Jumat, 12 April 2013
Bacaan Alkitab: Pengkhotbah
7:8-10
“Janganlah mengatakan: "Mengapa zaman
dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?" Karena bukannya berdasarkan
hikmat engkau menanyakan hal itu.” (Pkh 7:10)
Jangan
Membandingkan yang Dulu dengan yang Sekarang
Memang salah satu sifat jelek manusia adalah
suka membanding-bandingkan. Sebagai contoh, jika di sekolah kita mendapat nilai
7, maka kita akan mencoba melihat nilai teman kita. Misal ia dapat nilai 8,
kita akan berkata, “Padahal jawaban saya sama jawaban dia cuma beda sedikit,
kok dia bisa dapat nilai 8 sementara saya cuma dapat nilai 7?”. Hal yang sama
terjadi ketika kita bekerja, “Kok dia dan saya kerjanya sama tetapi dia lebih
cepat naik pangkat sementara dia tidak?”. Atau setelah menikah kita juga
membandingkan, “Kok dia bisa dapat isteri yang cantik sementara saya yang
biasa?” atau “Kok dia bisa punya anak sementara saya sampai sekarang tidak
punya anak, padahal kan saya sudah jauh lebih banyak melayani Tuhan dibanding
dia?”. Begitu seterusnya tidak ada akhirnya.
Bahkan banyak di antara manusia yang juga suka
membanding-bandingkan kondisi masa lalu dengan masa sekarang. Ada orang yang
berkata, “Ah, sepertinya masih lebih enak zaman dahulu deh. Dulu itu makanan
murah, bensin murah, semua aman, nggak seperti sekarang ini, mau cari uang saja
sulitnya setengah mati”. Benarkah demikian? Lalu bagaimana kita harus bersikap?
Firman Tuhan hari ini berbicara tentang masa
atau waktu. Bagaimanapun panjangnya suatu masa atau waktu di dunia ini, pasti
ada akhir dari masa tersebut. Sebagai contoh, umur kita walaupun bisa mencapai
100 tahun di dunia ini, pasti ada saat dimana kita harus mati. Kekekalan hanya
ada di surga atau neraka nanti. Oleh karena itu, sang pengkhotbah (penulis
kitab ini) menulis suatu prinsip yang sangat luar biasa: “Akhir suatu hal lebih
baik daripada awalnya” (ay. 8a). Mengapa demikian? Bagaimanapun suatu hal pasti
ada akhirnya. Akhir tersebut berbicara tentang tujuan dan visi yang akan
dicapai. Akhir suatu hal berbicara apakah kita sudah bisa mengakhiri segala
sesuatu dengan baik sesuai rencana dan target kita semula.
Oleh karena itu, sang pengkhotbah juga
berkata bahwa kita tidak boleh memandang bahwa masa lalu itu lebih baik
daripada masa sekarang (ay. 10a). Itu sama saja dengan pemikiran yang tanpa
memiliki hikmat (ay. 10b). Ada masa untuk segala sesuatunya. Masa lalu, sudah
berakhir, dan masa sekarang adalah yang harus kita jalani. Masa lalu tidak akan
dapat kita ubah, sehingga untuk apa membanding-bandingkan masa lalu dengan masa
sekarang? Justru yang menjadi persoalan adalah kita harus bekerja
sebaik-baiknya di masa sekarang ini agar di masa depan kita boleh menuai hasil
yang baik pula.
Kita justru harus mengisi masa kini dengan
sebaik-baiknya, daripada duduk diam dan merenung kondisi di masa lalu yang “terasa
lebih baik” daripada kondisi di masa sekarang ini. Apa yang dapat kita lakukan?
Minimal kita harus memilki pola pikir yang tidak suka menggerutu melihat
kondisi orang lain yang jauh lebih baik atau jauh lebih beruntung dari kita.
Kita harus memiliki hati yang sabar. Bukankah panjang sabar itu lebih baik
daripada tinggi hati (ay. 8b)? Bukankah orang yang suka marah-marah tanpa
alasan yang jelas (misal karena melihat masa lalu jauh lebih baik daripada masa
sekarang) itu juga menunjukkan bahwa orang tersebut adalah orang yang bodoh
(ay. 9)? Justru orang yang berhikmat akan melihat bahwa di setiap masa pun, ada
Tuhan yang tetap mengatur segala sesuatunya. Sehingga kita tidak perlu kuatir
tentang apapun juga, karena kita percaya Tuhan sanggup menyertai kita dalam
segala kondisi, bahkan ketika masa sekarang ini sepertinya lebih sulit daripada
masa lalu.
Bacaan Alkitab: Pengkhotbah
7:8-10
7:8 Akhir suatu hal lebih baik dari pada
awalnya. Panjang sabar lebih baik dari pada tinggi hati.
7:9 Janganlah lekas-lekas marah dalam hati,
karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.
7:10 Janganlah mengatakan: "Mengapa
zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?" Karena bukannya
berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.