Jumat, 08 Juni 2012

Kehormatan dari Manusia atau Kehormatan dari Allah?


Senin, 11 Juni 2012
Bacaan Alkitab: Yohanes 12:42-43
Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.” (Yoh 12:43)


Kehormatan dari Manusia atau Kehormatan dari Allah?


Suatu saat saya pernah membaca suatu berita, entah benar atau tidak, bahwa salah seorang pemuka agama lain yang cukup terkenal telah percaya kepada Yesus. Saya tidak berani menulis bahwa berita tersebut 100% benar karena saya juga mendengarnya dari orang lain. Akan tetapi saya sangat menyayangkan bahwa berita itu begitu cepat menyebar hingga menimbulkan keresahan terutama di penganut agama lain tersebut. Tidak berapa lama setelah itu orang tersebut akhirnya meninggal dan dimakamkan dengan mengikuti tata cara agama lain tersebut.

Saya tidak mengetahui apakah orang tersebut memang telah sungguh-sungguh percaya secara pribadi kepada Tuhan Yesus ataukah itu hanya isu semata. Kadang-kadang orang Kristiani begitu semangat mem-forward berita-berita seperti ini sehingga kalaupun orang tersebut memang sudah percaya kepada Yesus, akhirnya karena pemberitaan yang begitu ramai ditambah tekanan dari golongan tertentu mengakibatkan orang tersebut harus menyangkal berita tersebut. Mungkin saja orang tersebut memang benar-benar telah percaya namun karena tekanan orang mereka tidak mengakuinya dengan terus terang supaya mereka tidak dikucilkan.

Hal tersebut juga telah terjadi pada zaman Yesus. Alkitab mengatakan bahwa banyak pemimpin-pemimpin Yahudi yang percaya kepadaNya, terutama mereka-mereka yang memang menyelidiki Kitab Suci dan berpikiran terbuka (ay. 42a). Jika kita perhatikan, mereka itu antara lain Nikodemus, salah seorang pemimpin agama Yahudi (Yoh 3:21), dan Yusuf dari Arimatea, salah seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka (Mrk 15:42-47), serta Gamaliel, ahli Taurat yang sangat dihormati (Kis 5:34-39). Mereka ini kemungkinan besar adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus, dan mungkin masih banyak lagi pemimpin-pemimpin lain yang telah percaya kepada Yesus, namun beberapa di antara mereka tidak berani mengakuinya secara terus terang supaya mereka tidak dikucilkan (ay. 42b).

Banyak alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Mungkin saja mereka telah memiliki karir yang baik, telah menduduki posisi yang baik, telah mendapatkan penghasilan yang baik, telah memiliki pengikut yang banyak, dan lain sebagainya. Tetapi Alkitab menyimpulkan alasan tersebut dalam satu kalimat sederhana, yaitu lebih suka akan kehormatan dari manusia daripada kehormatan dari Allah (ay. 43). Mereka lebih mementingkan hal-hal duniawi ketimbang hal-hal rohani. Mereka takut kehilangan apa yang mereka telah lakukan di dunia ini ketimbang mendapatkan hidup kekal di surga kelak.

Lalu mungkin ada yang bertanya, “Jika demikian, apakah orang-orang seperti itu nanti akan masuk surga?”. Jujur saya tidak tahu 100% jawabannya karena keputusan tersebut adalah tergantung Bapa di surga. Mungkin saja orang tersebut sebelum mati ternyata sudah benar-benar percaya kepada Tuhan, dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya (walaupun hampir seumur hidupnya ia belum percaya), dan Tuhan Yesus mencontohkan bahwa orang-orang seperti ini akan diselamatkan, sama seperti penjahat yang disalib di samping Tuhan Yesus yang bertobat pada detik-detik  terakhir hidupnya (Luk 23:42-43). Namun di sisi lain, Alkitab juga mengatakan bahwa keselamatan juga tidak hanya cukup dikatakan di dalam hati tetapi juga dengan mengakuinya lewat mulut kita (Rm 10:9-10).

Oleh karena setiap orang memiliki jalan hidup yang masing-masing berbeda, saya tidak dapat meng-judge apakah si A ini akan masuk surga, atau si B tidak masuk surga, dan seterusnya. Akan tetapi, bagi kita yang masih hidup, adalah lebih baik untuk percaya kepada Tuhan dan mengaku dengan mulut kita, bahkan hidup mencerminkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Tidak perlu sembunyi-sembunyi hidup sebagai orang Kristen. Saya pernah mendengar bahwa ada orang-orang yang masih sembunyi-sembunyi pergi ke gereja, mereka menyembunyikan Alkitab dalam tas, atau masih malu berdoa sebelum makan di depan orang lain, karena mereka malu akan identitas kekristenan mereka. Alkitab sendiri mengatakan bahwa setiap orang yang mengakui Tuhan di depan manusia, maka Tuhan juga akan mengakuinya di depan Bapa kita yang di sorga (Mat 10:32). Jadi mengapa harus malu menjadi anak-anak Tuhan? Justru kita harus bangga menjadi anak-anak Tuhan dan menunjukkan bahwa hidup kita sudah diubahkan oleh Tuhan, sehingga orang lain yang melihat kita juga dapat memuliakan Tuhan.


Bacaan Alkitab: Yohanes 12:42-43
12:42 Namun banyak juga di antara pemimpin yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya berterus terang, supaya mereka jangan dikucilkan.
12:43 Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.