Minggu, 18 Desember 2011

Jika Tuhan Mau, Tuhan Dapat Menjawab Doa Kita


Selasa, 13 Desember 2011
Bacaan Alkitab: Markus 1:40-45
"Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."" (Mrk 1:41)


Jika Tuhan Mau, Tuhan Dapat Menjawab Doa Kita


Kisah Alkitab kita pada hari ini bercerita tentang bagaimana seseorang yang sakit kusta datang kepada Yesus. Dalam kisah Alkitab terutama di Perjanjian Lama, penyakit kusta merupakan hukuman Allah atas dosa seseorang. Seseorang yang terkena penyakit kusta adalah orang yang najis, dan orang tersebut harus tinggal di luar perkemahan, atau dengan kata lain harus hidup terasing dari orang lainnya, termasuk dari keluarganya (Im 13:45-46). Itulah mengapa ketika Alkitab mengatakan bahwa ada orang kusta yang datang kepada Yesus, Alkitab mau mengatakan bagaimana usaha orang tersebut untuk mau disembuhkan.

Bayangkan kondisi pada zaman di mana Tuhan Yesus hidup, mungkin ketika Yesus sedang mengajar orang banyak, tiba-tiba ada orang kusta yang mendekat kepada Tuhan Yesus. Pastilah banyak orang banyak yang sehat akan lari ketakutan karena takut tertular penyakit kusta orang tersebut. Pastilah banyak orang yang marah kepada orang tersebut, karena seharusnya orang yang kena penyakit kusta tidak boleh datang mendekat kepada orang yang sehat, malahan ketika ada orang sehat yang tidak sengaja datang mendekat ke orang yang terkena kusta tersebut, orang kusta itu harus berkata “najis, najis” agar orang yang tidak sengaja mendekat tahu bahwa ia sedang mendekati seseorang yang sakit kusta.

Tetapi orang yang sakit kusta ini berbeda. Ia datang kepada Yesus, dan berlutut dan berkata kepada Yesus, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku” (ay. 40). Dapat dikatakan bahwa orang ini adalah orang yang cukup nekad. Pernahkah ketika kita sakit, kita nekad mendatangi rumah seorang pendeta yang terkenal untuk minta didoakan olehnya? Saya rasa kita pun tidak akan bertindak senekad orang tersebut bukan? Kita pasti akan berpikir dua kali bahkan lebih sebelum kita memutuskan untuk nekad mendatangi rumah pendeta tersebut. Tetapi orang yang sakit kusta ini tentu saja tidak hanya bertindak karena nekad, tetapi ia juga bertindak karena imannya kepada Tuhan Yesus.

Satu hal yang cukup menarik adalah ucapannya kepada Yesus. Ia tidak berteriak-teriak, “Yesus, sembuhkanlah aku!”, tetapi ia berkata, “Jika Engkau [Tuhan Yesus] mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Ucapannya adalah ucapan yang memposisikan Yesus sebagai Tuhan. Orang itu tentunya tahu bahwa Tuhan Yesus mampu menyembuhkan siapapun dari penyakit apapun, permasalahannya adalah apakah Tuhan Yesus mau menyembuhkan dirinya dari penyakit kusta tersebut.

Tuhan Yesus pun tergerak hatinya oleh belas kasihan (ay. 41), dan singkat cerita Tuhan Yesus pun mau menyembuhkan orang tersebut (ay. 42). Setelah menyembuhkan orang tersebut dari penyakit kustanya, selain Tuhan Yesus meminta orang tersebut untuk tidak memberitahukan tentang hal ini kepada orang lain, Tuhan Yesus juga meminta orang tersebut untuk tetap melakukan kewajiban keagamaan Yahudinya, yaitu memperlihatkan kepada imam dan mempersembahkan korban untuk kesembuhan dari penyakitnya itu. Tuhan ingin agar orang tersebut tidak hanya sembuh dari penyakit kustanya begitu saja, tetapi Tuhan Yesus juga ingin agar ia dapat kembali diterima di masyarakat. Saat itu, satu-satunya orang yang dapat menyatakan  bahwa status seseorang telah sembuh dari kusta adalah para  imam, sesuai dengan hukum Taurat yang diperintahkan oleh Musa kepada bangsa Israel (Im 14:1-32).

Ketika saya membaca kisah ini, saya kagum dengan sikap orang kusta itu yang meminta Tuhan untuk menyembuhkannya dengan kata-kata yang luar biasa. Bukankah kita pun meminta sesuatu kepada Tuhan dengan sikap yang tidak semestinya? Ketika kita meminta sesuatu, kita memintanya dengan ngotot, seakan-akan kita meminta sesuatu kepada pembantu kita. Seringkali saya dan anda meminta sesuatu seperti ini, “Tuhan, saya minta Tuhan memberkati saya dengan A, B, C, D, E, dan seterusnya...”. Bahkan mungkin secara tidak sadar kita merasa diri kita lebih tahu daripada Tuhan sendiri dengan berkata, “Tuhan, aku ingin punya isteri yang putih, cantik, tinggi, kaya, pintar memasak, dan seterusnya...”. Bukankah Tuhan pasti lebih tahu apa yang kita perlukan daripada kita sendiri? Tidak salah memang meminta kepada Tuhan, tetapi mari kita juga boleh meminta kepada Tuhan seperti orang yang sakit kusta tersebut, “Jika Tuhan mau, Tuhan dapat menjawab doaku ini dan memberkati aku dalam kehidupanku”. Bukankah itu lebih baik? Ingat bahwa kita berdoa kepada Tuhan di atas segala Tuhan. Ia adalah Tuhan yang berkuasa, bukan pembantu kita yang harus selalu melakukan apa yang kita inginkan. Kalau Tuhan mau dan berkenan akan permohonan kita, pasti Tuhan akan mampu mengabulkan apapun yang kita minta kepada Tuhan.



Bacaan Alkitab: Markus 1:40-45
1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.