Kamis, 28 Juni 2012
Bacaan Alkitab: Galatia 1:6-10
“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari
kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia?
Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah
hamba Kristus.” (Gal 1:10)
Hamba Tuhan atau Hamba Manusia?
Jika kita
ditanya, apakah kita ini lebih taat kepada Tuhan atau kepada manusia? Pasti
kita akan menjawab, “Ya pastilah kita pasti lebih taat kepada Tuhan”. Tetapi
coba kita tanya, sejauh apa kita lebih taat kepada Tuhan, kepada Injil dan kebenaran
Firman Tuhan daripada taat kepada manusia dan kepada ajaran-ajaran manusia.
Contoh paling gampang saja, ketika kita bangun tidur, apakah yang pertama kali
kita lakukan? Apakah kita akan berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan lalu kemudian
membaca Firman Tuhan, ataukah ketika bangun kita langsung menyalakan televisi,
mencari berita atau membaca surat kabar?
Jika kita membaca
kitab Galatia yang ditulis oleh Rasul Paulus, maka kita akan tahu betapa Rasul
Paulus bersikap sangat keras kepada jemaat Galatia. Hal ini terlihat dari
banyaknya tanda seru yang ada di kitab ini. Apa yang menyebabkan Paulus begitu “marah”
kepada jemaat Galatia? Salah satu hal adalah karena jemaat Galatia yang sudah
mendengar Injil yang disampaikan oleh Paulus dan hamba-hamba Tuhan yang lain,
ternyata begitu mudah berbalik dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya
bukan injil, melainkan ajaran yang memutarbalikkan Injil Kristus yang
sebenarnya (ay. 6-7). Begitu kesalnya Paulus terhadap sikap dan perilaku jemaat
Galilea sehingga muncul kalimat dari Paulus yang mengatakan bahwa andaikata ada
orang ataupun malaikat yang menyampaikan injil yang menyesatkan, maka orang itu
maupun malaikat itu akan terkutuk (ay. 8). Hal ini pun dikatakan sampai dua
kali (ay. 9), yang berarti penekanan yang sangat penting.
Apa maksud Paulus
dengan mengatakan seperti itu? Paulus ingin mengatakan bahwa walaupun ia
memiliki hak untuk menyampaikan Injil, tetapi Paulus pun lebih suka
menyampaikan Injil yang benar walaupun keras daripada “injil” yang palsu, yang membuat
jemaat lebih senang. Hal itu pun terlihat pada ayat selanjutnya, yaitu Paulus
menekankan mana yang ia pilih, apakah ia lebih memilih kesukaan manusia atau
kesukaan Allah? Apakah ia lebih memilih berkenan kepada manusia atau berkenan
kepada Allah? (ay. 10).
Paulus sadar,
bahwa sebagai hamba Tuhan, terlebih sebagai hamba Tuhan yang menyampaikan
kebenaran Firman Tuhan, sudah seharusnya Paulus lebih mementingkan apa yang
Tuhan mau, bukan apa yang jemaat mau. Paulus adalah hamba Tuhan yang tegas,
yang tidak kompromi. Jika jemaat telah melakukan yang benar, Paulus pun tidak
segan-segan memuji. Tetapi jika jemaat melakukan hal yang salah, maka Paulus
pun tidak segan-segan menegur, bahkan menggunakan kata atau kalimat yang keras.
Paulus bisa saja menyampaikan Firman Tuhan yang “enak”, yang menyenangkan hati
jemaat, yang membuat Paulus bisa mendapatkan banyak jemaat dan tidak akan takut
untuk kehilangan jemaat. Tetapi Paulus tidak mau mengatakan demikian, bagi
Paulus lebih baik ia menyampaikan Firman Tuhan (Injil) yang sesungguhnya dengan
risiko ada beberapa jemaat (yang belum dewasa) meninggalkan dirinya.
Adakah kita yang
saat ini menjadi hamba-hamba Tuhan? Sudahkah kita lebih berkenan kepada Tuhan daripada
kepada manusia? Ketika dahulu melayani di persekutuan kampus, ketika terjadi
kekurangan pemusik karena sulitnya mencari pemusik pada saat itu, salah seorang
pengurus persekutuan pernah berkata kepada saya, “Lebih baik kita persekutuan tanpa
musik, daripada saya harus menurunkan standar pelayan pemusik, dan membiarkan
orang-orang yang jago main musik untuk melayani, padahal orang-orang itu belum
memiliki hati untuk melayani”. Saya melihat bahwa pengurus tersebut lebih
mementingkan hati daripada skill.
Sayangnya, jika
kita mau jujur, masih cukup banyak orang yang mengaku hamba Tuhan tetapi
kadang-kadang masih takut melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Hamba-hamba
Tuhan ini masih takut kehilangan jemaat, sehingga agar jemaat tidak hilang dan
pindah ke gereja lain, mereka memberi jatah pelayanan kepada orang-orang yang
sesungguhnya belum siap. Mereka memberikan jabatan sebagai pengurus gereja atau
sebagai pelayan gereja. Atau mungkin ada hamba Tuhan yang memberikan “perlakuan
khusus” kepada jemaat-jemaat yang kaya, yang selama ini menjadi “sumber dana”
bagi gereja dan hamba Tuhan itu sendiri.
Bagi kita yang
adalah hamba Tuhan, mari kita instropeksi diri kita sendiri, apakah kita sudah
sungguh-sungguh melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan. Justru karena posisi
kita adalah hamba Tuhan, kita harus jauh lebih taat kepada Tuhan. Tuhanlah yang
empunya jemaat, jadi seharusnya kita tidak perlu takut kehilangan jemaat atau
kekurangan persembahan dari jemaat, karena jika kita benar-benar menyampaikan
Injil yang benar, pasti Tuhan juga akan mengirim jemaat dan berkat Tuhan. Jika
kita yang belum menjadi hamba Tuhan, sudahkah kita juga mengikuti Injil yang
benar, yang mungkin kadang-kadang berat dan sulit untuk dilakukan?
Bacaan Alkitab: Galatia 1:6-10
1:6 Aku heran,
bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus
telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
1:7 yang
sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang
bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
1:8 Tetapi
sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu
suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah dia.
1:9 Seperti yang
telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang
yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu
terima, terkutuklah dia.
1:10 Jadi
bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah
kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada
manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.