Kamis, 20 Desember 2012
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 10:1-6
“Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila
berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku
memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.” (2 Kor 10:1)
Keras tetapi Sekaligus Lemah Lembut
Jika para pembaca renungan ini bertemu dengan
saya muka dengan muka, mungkin saudara akan terkejut melihat saya yang memiliki
gaya bicara yang berbeda dengan gaya menulis saya. Memang saya sadari semua
orang memiliki talenta masing-masing. Ada orang yang memiliki talenta berbicara
di depan orang dan bisa mengajak orang lain melalui kata-kata yang
diucapkannya. Ada juga orang yang memiliki talenta menulis sesuatu daripada
berbicara langsung di depan orang. Masing-masing punya kelebihan dan
kekurangan. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan kelebihan kita dan meminimalkan
kelemahan kita tersebut untuk memuliakan Tuhan.
Ada sesuatu hal yang menarik, yaitu Paulus
sendiri mengatakan bahwa ketika ia dekat (dapat bertemu jemaat secara muka
dengan muka), maka seringkali Paulus menyatakan diri sebagai orang yang lemah
lembut. Akan tetapi ketika ia jauh (tidak bisa bertemu langsung dengan jemaat),
maka Paulus pun bisa menulis dengan keras kepada jemaat tersebut (ay. 1). Paulus
bersikap seperti ini bukan karena Paulus tidak bisa keras, melainkan karena
kasih Kristus yang lemah lembut.
Paulus bisa saja bersikap keras kepada jemaat
(ay. 2), tetapi Paulus tidak ingin menggunakan “kekerasan” kepada jemaat kecuali
dalam hal tertentu seperti ketika terkait dengan standar rohani yang tinggi.
Paulus mengingatkan kepada jemaat bahwa mereka memang masih hidup di dunia,
tetapi mereka tidak boleh laru dengan standar dunia (ay. 3). Perjuangan mereka
di dunia ini bukanlah secara duniawi tetapi lebih secara rohani (ay. 4), yaitu
dengan mengandalkan kuasa Allah.
Paulus sadar bahwa dalam segala sesuatu,
Tuhan telah memperlengkapi dirinya. Paulus mungkin sadar bahwa ia bisa menulis dengan
baik, tetapi ia juga memiliki kemampuan mengajar dan berbicara di muka umum
dengan baik, dan ia pun menggunakan kedua talenta tersebut dengan
sebaik-baiknya. Akan tetapi, karena Paulus juga sedang di dalam penjara, maka
ia harus menggunakan talenta menulisnya jauh lebih banyak daripada talenta
berbicara, karena dengan tulisan-tulisannya Paulus dapat menyampaikan
pokok-pokok dan prinsip-prinsip Kekristenan kepada para jemaat.
Melalui cara itulah Paulus mematahkan setiap
siasat yang menentang Allah dan tidak berasal dari Allah (ay. 5). Semua dosa,
kejahatan, kedurhakaan pun siap untuk dibongkar melalui tulisan dan
khotbah-khotbah Paulus (ay. 6). Inilah yang menjadi tujuan Paulus, yaitu agar
nama Tuhan dimuliakan melalui setiap tulisan dan perkataan Paulus. Seringkali
Paulus keras dalam tulisannya, akan tetapi ketika bertemu dengan jemaat, ia
dapat menjadi seorang pemimpin yang mengayomi. Keras dan lemah lembut pun dapat
bersatu dalam diri Paulus. Paulus tahu kapan waktunya keras dan kapan waktunya
lemah lembut. Lemah lembut di sini bukan berarti lemah dan berkompromi terhadap
dosa. Terhadap dosa, Paulus sangat keras, akan tetapi ketika berbicara tentang
kasih, Paulus pun mampu menunjukkannya.
Jika kita adalah pelayan Tuhan atau hamba
Tuhan, mungkin sudah saatnya kita juga belajar menyeimbangkan kedua sifat ini.
Ada saatnya kita harus bersikap keras, ada saatnya kita harus bersikap lemah
lembut. Paulus bersikap seperti itu bukan karena ia plin plan, tetapi karena
memang itulah yang terbaik yang bisa ia lakukan bagi jemaat Tuhan dan bagi
pekerjaan Tuhan. Sudahkah kita melakukan yang terbaik dalam hidup kita bagi
Tuhan? Keras terhadap dosa, tetapi lemah lembut di dalam kebenaran, niscaya Tuhan
akan menyertai pelayanan kita dan memakai pelayanan kita dengan lebih luar
biasa.
Bacaan Alkitab: 2 Korintus 10:1-6
10:1 Aku, Paulus, seorang yang tidak berani
bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan,
aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.
10:2 Aku meminta kepada kamu: jangan kamu
memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat
bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup
secara duniawi.
10:3 Memang kami masih hidup di dunia, tetapi
kami tidak berjuang secara duniawi,
10:4 karena senjata kami dalam perjuangan
bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa
Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan
merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang
pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada
Kristus,
10:6 dan kami siap sedia juga untuk menghukum
setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.