Selasa, 26 Juni 2012

Berdoa dengan Tidak Jemu-jemu


Minggu, 24 Juni 2012
Bacaan Alkitab: Lukas 18:1-8
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?” (Luk 18:7)


Berdoa dengan Tidak Jemu-jemu


Pernahkah kita menghitung, untuk satu pokok doa, berapa kali kita berdoa kepada Tuhan sebelum akhirnya kita menyerah? Satu kali? Dua kali? Tiga kali? Atau sampai Tuhan menjawab doa kita? Dalam bacaan Alkitab kita hari ini kita akan mencoba untuk mempelajari Firman Tuhan tentang bagaimana kita berdoa dengan tidak jemu-jemu, karena Tuhan Yesus sendiri yang mengajarkan, bahkan menegaskan bahwa kita sebagai murid-muridNya harus berdoa dengan tidak jemu-jemu (ay. 1).

Apa itu berdoa dengan tidak jemu-jemu? Berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah berdoa secara terus menerus hingga Tuhan menjawab doa kita. Berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah berdoa dengan konsisten, tanpa batas waktu jika diperlukan, hingga doa kita dijawab. Memang jawaban doa kita bisa “ya”, bisa “tidak”, atau juga bisa “tunggu”. Nah tentu saja kita harus berdoa dengan doa yang benar, karena jika kita berdoa dengan motivasi yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, pasti kita tidak mendapatkan apa-apa (Yak 4:3). Ketika kita berdoa dengan benar di hadapan Tuhan, pasti Tuhan akan memberikan jawaban antara “ya” atau “tunggu”. Inilah inti dari berdoa dengan tidak jemu-jemu, yaitu berdoa hingga Tuhan mengubah jawabanNya dari “tunggu” menjadi “ya”.

Tuhan Yesus sendiri memberikan perumpamaan, bahwa ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapapun (ay. 2). Di sisi lain, ada janda yang selalu datang kepada hakim tersebut dan selalu meminta hakim itu untuk membela perkaranya (ay. 3). Hakim tersebut awalnya menolak (ay. 4), tetapi karena janda tersebut terus menerus meminta dan mengganggu hakim itu maka akhirnya hakim itu pun membela perkaranya (ay. 5). Tuhan Yesus juga menjelaskan makna dari gambaran tadi, yaitu jika seorang hakim (manusia) yang lalim akhirnya bisa luluh karena permohonan yang terus menerus dari janda tersebut, apalagi Allah pasti tidak akan mengulur-ulur waktu sebelum menolong orang-orang pilihanNya yang berseru kepadaNya siang dan malam (ay. 6-7).

Sepintas bacaan Alkitab tersebut hanya berbicara tentang ketekunan doa, tanpa memperhatikan esensi inti dari gambaran Tuhan Yesus tersebut. Sering kali orang Kristen terjebak pada kesalahan yang sama, yaitu menyangka bahwa doa yang salah sekalipun, asal kita berdoa secara terus menerus pasti akan dijawab dan dikabulkan Tuhan. Benarkah demikian? Mari kita lihat dan perhatikan dengan seksama. Siapa yang dikatakan lalim dalam bacaan Alkitab tersebut? Hakim atau janda? Alkitab menyebutkan bahwa hakim tersebut lalim, sementara si janda tidak disebutkan sebagai janda yang lalim. Tentu saja janda ini juga adalah janda yang benar, karena jika si janda adalah janda yang lalim dan si hakim juga lalim, lalu apa bedanya si janda dengan si hakim.

Perhatikan pula bahwa Tuhan Yesus sering sekali memakai perumpamaan janda. Mengapa harus janda? Mengapa Tuhan tidak memberi contoh seorang gadis? Janda adalah orang yang sudah tidak punya apa-apa. Ketika janda tersebut datang ke hakim yang lalim, tentu saja ia tidak datang dengan sekarung uang untuk “menyogok” hakim tersebut agar mau membela perkaranya. Tetapi ia hanya mengandalkan usahanya untuk terus-menerus meminta, karena hanya itu yang ia mampu. Janda itu mempertaruhkan segala sesuatunya kepada hakim yang lalim tersebut.

Inilah kunci dari berdoa dengan tidak jemu-jemu. Pertama, isi doa kita haruslah doa yang benar, dengan motivasi yang benar untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk diri kita sendiri. Kedua, kita harus bersikap seperti janda, yang benar-benar hanya menggantungkan jawaban doa kita pada Tuhan, bukan pada kekayaan atau pada koneksi kita. Ketika itu kita lakukan dengan tidak jemu-jemu, maka saya sangat yakin bahwa Tuhan pasti akan menjawab doa-doa kita. Itulah inti iman yang benar di hadapan Tuhan, yang tergambar dari doa yang kita naikkan ke hadapan Tuhan. Permasalahannya adalah, apakah kita sudah berdoa yang benar dengan tidak jemu-jemu? Atau justru kita hanya berdoa dengan terus menerus padahal isi doa kita adalah doa yang salah? Jika demikian, wajar jika Tuhan bertanya kepada kita, “Adakah kudapati iman di bumi ini?” (ay. 8).


Bacaan Alkitab: Lukas 18:1-8
18:1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
18:2 Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun.
18:3 Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
18:4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun,
18:5 namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."
18:6 Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!
18:7 Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?
18:8 Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.