Rabu, 01 Maret 2017

Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (16): Merasa Diri Bebas dari Hukuman



Jumat, 3 Maret 2017
Bacaan Alkitab: Matius 23:33-36
Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? (Mat 23:33)


Ciri Ahli Taurat dan Orang Farisi (16): Merasa Diri Bebas dari Hukuman


Salah satu kelemahan para pemimpin agama adalah mereka merasa lebih suci dan lebih dekat dengan Tuhan karena posisi mereka. Mereka merasa bahwa karena mereka lebih banyak mengerti kitab suci, lebih banyak hafal ayat kitab suci, lebih banyak berbicara di depan umat, dan lebih banyak melakukan ibadah, maka mereka tentu sudah dipandang lebih mulia di mata Tuhan. Ironisnya, banyak pemimpin agama yang dengan mudah “menghakimi” orang lain (bisa umatnya sendiri, orang yang seagama tetapi berbeda aliran, atau orang yang berbeda agama) dan mengatakan bahwa orang-orang seperti itu suatu saat akan dihukum oleh Tuhan karena tidak suci seperti dirinya.
Padahal dalam ayat bacaan Alkitab kita hari ini, kita melihat bagaimana Tuhan Yesus mengkritik para ahli Taurat dan orang Farisi bahwa mereka pun sebagai pemimpin umat dan juga pengajar umat tidak mungkin akan luput dari hukuman (ay. 33). Faktanya adalah bahwa semua manusia, siapapun ia, harus menghadap tahta pengadilan Allah. Semua orang, termasuk pendeta, pengkhotbah, guru agama, dan juga doktor teologi sekalipun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Tuhan suatu saat nanti.

Memang Tuhan Yesus pun telah mati di atas kayu salib untuk menebus semua dosa-dosa kita. Namun demikian, hal tersebut bukan berarti bahwa kita bebas berbuat dosa dan menyia-nyiakan kasih karunia Allah. Oleh karena itu, sebagai orang yang hidupnya sudah ditebus oleh Tuhan Yesus, maka kita harus lebih berhati-hati dalam kehidupan, supaya jangan sampai kita melukai hati-Nya melalui perbuatan, perkataan, dan bahkan pikiran kita.

Dalam hal ini, meskipun pada saat itu para ahli Taurat dan orang Farisi belum melakukan dosa secara perbuatan (belum membunuh Tuhan Yesus), akan tetapi Tuhan Yesus melihat hati mereka yang sudah penuh dengan kejahatan, yang disebabkan karena rasa iri hati. Sikap ini ternyata juga diwarisi dari nenek moyang mereka yang selama ini hidup dalam kejahatan, yaitu membunuh nabi-nabi yang Tuhan utus. Bahkan Tuhan Yesus mengatakan bahwa pada  masa yang akan datang, mereka (para ahli Taurat dan orang Farisi) akan menganiaya orang-orang benar dan bahkan membunuh mereka (ay. 24). Hal ini terbukti pada masa gereja mula-mula, ketika para ahli Taurat dan orang Farisi (antara lain Saulus) yang berusaha menangkap orang percaya karena dianggap sebagai musuh agama Yahudi. Roh antikristus ini juga pada akhirnya nanti berkembang menganiaya umat percaya di seluruh kerajaan Romawi, karena umat Kristen dianggap sebagai musuh negara.

Apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi ini sebenarnya sangat layak untuk dihukum. Sejak zaman nenek moyang mereka, mereka telah membunuh orang-orang benar, mulai dari Habel hingga Zakharia anak Berekhya (ay. 25a). Lebih sadis lagi, Zakharia dibunuh di pelataran Bait Suci, yaitu di antara tempat kudus dan mezbah (ay. 25b). Bayangkan jika ada pemimpin agama yang menyuruh untuk membunuh orang lain (yang tidak berpandangan sama dengan pemimpin agama tersebut) di tempat suci atau tempat ibadah mereka. Itu adalah suatu kejahatan yang sangat keji. Tempat ibadah yang seharusnya menjadi tempat untuk mencari dan bertemu dengan Tuhan justru dijadikan tempat untuk melakukan kejahatan. Tidak salah jika Tuhan Yesus berkata: “Semua akan ditanggung oleh angkatan ini!”, karena pada masa itu, apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi sungguh amat jahat di mata Tuhan (ay. 26). Hal ini digenapi sekitar 40 tahun kemudian, yaitu pada tahun 70 Masehi dimana Yerusalem akhirnya dihancurleburkan oleh pasukan Romawi. Selanjutnya, bangsa Yahudi pun tersebar ke seluruh penjuru dunia, mengembara di berbagai bangsa dan negara, hingga akhirnya pada tahun 1948, mereka baru kembali lagi ke tanah Kanaan.

Satu hal yang pasti, tidak ada seorang pun yang melakukan kejahatan yang luput dari hukuman. Apakah orang itu jemaat biasa, seorang pelayan Tuhan, seorang pengkhotbah, seorang pendeta, ataupun seorang sarjana teologi atau doktor teologi sekalipun, jika orang itu salah maka pasti ada hukuman Tuhan. Ini adalah konsekuensi dari hukum tabur tuai, yaitu apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal 6:7). Tentu dalam hal ini, Tuhan pasti maha adil. Tuhan tentu tidak akan menuntut orang Kristen yang baru percaya untuk sempurna. Tetapi jika ada seorang pemimpin agama yang sudah tahu ayat-ayat Alkitab tetapi masih melakukan kejahatan yang sangat mendasar (misal: mencuri, membunuh, berzinah, dan lain sebagainya), tentu saja Tuhan pasti menuntut orang tersebut dengan tuntutan yang lebih berat, karena orang itu sudah mengerti perintah Tuhan dan terkait dengan posisinya sebagai pemimpin umat. Ini juga berlaku bagi para ahli Taurat dan orang Farisi, dimana mereka sebenarnya sudah tahu apa yang benar dan seharusnya menjadi pemimpin umat yang diteladani. Ketika mereka salah karena melakukan kejahatan (yaitu membungkam orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka, bahkan membunuhnya), maka tentu hukuman Tuhan pasti akan lebih berat (Luk 12:48).



Bacaan Alkitab: Matius 23:33-36
23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
23:34 Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota,
23:35 supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah.
23:36 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.