Kamis, 22
Desember 2011
Bacaan
Alkitab: Matius 1:18-25
"Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan
tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya
dengan diam-diam." (Mat 1:19)
Yusuf, Seorang yang Tulus Hati
Pernahkah kita berpikir bagaimana rasanya berada dalam posisi Yusuf?
Bayangkan ketika kita masih berpacaran, tetapi tiba-tiba pacar kita berkata,
“Aku hamil”. Mungkin kalau kita memang berpacaran dengan cara yang salah hingga
pacar kita hamil, ceritanya mudah ditebak, kita akan menikahi pacar kita toh,
anak itu juga adalah anak kita sendiri. Tetapi masalahnya adalah bagaimana jika
kita tidak pernah berbuat yang “aneh-aneh” dengan pacar kita, lalu pacar kita
berkata, “Aku hamil”. Apa perasaan kita saat itu? Apakah kita langsung
memutuskan dan meninggalkan pacar kita? Atau kita langsung menginterogasi pacar
kita tentang siapa orang yang menghamilinya, dan kemudian melabrak orang
tersebut? Ataukah kita tetap menerima pacar kita dan menikahinya untuk menolong
pacar kita tersebut.
Nah, bayangkan kondisi 2000 tahun yang lalu, ketika Yusuf yang saat itu
masih bertunangan dengan Maria dan mendengar kabar bahwa Maria hamil. Apa yang
ada di pikiran Yusuf saat itu? Maria bisa saja dihukum mati karena ia
mengandung tanpa suami jika Yusuf mempermasalahkan hal tersebut ke para imam
dan tua-tua (Ul 22:22-24). Tetapi apa yang Alkitab katakan adalah bahwa Yusuf
adalah seorang yang tulus hati, sehingga ia bermaksud untuk
menceraikan/membatalkan pertunangan tersebut dengan diam-diam (ay. 19). Maksud
Yusuf adalah dengan menceraikan diam-diam. kehamilan Maria ini tidak sampai
terdengar ke para imam.
Saya melihat bahwa pilihan Yusuf ini adalah pilihan yang terbaik menurut
pandangan manusia. Pilihan Yusuf ini adalah win-win
solution yang tidak merugikan salah satu pihak. Tetapi apa yang baik
menurut manusia belum tentu yang terbaik menurut Allah. Malaikat Tuhan pun
akhirnya menampakkan diri kepada Yusuf agar Yusuf tetap mengambil Maria menjadi
isterinya karena anak dalam kandungan Maria adalah anak dari Roh Kudus, dan
anak tersebut akan dinamai Yesus, dan anak tersebut akan menyelamatkan umat-Nya
dari dosa-dosa dan menjadi Juruselamat dunia (ay. 20-21).
Ketika Yusuf mendengar hal itu, Yusuf berbuat seperti apa yang
diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya. Ia akhirnya mengambil Maria menjadi
isterinya (ay. 24). Namun Yusuf sadar bahwa anak dalam kandungan Maria adalah
anak yang dikandung dari Roh Kudus, sehingga Yusuf pun tetap menjaga kekudusan
dan tidak bersetubuh dengan isterinya sampai dengan Maria melahirkan Yesus (ay.
25).
Sulit mencari sosok seperti Yusuf yang tulus hati di masa sekarang ini.
Kebanyakan orang saat ini lebih suka melakukan apa yang menguntungkan dirinya
sendiri. Dalam memberi bantuan pun, banyak orang yang tidak tulus hatinya.
Mereka memberi bantuan kepada orang lain dengan motivasi tertentu. Tetapi kita
melihat bahwa sikap Yusuf yang tulus hati akhirnya membuat namanya menjadi
terkenal sebagai ayah Tuhan Yesus secara jasmani. Jika saat itu Yusuf
menceraikan Maria, atau Yusuf tidak mau melakukan apa yang diperintahkan
malaikat Tuhan, mungkin kisah kelahiran Tuhan Yesus pun akan berbeda.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki sikap seperti Yusuf yang
memiliki hati yang tulus? Sudahkah kita memiliki sikap seperti Yusuf yang
mencoba mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi permasalahan? Sudahkah
kita tidak mencari keuntungan diri sendiri tetapi mengutamakan kepentingan
orang lain? Sudahkah kita taat juga terhadap perintah Tuhan bagi kita? Tidak
mudah memang, tetapi saya rindu kita semua sama-sama belajar untuk memiliki
sikap hati yang tulus seperti Yusuf. Memang, hati tulus pun tidak cukup
menghadapi dunia yang jahat ini, kita pun tetap perlu hati yang cerdik agar
kita tidak lugu dan terseret arus dunia ini (Mat 10:16). Jika kita sudah
memiliki sikap hati seperti itu, maka Tuhan pun akan memakai kita secara luar
biasa dalam pekerjaanNya, sama seperti Yusuf yang akhirnya tercatat di Alkitab
sebagai seseorang yang tulus hatinya, yang menjadi ayah Tuhan Yesus.
Bacaan
Alkitab: Matius 1:18-25
1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria,
ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus,
sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan
diam-diam.
1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak
kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau
takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus.
1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang
berarti: Allah menyertai kita.
1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan
malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya
laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.