Rabu, 20 Juni 2012

Ketika Tuhan Mengeringkan Sungai Sumber Berkat Kita


Selasa, 19 Juni 2012
Bacaan Alkitab: 1 Raja-raja 17:5-9
Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."” (1 Raj 17:8-9)


Ketika Tuhan Mengeringkan Sungai Sumber Berkat Kita


Elia adalah salah satu nabi Tuhan yang luar biasa. Ia mampu berdoa dan hujan pun tidak turun selama 3,5 tahun (Yak 5:17). Bayangkan saja jika di kota kita tidak turun hujan selama satu bulan penuh, pasti rasanya sangat panas, bahkan di beberapa tempat terutama di daerah pedesaan tanaman akan kering, termasuk sungai-sungai. Tapi di awal masa kekeringan itu, Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi dan bersembunyi di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Elia pun melakukan dengan tepat seperti Firman Tuhan (ay.5). Jika kita perhatikan, kehidupan Elia di tepi sungai Kerit sudah sangat aman dan nyaman. Ada air yang mengalir di sungai tersebut sehingga ia pun tidak kekurangan air. Selain itu, Tuhan pun mengirim burung gagak membawa roti dan daging kepada Elia, sehingga ia pun tidak kekurangan makanan (ay. 6).

Sepintas kita melihat bahwa pada posisi tersebut, Elia sudah merasa aman dan tenang. Ada perlindungan Tuhan dan ia pun tidak kekurangan makanan dan minuman di sana. Akan tetapi, beberapa waktu kemudian, terjadi suatu kondisi yang membuat Elia harus mengubah haluan. Sungai Kerit yang selama ini diandalkan Elia sebagai sumber air ternyata juga menjadi kering, karena hujan tidak turun di negeri tersebut (ay. 7). Alkitab tidak mengatakan apakah burung gagak itu juga masih tetap memberi makan Elia atau tidak, tetapi pada saat itu Tuhan pun berfirman kepada Elia untuk pergi dari sungai Kerit tersebut ke daerah Sarfat di Sidon dan diam di kota tersebut, karena Tuhan akan memerintahkan seorang janda untuk memberi Elia makan (ay. 8-9).

Jika kita berada dalam posisi Elia, apakah kita akan menuruti Firman Tuhan tersebut? Ingat bahwa Elia adalah seorang nabi yang doanya didengar Tuhan. Kalau Elia berdoa agar hujan tidak turun dan hujan benar-benar tidak turun selama bertahun-tahun, bukankah sangat mungkin bagi Elia untuk meminta kepada Tuhan agar sungai Kerit tidak kering dan burung gagak tetap memberinya makan? Saya rasa jika Elia berdoa seperti itu pasti Tuhan juga akan mendengarnya bukan? Lalu mengapa Elia justru mau bersusah-susah pergi dari sungai Kerit ke Sarfat, terlebih Tuhan mengatakan bahwa nanti akan ada janda yang akan memberinya makan? Bukankah ia harus berjalan berhari-hari di tengah kondisi alam yang kering karena hujan sudah tidak turun lagi? Bukankah sepertinya diberi makan oleh burung gagak terlihat lebih rohani ketimbang diberi makan oleh seorang janda?

Walaupun demikian, Alkitab mengatakan bahwa Elia taat akan kehendak Tuhan. Ia mau taat kepada kehendak Tuhan, walau ia harus meninggalkan zona nyamannya di tepi sungai Kerit. Ia berani mempertaruhkan risiko dengan pergi mengikuti kehendak Tuhan, walau mungkin bagi orang lain, lebih mustahil seorang janda bisa memberi makan. Demikian juga kadang-kadang dalam kehidupan kita, Tuhan seperti meminta kita untuk meninggalkan kehidupan kita yang sudah nyaman dengan berkat-berkat Tuhan, dan meminta kita untuk pergi memulai suatu siklus yang baru bersama Tuhan. Kadang-kadang akan ada masa dimana kita harus belajar percaya kepada Tuhan, melihat jauh ke depan dan tidak melihat ke belakang lagi. Pada saat itu, iman kita akan diuji, apakah kita mau meninggalkan keinginan diri sendiri dan mengikuti keinginan Tuhan, yang mungkin tidak masuk logika kita?

Mungkin saja suatu saat nanti, atau bahkan saat ini Tuhan berbicara kepada kita untuk meninggalkan segala pekerjaan dan karir kita dan mengikut Tuhan secara total. Saya tahu bahwa hal tersebut tidaklah mudah, saya sendiri pun mungkin masih akan pikir-pikir jika Tuhan meminta hal tersebut kepada saya. Akan tetapi pertanyaannya tetap sama, apakah kita mau meninggalkan zona nyaman kita dan pergi ke tempat yang baru yang Tuhan inginkan bagi kita? Memang sulit, tetapi kita akan sanggup melakukannya jika saja kita ingat bahwa Tuhanlah yang memberikan berkat bagi kita selama ini, dan jika Tuhan yang meminta kita untuk pergi ke tempat yang baru dan meninggalkan segala berkat dan fasilitas yang telah kita terima di tempat yang lama, pasti Tuhan juga akan memberikan berkat bagi kita di tempat yang baru. Kuncinya adalah yakin bahwa itu adalah suara Tuhan, taat kepada suara Tuhan, dan mengikuti kehendak Tuhan, maka segala hal yang lain akan ditambahkan kepada kita. Jika kita membaca kelanjutan kisah Elia dalam Alkitab, kita akan tahu bahwa Elia pun akhirnya tetap mendapatkan makanan dengan cara yang ajaib. Tuhan kita akan memenuhi segala yang kita perlukan, ketika kita terlebih dahulu mencari Tuhan, bukan mencari berkatNya. Justru ketika “sungai” yang biasa kita andalkan menjadi kering, itu adalah salah satu pertanda bagi Tuhan bahwa Ia akan membuka “jalan” yang baru untuk memberkati kita.


Bacaan Alkitab: 1 Raja-raja 17:5-9
17:5 Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.
17:6 Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu.
17:7 Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
17:8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
17:9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.