah masih suka bersikap seperti kanak-kanak yang mudah ngambek dan protes ketika Tuhan menghajar kita? Mari kita instropeksi diri kita masing-masing. Allah tidak akan mungkin menghajar kita tanpa suatu alasan. Jika kita dihajar Tuhan, mungkin itu karena kita memang salah dan berdosa kepada Tuhan, atau kita akan melangkah keluar dari jalan Tuhan, atau memang Tuhan ingin mendidik kita dan membuat kita naik tingkat. Mari kita paham tentang hal ini, sehingga ketika ganjaran Tuhan itu datang, kita dapat menghadapinya dengan dewasa.


Bacaan Alkitab: Ibrani 12:9-11
12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.