Jumat, 21 Desember 2012

Keras tetapi Sekaligus Lemah Lembut



Kamis, 20 Desember 2012
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 10:1-6
Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.” (2 Kor 10:1)


Keras tetapi Sekaligus Lemah Lembut


Jika para pembaca renungan ini bertemu dengan saya muka dengan muka, mungkin saudara akan terkejut melihat saya yang memiliki gaya bicara yang berbeda dengan gaya menulis saya. Memang saya sadari semua orang memiliki talenta masing-masing. Ada orang yang memiliki talenta berbicara di depan orang dan bisa mengajak orang lain melalui kata-kata yang diucapkannya. Ada juga orang yang memiliki talenta menulis sesuatu daripada berbicara langsung di depan orang. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan kelebihan kita dan meminimalkan kelemahan kita tersebut untuk memuliakan Tuhan.

Ada sesuatu hal yang menarik, yaitu Paulus sendiri mengatakan bahwa ketika ia dekat (dapat bertemu jemaat secara muka dengan muka), maka seringkali Paulus menyatakan diri sebagai orang yang lemah lembut. Akan tetapi ketika ia jauh (tidak bisa bertemu langsung dengan jemaat), maka Paulus pun bisa menulis dengan keras kepada jemaat tersebut (ay. 1). Paulus bersikap seperti ini bukan karena Paulus tidak bisa keras, melainkan karena kasih Kristus yang lemah lembut.

Paulus bisa saja bersikap keras kepada jemaat (ay. 2), tetapi Paulus tidak ingin menggunakan “kekerasan” kepada jemaat kecuali dalam hal tertentu seperti ketika terkait dengan standar rohani yang tinggi. Paulus mengingatkan kepada jemaat bahwa mereka memang masih hidup di dunia, tetapi mereka tidak boleh laru dengan standar dunia (ay. 3). Perjuangan mereka di dunia ini bukanlah secara duniawi tetapi lebih secara rohani (ay. 4), yaitu dengan mengandalkan kuasa Allah.

Paulus sadar bahwa dalam segala sesuatu, Tuhan telah memperlengkapi dirinya. Paulus mungkin sadar bahwa ia bisa menulis dengan baik, tetapi ia juga memiliki kemampuan mengajar dan berbicara di muka umum dengan baik, dan ia pun menggunakan kedua talenta tersebut dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, karena Paulus juga sedang di dalam penjara, maka ia harus menggunakan talenta menulisnya jauh lebih banyak daripada talenta berbicara, karena dengan tulisan-tulisannya Paulus dapat menyampaikan pokok-pokok dan prinsip-prinsip Kekristenan kepada para jemaat.

Melalui cara itulah Paulus mematahkan setiap siasat yang menentang Allah dan tidak berasal dari Allah (ay. 5). Semua dosa, kejahatan, kedurhakaan pun siap untuk dibongkar melalui tulisan dan khotbah-khotbah Paulus (ay. 6). Inilah yang menjadi tujuan Paulus, yaitu agar nama Tuhan dimuliakan melalui setiap tulisan dan perkataan Paulus. Seringkali Paulus keras dalam tulisannya, akan tetapi ketika bertemu dengan jemaat, ia dapat menjadi seorang pemimpin yang mengayomi. Keras dan lemah lembut pun dapat bersatu dalam diri Paulus. Paulus tahu kapan waktunya keras dan kapan waktunya lemah lembut. Lemah lembut di sini bukan berarti lemah dan berkompromi terhadap dosa. Terhadap dosa, Paulus sangat keras, akan tetapi ketika berbicara tentang kasih, Paulus pun mampu menunjukkannya.

Jika kita adalah pelayan Tuhan atau hamba Tuhan, mungkin sudah saatnya kita juga belajar menyeimbangkan kedua sifat ini. Ada saatnya kita harus bersikap keras, ada saatnya kita harus bersikap lemah lembut. Paulus bersikap seperti itu bukan karena ia plin plan, tetapi karena memang itulah yang terbaik yang bisa ia lakukan bagi jemaat Tuhan dan bagi pekerjaan Tuhan. Sudahkah kita melakukan yang terbaik dalam hidup kita bagi Tuhan? Keras terhadap dosa, tetapi lemah lembut di dalam kebenaran, niscaya Tuhan akan menyertai pelayanan kita dan memakai pelayanan kita dengan lebih luar biasa.


Bacaan Alkitab: 2 Korintus 10:1-6
10:1 Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.
10:2 Aku meminta kepada kamu: jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup secara duniawi.
10:3 Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
10:4 karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
10:6 dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.