Minggu, 14 April
2013
Bacaan Alkitab: Lukas 10:5-6
“Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah
lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.” (Luk 10:5)
Ucapkan Salam
Setiap Kita Masuk
Jika kita melihat saudara-saudara kita yang
beragama lain, mereka memiliki kebiasaan untuk mengucapkan salam (dalam bahasa
suci agama mereka) ketika memasuki suatu tempat. Tidak hanya di rumah, tetapi
ketika mereka memasuki suatu ruangan di kantor, atau dimanapun mereka berada.
Bahkan mereka menjawab telepon dengan mengucapkan kata tersebut.
Kita umat Kristen pada umumnya tidak terbiasa
dengan hal ini. Padahal dalam bagian Alkitab kita hari ini, kita belajar bahwa
Tuhan Yesus sendiri, ketika mengutus murid-muridNya pergi ke kota-kota untuk
mengabarkan Injil Kerajaan Allah dan mengusir roh-roh jahat yang ada di
kota-kota tersebut, sudah memberikan suatu arahan yang sangat jelas bahwa
ketika mereka masuk kedalam suatu rumah, katakanlah terlebih dahulu, “Damai
sejahtera bagi rumah ini” (ay. 5).
Apa maksud dari perkataan ini? Bangsa Yahudi
biasa mengucapkan salam ketika mereka memasuki rumah, sama dengan bangsa-bangsa
di timur tengah lainnya. Yesus yang adalah juga seorang Yahudi juga tidak melarang adat itu, tetapi
justru meminta murid-muridNya tetap melakukan adat tersebut. Mengapa?
Mengucapkan kata damai sejahtera bagi rumah ini (shalom) setiap kali kita
memasuki rumah, merupakan budaya yang baik. Murid-murid Tuhan juga harus
membagikan damai sejahtera tersebut kepada setiap orang yang dijumpai, karena Tuhan
mereka adalah Tuhan yang empunya damai sejahtera.
Perhatikan bahwa bagian kita adalah
mengucapkan salam kepada setiap tempat yang kita masuki. Alkitab dalam bahasa Inggris
menerjemahkan rumah sebagai “house”, bukau “home”. Arti “house” ini adalah
tempat dimana kita menghabiskan waktu untuk beraktivitas. Berbeda dengan “home”
yang lebih bermakna kepada tempat tinggal. Apa artiinya? Jika kita mau jujur,
kita cenderung lebih banyak menghabiskan waktu kita di kantor (bagi yang sudah
bekerja), di sekolah atau kampus (bagi yang sedang sekolah atau kuliah), atau
juga di gereja (bagi kita yang full time dalam
pelayanan). Ini artinya bahwa dimanapun kita berada, baik di rumah, di kantor,
di sekolah atau kampus, di gereja, atau dimanapun juga, kita harus membiasakan
diri mengucapkan shalom sebagai kata-kata berkat.
Ketika kita mengucapkan salam damai sejahtera
(shalom), dan orang yang ada di situ menerima damai sejahtera tersebut, maka
salam yang kita ucapkan itu akan tinggal di atasnya. Jika tidak, maka salam itu
akan kembali kepada kita (ay. 6). Ini berarti bahwa setiap ucapan salam damai
sejahtera yang kita ucapkan ketika kita akan memasuki suatu rumah, maka ucapan
itu tidak akan kembali dengan sia-sia. Jika kita ditolak pun, maka damai
sejahtera itu akan kembali kepada kita. Tetapi ketika salam kita itu diterima,
maka damai sejahtera itu akan tinggal di atas orang yang menerima salam kita
dan diatas tempat kita mengucapkan salam tersebut.
Bukankah akan sangat dashyat apabila kita
mengucapkan kata-kata salam damai sejahtera itu ke setiap tempat yang kita
masuki? Bukankah akan sangat dashyat apabila kita memberkati kantor kita,
sekolah kita, gereja kita, dan setiap tempat yang kita masuki dengan kata-kata
shalom itu? Bayangkan jika kantor kita penuh dengan damai sejahtera dan berkat
Tuhan karena setiap orang percaya mengucapkan kata shalom di kantor tersebut.
Ingat bahwa ada kuasa perkataan dalam setiap apa yang kita ucapkan. Bukankah
daripada kita mengucapkan kata-kata negatif, lebih baik kita mengucapkan
kata-kata positif dan penuh berkat serta damai sejahtera?
Bacaan Alkitab: Lukas 10:5-6
10:5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah
lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.
10:6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak
menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika
tidak, salammu itu kembali kepadamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.