Minggu, 24 Juni 2012
Bacaan Alkitab: Lukas 18:1-8
“Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang
pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur
waktu sebelum menolong mereka?” (Luk 18:7)
Berdoa dengan Tidak Jemu-jemu
Pernahkah kita
menghitung, untuk satu pokok doa, berapa kali kita berdoa kepada Tuhan sebelum
akhirnya kita menyerah? Satu kali? Dua kali? Tiga kali? Atau sampai Tuhan
menjawab doa kita? Dalam bacaan Alkitab kita hari ini kita akan mencoba untuk
mempelajari Firman Tuhan tentang bagaimana kita berdoa dengan tidak jemu-jemu,
karena Tuhan Yesus sendiri yang mengajarkan, bahkan menegaskan bahwa kita
sebagai murid-muridNya harus berdoa dengan tidak jemu-jemu (ay. 1).
Apa itu berdoa
dengan tidak jemu-jemu? Berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah berdoa secara
terus menerus hingga Tuhan menjawab doa kita. Berdoa dengan tidak jemu-jemu
adalah berdoa dengan konsisten, tanpa batas waktu jika diperlukan, hingga doa
kita dijawab. Memang jawaban doa kita bisa “ya”, bisa “tidak”, atau juga bisa
“tunggu”. Nah tentu saja kita harus berdoa dengan doa yang benar, karena jika
kita berdoa dengan motivasi yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, pasti kita
tidak mendapatkan apa-apa (Yak 4:3). Ketika kita berdoa dengan benar di hadapan
Tuhan, pasti Tuhan akan memberikan jawaban antara “ya” atau “tunggu”. Inilah
inti dari berdoa dengan tidak jemu-jemu, yaitu berdoa hingga Tuhan mengubah
jawabanNya dari “tunggu” menjadi “ya”.
Tuhan Yesus
sendiri memberikan perumpamaan, bahwa ada seorang hakim yang tidak takut akan
Allah dan tidak menghormati siapapun (ay. 2). Di sisi lain, ada janda yang
selalu datang kepada hakim tersebut dan selalu meminta hakim itu untuk membela
perkaranya (ay. 3). Hakim tersebut awalnya menolak (ay. 4), tetapi karena janda
tersebut terus menerus meminta dan mengganggu hakim itu maka akhirnya hakim itu
pun membela perkaranya (ay. 5). Tuhan Yesus juga
menjelaskan makna dari gambaran tadi, yaitu jika seorang hakim (manusia) yang
lalim akhirnya bisa luluh karena permohonan yang terus menerus dari janda
tersebut, apalagi Allah pasti tidak akan mengulur-ulur waktu sebelum menolong
orang-orang pilihanNya yang berseru kepadaNya siang dan malam (ay. 6-7).
Sepintas bacaan
Alkitab tersebut hanya berbicara tentang ketekunan doa, tanpa memperhatikan
esensi inti dari gambaran Tuhan Yesus tersebut. Sering kali orang Kristen
terjebak pada kesalahan yang sama, yaitu menyangka bahwa doa yang salah
sekalipun, asal kita berdoa secara terus menerus pasti akan dijawab dan
dikabulkan Tuhan. Benarkah demikian? Mari kita lihat dan perhatikan dengan
seksama. Siapa yang dikatakan lalim dalam bacaan Alkitab tersebut? Hakim atau
janda? Alkitab menyebutkan bahwa hakim tersebut lalim, sementara si janda tidak
disebutkan sebagai janda yang lalim. Tentu saja janda ini juga adalah janda
yang benar, karena jika si janda adalah janda yang lalim dan si hakim juga
lalim, lalu apa bedanya si janda dengan si hakim.
Perhatikan pula
bahwa Tuhan Yesus sering sekali memakai perumpamaan janda. Mengapa harus janda?
Mengapa Tuhan tidak memberi contoh seorang gadis? Janda adalah orang yang sudah
tidak punya apa-apa. Ketika janda tersebut datang ke hakim yang lalim, tentu
saja ia tidak datang dengan sekarung uang untuk “menyogok” hakim tersebut agar
mau membela perkaranya. Tetapi ia hanya mengandalkan usahanya untuk
terus-menerus meminta, karena hanya itu yang ia mampu. Janda itu mempertaruhkan
segala sesuatunya kepada hakim yang lalim tersebut.
Inilah kunci dari
berdoa dengan tidak jemu-jemu. Pertama, isi doa kita haruslah doa yang benar,
dengan motivasi yang benar untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk diri kita
sendiri. Kedua, kita harus bersikap seperti janda, yang benar-benar hanya
menggantungkan jawaban doa kita pada Tuhan, bukan pada kekayaan atau pada
koneksi kita. Ketika itu kita lakukan dengan tidak jemu-jemu, maka saya sangat
yakin bahwa Tuhan pasti akan menjawab doa-doa kita. Itulah inti iman yang benar
di hadapan Tuhan, yang tergambar dari doa yang kita naikkan ke hadapan Tuhan.
Permasalahannya adalah, apakah kita sudah berdoa yang benar dengan tidak
jemu-jemu? Atau justru kita hanya berdoa dengan terus menerus padahal isi doa
kita adalah doa yang salah? Jika demikian, wajar jika Tuhan bertanya kepada
kita, “Adakah kudapati iman di bumi ini?” (ay. 8).
Bacaan Alkitab: Lukas 18:1-8
18:1 Yesus
mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus
selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
18:2 Kata-Nya:
"Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak
menghormati seorang pun.
18:3 Dan di kota
itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah
hakku terhadap lawanku.
18:4 Beberapa
waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya:
Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun,
18:5 namun karena
janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus
saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
18:6 Kata Tuhan:
"Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!
18:7 Tidakkah
Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru
kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?
18:8 Aku berkata
kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu
datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.