Selasa, 27
Desember 2011
Bacaan
Alkitab: 1 Raja-Raja 19:11-14
“Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak
ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi
basa.” (1 Raj 19:12)
Menemukan Tuhan dalam Ketenangan
Apa yang biasanya kita lakukan dalam masa-masa Natal ini? Apakah kita suka
menghadiri perayaan-perayaan Natal yang diadakan di berbagai Gereja dengan
segala hingar bingarnya? Kita suka melihat acara-acara Natal di mal-mal yang
dikemas dengan begitu meriah? Melihat
pohon natal yang besar-besar atau acara berfoto dengan sinterklas? Memang tidak
semuanya salah, tetapi mungkin ada saatnya bagi kita di masa Natal ini untuk
sesekali menikmati natal dalam suasana yang tenang dan damai. Kelahiran Yesus
di sebuah kandang pun tidak dirayakan besar-besaran oleh penduduk kota
Betlehem, tetapi hanya dihadiri oleh sejumlah gembala saja. Orang majus yang
datang untuk membawa persembahan kepada Yesus pun pasti tidak mengadakan acara
besar-besaran. Kemungkinan besar mereka hanya menemui Yesus, mempersembahkan
emas, kemenyan, dan mur kepada Yesus, menyembah Yesus, lalu kemudian pulang ke
negerinya.
Demikian juga dengan apa yang kita baca dalam bacaan Alkitab kita hari ini.
Saat itu Elia sedang dalam ketakutan dan keputusasaan yang sangat berat karena
Izebel, isteri raja Ahab berencana untuk membunuh Elia (1 Raj 19:1-3). Elia pun
pergi ke gunung Horeb, yaitu gunung tempat Allah pernah menyatakan dirinya
kepada Musa. Saat itu, Tuhan berfirman agar Elia keluar dan berdiri di atas
gunung itu di hadapan Tuhan (ay. 11a). Tuhan ingin bertemu muka dengan muka
kepada Elia. Dalam ayat-ayat selanjutnya, kita dapat melihat bagaimana Tuhan
menampakkan diri kepada Elia.
Pertama, dalam bentuk angin yang besar dan kuat (ay. 11a). Tuhan
menunjukkan keperkasaannya melalui angin yang membelah gunung-gunung dan
memecahkan bukit-bukit batu. Tetapi ternyata itu hanyalah angin yang mendahului
Tuhan, tetapi tidak ada Tuhan dalam angin besar tersebut.
Kedua, dalam bentuk gempa (ay. 11b).
Gempa tersebut pasti terasa sangat hebat dan menggetarkan bumi, tetapi ternyata
tidak ada Tuhan dalam gempa tersebut.
Ketiga, dalam bentuk api (ay. 12a). Tetapi ternyata api tersebut juga
hanyalah api yang mendahului Tuhan, tetapi tidak ada Tuhan dalam api tersebut.
Keempat, dalam bentuk angin sepoi-sepoi (ay. 12b). Ternyata dalam bentuk
angin yang halus dan lembut inilah Tuhan hadir. Alkitab mengatakan bahwa
setelah mendengar angin sepoi-sepoi, Elia menyelubungi mukanya dengan jubahnya
(untuk melindunginya dari kemuliaan Tuhan, karena manusia tidak dapat melihat
kemuliaan Tuhan), dan pergi keluar. Barulah setelah itu Tuhan memanggil Elia
dan akhirnya Elia menjawab Tuhan (ay. 13-14).
Ternyata walaupun ada angin besar, gempa, dan api yang mendahului, Tuhan
sendiri ada dalam angin sepoi-sepoi itu. Memang Tuhan pun pernah menampakkan
diri kepada bangsa Israel dalam bentuk guruh, kilat, awan, suara yang keras,
bahkan hingga asap dan api di gunung Horeb ini juga (Kel 19:16-18). Ini pun
berarti bahwa Tuhan pun dapat ditemui dalam hingar bingar perayaan Natal maupun
dalam ibadah-ibadah yang ramai. Tetapi jika menyangkut hubungan antar pribadi,
sesungguhnya Tuhan lebih mudah ditemui sebagai angin sepoi-sepoi, sama seperti
Elia. Ketika Allah mencari Adam dan Hawa yang telah memakan buah dari pohon
terlarang, Alkitab pun menyatakan bahwa Allah berjalan-jalan pada hari yang
sejuk (Kej 3:8).
Apa yang kita dapat simpulkan adalah bahwa kita membutuhkan suasana yang
tenang untuk dapat bertemu Tuhan secara pribadi. Kita memang dapat merasakan
hadirat Tuhan dalam ibadah hari Minggu, atau dalam keadaan apapun, tetapi
ketika menyangkut hubungan pribadi kita, perlu ada persiapan yang mendukung. Sangat
sulit untuk bersaat teduh ketika kita ada dalam rutinitas dan kebisingan kota.
Tuhan Yesus sendiri pun ketika hendak bersaat teduh, ia mencari tempat yang
sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35). Oleh karena itu, saya rindu di masa Natal ini,
kita menyiapkan waktu yang tenang untuk kita dapat merenungkan kasih Tuhan, dan
dapat menemukan hadirat Tuhan, di sela-sela kebisingan dan hiruk pikuk Natal
ini. Ingat bahwa jika dahulu para gembala dan orang majus saja mencari Tuhan, demikian
juga kita pun perlu mencari Tuhan. Dan tidak ada cara yang lebih baik lagi
dalam mencari Tuhan, selain mencarinya dalam ketenangan dan kesunyian.
Bacaan Alkitab: 1 Raja-Raja 19:11-14
19:11 Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di
hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah
gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak
ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak
ada TUHAN dalam gempa itu.
19:12 Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api
itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
19:13 Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan
jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara
kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?"
19:14 Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta
alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan
mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang
dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.