Kamis, 27 Desember 2012
Bacaan Alkitab: Ibrani 12:9-11
“Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang
pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita
untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” (Ibr
12:10)
Ketika Bapa Menghajar Kita
Anak saya yang berusia delapan bulan, saat
ini sedang senang-senangnya merangkak ke sana-sini. Seringkali ketika anak saya
sedang berada di atas tempat tidur, ia merangkak ke arah tepi tempat tidur.
Tentu saja saya atau isteri saya yang sedang ada di dekatnya segera
mengangkatnya agar tidak meneruskan usahanya tersebut. Beberapa kali anak saya
marah karena saya perlakukan demikian, tetapi saya tahu bahwa saya akan tetap
melakukannya karena jika tidak demikian maka ia akan jatuh dari atas tempat
tidur ke lantai, dan dampaknya akan sangat buruk bagi dirinya. Saya berpikir,
ini juga yang dialami Allah ketika ia mendidik kita sebagai anak-anakNya. Saya
yakin bahwa Allah adalah “Bapa terbaik” di seluruh dunia ini. Jika saya saja
yang adalah manusia biasa pasti ingin yang terbaik bagi anak-anak saya, apalagi
Allah Bapa tentu akan merencanakan yang terbaik bagi anak-anakNya.
Saya kemudian teringat bahwa memang saya
selalu membiarkan anak saya merangkak kemana-mana di lantai, sepanjang hal
tersebut tidak membahayakan dirinya. Akan tetapi ketika anak saya sudah
mendekati hal yang berbahaya, tentu saja saya akan menahannya agar tidak
melanjutkan usahanya, walaupun bagaimana pun ia menangis dan meronta-ronta,
saya akan tetap tidak mengizinkannya demi kebaikannya. Demikian juga dengan
Allah Bapa kita. Allah akan membiarkan kita selama kita berjalan tidak
menyimpang dari jalan yang telah Allah tetapkan. Akan tetapi ketika kita mulai
melangkah keluar dan menyimpang dari jalan kita yang seharusnya, maka Allah
akan menghajar kita agar kita tidak salah melangkah.
Tentu saja semua orang menyadari tentang
peran seorang bapa (ayah) jasmani yang pasti ingin yang terbaik untuk
anak-anaknya. Bahkan ketika seorang ayah harus menghukum anaknya, pasti ia
menghukum dengan tujuan yang baik, yaitu agar anaknya tidak salah jalan dan
bisa belajar untuk lebih baik lagi. Jika demikian, sudahkah kita memiliki
pandangan yang sama kepada Allah Bapa kita? Bukankah kita juga seharusnya tetap
taat kepada Allah Bapa, walaupun Ia mungkin menghajar kita (ay. 9)?
Seorang ayah memang dapat menghajar
anak-anaknya, dengan tujuan yang baik supaya kita tidak salah melangkah di
dunia ini. Tetapi ketika Allah Bapa menghajar kita, bukan berarti Allah Bapa
benci kepada kita, tetapi semata-mata karena Allah ingin kita hidup dalam
jalanNya, dalam rencanaNya, dan tidak menyimpang dari kehendakNya bagi kita.
Allah Bapa menghajar kita agar kita semakin kuat berakar dalam Dia dan kita
beroleh bagian dalam kekudusanNya (ay. 10).
Memang setiap ganjaran dan hajaran dari orang
tua itu pasti tidak akan disukai anak. Hal itu karena perbedaan sudut pandang
antara anak dengan orang tua. Anak yang masih kecil pada umumnya suka melakukan
apa yang ia inginkan, tanpa mempertimbangkan dampak dari perbuatannya. Anak
kecil (apalagi yang seusia anak saya) pasti tidak suka jika keinginannya
dikekang bukan? Sama halnya dengan anak-anak Tuhan. Ganjaran dari Tuhan tentu
tidak enak, tetapi jika kita mengerti maksud Tuhan di balik itu semua, kita
pasti akan bersyukur bahwa Tuhan telah menghajar dan memberi ganjaran bagi kita
(ay. 11).
Sebenarnya, jika seseorang sudah dewasa, maka
ia akan dapat menerima hukuman dan ganjaran ketika ia memang telah melakukan
kesalahan. Akan tetapi seorang anak yang masih kecil dan belum dewasa tentu
akan protes ketika ia dihukum, walaupun hukuman tersebut diberikan karena
kenakalannya sendiri. Sama dengan anak-anak Tuhan secara rohani. Seorang anak
Tuhan yang sudah dewasa secara rohani, tentu dapat menerima ketika Tuhan menghajar
dirinya. Akan tetapi seorang anak Tuhan yang masih kanak-kanak secara rohani,
yang masih belum dapat makan makanan keras dan masih minum susu (1 Kor 3:2),
tentu tidak akan mau dihajar oleh Tuhan. Ketika Tuhan menghajar orang-orang
yang masih kanak-kanak secara rohani, biasanya orang tersebut akan protes,
kemudian mundur dari gereja atau persekutuan. Ini adalah sikap yang
kekanak-kanakan dan tidak dewasa sama
sekali.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah
bersikap selayaknya anak Tuhan yang sudah dewasa ataukah masih suka bersikap
seperti kanak-kanak yang mudah ngambek dan protes ketika Tuhan menghajar kita? Mari kita
instropeksi diri kita masing-masing. Allah tidak akan mungkin menghajar kita
tanpa suatu alasan. Jika kita dihajar Tuhan, mungkin itu karena kita memang
salah dan berdosa kepada Tuhan, atau kita akan melangkah keluar dari jalan
Tuhan, atau memang Tuhan ingin mendidik kita dan membuat kita naik tingkat.
Mari kita paham tentang hal ini, sehingga ketika ganjaran Tuhan itu datang,
kita dapat menghadapinya dengan dewasa.
Bacaan Alkitab: Ibrani 12:9-11
12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang
sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah
kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu
yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar
kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia
diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih
olehnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.