Sabtu, 13 April 2013
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:1-7
“Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu
dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan
pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah
lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” (1 Ptr 3:4-5)
Bagaimana
Seharusnya Wanita Berdandan
Beberapa kali ketika saya datang ke sejumlah
gereja yang bukan gereja tempat saya berjemaat, saya menemukan cukup banyak
wanita (baca: gadis-gadis ABG) yang menurut saya berpakaian kurang sopan.
Ketika ibadah umum pada hari minggu, banyak di antara mereka yang hanya memakai
celana pendek (hotpants), belum lagi
ditambah dengan baju-baju yang ketat atau baju tanpa lengan yang cukup “menggoda
iman” laki-laki. Saya kemudian berpikir, apa gembala atau pendeta tidak pernah
menegur atau menyarankan bagaimana cara berpakaian yang pantas di gereja ya? Karena
itu juga bukan gereja saya, maka saya juga tidak dapat berbuat apa-apa.
Saya sendiri sadar bahwa kita juga tidak
mungkin memakai pakaian yang “tertutup seluruhnya” saat kita beribadah ke
gereja. Tetapi minimal gunakanlah pakaian yang pantas ketika datang ke gereja.
Kita itu mau menghadap Tuhan, apa iya kita menggunakan pakaian yang sama ketika
kita akan pergi dugem? Saya sendiri
cukup heran mengapa para orang tua dari gadis-gadis tersebut tidak menyarankan pakaian
apa yang seharusnya dipakai ke gereja.
Bacaan Alkitab kita hari ini memang sekilas
tidak ada hubungannya dengan pakaian. Tetapi saya ingin kita melihat sedikit
lebih dalam tentang ayat-ayat ini. Bacaan Alkitab kita dimulai dengan perintah
Petrus kepada isteri-isteri agar tunduk kepada suaminya (apapun agama suaminya
tersebut) agar mereka dimenangkan oleh kelakuan isterinya tersebut, yaitu jika
mereka melihat bagaimana murni dan salehnya hidup isterinya (ay. 1-2). Perhatikan
bahwa di 2 ayat pertama ini, ada 2 hal yang penting yang disebutkan yaitu
kelakuan isteri dan cara hidup isteri. Hal ini menunjukkan bahwa isteri-isteri
harus memiliki tingkah laku dan cara hidup isteri yang murni dan saleh,
sehingga melalui tingkah laku dan cara hidupnya, para suami bisa melihat dan
memuliakan Tuhan.
Bagaimana caranya? Ayat-ayat selanjutnya
berbicara tentang bagaimana Petrus menyarankan agar para isteri tidak hanya
menggunakan perhiasan secara lahiriah, tetapi yang lebih penting haruslah mengenakan
perhiasan batiniah, yang berharga di mata Allah (ay. 3-4). Perhatikan
sungguh-sungguh bahwa apa yang berharga di mata Allah, belum tentu berharga di
mata manusia. Sebaliknya, sesuatu yang berharga di mata manusia, biasanya justru tidak berharga di mata Allah.
Petrus memberikan contoh bagaimana sikap perhiasan lahiriah yang tidak berguna
adalah mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas, atau mengenakan
pakaian yang indah-indah (ay. 3).
Lebih lanjut lagi, Petrus menunjukkan sikap
seorang wanita yang luar biasa, yaitu Sara, yang tunduk kepada suaminya,
Abraham. Bahkan Sara pun menyebut Abraham sebagai tuannya (ay. 6). Ini
menggambarkan bagaimana standar perempuan-perempuan kudus di masa lalu yang
sangat tinggi (ay. 5a). Mereka tunduk kepada suaminya, dan dengan demikian
mereka juga tunduk kepada Allah (ay. 5b). Ini adalah standar yang harus
dipenuhi oleh isteri-isteri di masa sekarang ini. Isteri harus tunduk pada
suami. Itu adalah perintah dan standar yang harus dipenuhi para isteri.
Sebaliknya, suami pun juga harus hidup bijaksana dengan isteri dan mengasihi
isterinya (ay. 7a). Para isteri adalah teman pewaris kasih karunia, yaitu
kehidupan (ay. 7b). Dari para isteri itulah kasih karunia Tuhan nyata, yaitu
ketika anak-anak kita boleh lahir dari isteri kita masing-masing. Oleh karena
itu penting bagi para suami juga untuk
tidak semena-mena terhadap isterinya, sehingga doa kita juga tidak terhalang
(ay. 7c).
Lalu apa hubungan ayat-ayat tersebut dengan permasalahan
pakaian yang tadi disinggung di atas?
Pertama, bagi para wanita yang memang sudah
bersuami, sudah jelas ada ayat yang mengatakan bahwa mereka harus lebih
mementingkan “perhiasan batiniah” (yaitu tingkah laku dan cara hidup yang
sesuai dengan Firman Tuhan), daripada memakai “perhiasan lahiriah” seperti
pakaian-pakaian yang “indah” (indah di sini merujuk kepada keindahan menurut pandangan
manusia duniawi), atau menghias-hias rambut secara berlebihan, atau memakai
perhiasan emas secara berlebihan). Jika isteri-isteri Kristen saja harus
bersikap seperti itu, bukankah wanita-wanita yang belum menjadi isteri
seseorang (baca: wanita yang masih gadis) juga harus bersikap sama seperti itu?
Saya sendiri bukan orang yang kolot, tetapi saya
sendiri lebih suka menjadikan seorang wanita yang berpakaian sopan untuk
dijadikan isteri. Jika seorang wanita suka memakai baju yang kurang sopan dan
membiarkan orang lain (yang bukan suaminya atau yang belum menjadi suaminya) melihat
dirinya seperti itu, bukankah itu justru akan menurunkan nilai wanita tersebut?
Bukankah seorang wanita seharusnya hanya menunjukkan “keindahannya” hanya
kepada suaminya, dan bukan kepada orang lain. Sangat disayangkan juga bahwa dunia
memutarbalikkan prinsip ini sehingga banyak anak gadis yang justru sejak masih
remaja suka memakai pakaian-pakaian yang kurang sopan, bahkan ketika mereka
pergi ke gereja.
Saya takut, cara berpakaian para wanita yang
kurang sopan ini, justru tidak menjadi berkat bagi gereja-gereja. Saya takut
bahwa hal ini akan menjadi batu sandungan bagi gereja-gereja jika tidak segera
ditindaklanjuti. Bagaimana jika ada omongan orang, “Ih, perempuan yang ke
gereja kok bajunya seksi banget sih?”. Bukankah itu justru akan merugikan gereja
itu sendiri? Melalui tulisan ini saya sangat mengharapkan agar para wanita
(terutama para gadis) menjaga betul pakaian yang digunakan untuk beribadah di
gereja. Saya tidak menyarankan kita memakai pakaian yang “tertutup seluruhnya”
atau memakai pakaian yang mahal-mahal. Walaupun tren saat ini adalah
pakaian-pakaian yang terlihat seksi, tetapi saya rasa masih cukup banyak
pilihan pakaian yang sopan dengan harga yang relatif terjangkau. Demikian juga saya
mengharapkan orang tua untuk juga dapat selektif memilih pakaian yang dikenakan
anak-anak gadisnya. Jagalah kehormatan keluarga kita. Bukankah wanita yang
dipandang mulia adalah wanita yang memiliki tingkah laku dan cara hidup yang
baik dan berkenan? Oleh karena itu jagalah pakaian kita ketika kita datang
kepada Tuhan, biarlah orang lain boleh melihat cara hidup kita yang suci dan
kudus, sehingga mereka juga boleh melihat kemuliaan dan kekudusan Tuhan melalui
cara hidup kita.
Bacaan Alkitab: 1 Petrus 3:1-7
3:1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
3:2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan
salehnya hidup isteri mereka itu.
3:3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah,
yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-indah,
3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah
yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang
lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
3:5 Sebab demikianlah caranya
perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang
menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
3:6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan
menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan
tidak takut akan ancaman.
3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami,
hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah
mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu
jangan terhalang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.